Bali Harus Belajar Dari Keruntuhan Yunani

  • 08 Juli 2015
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 2051 Pengunjung

Denpasar, suaradewata.com - Yunani adalah salah satu negara yang menggantungkan perekonomiannya dari industri pariwisata. Negeri Para Dewa itu, tidak memiliki lahan pertanian maupun pertambangan.


Kini, Yunani dinyatakan bangkrut akibat tingginya utang negara setelah memburuknya industri pariwisata yang menjadi lokomotif perekonomian. Menurut Ketua Gerakan Pemantapan Pancasila (GPP) Bali Njoman Gede Suweta, apa yang dialami Yunani saat ini harus menjadi pelajaran penting bagi Bali.

"Bahkan Bali harus belajar dari keruntuhan Yunani. Bali harus mewaspadai efek Yunani ini," kata Suweta, di Denpasar, Rabu (8/7).

Hal tersebut sangat penting, menurut dia, mengingat sektor pariwisata juga menjadi lokomotif perekonomian Bali. Hanya saja bedanya, Pulau Dewata masih memiliki sektor pertanian, meskipun belakangan ini cenderung mulai ditinggalkan masyarakat. Bahkan lahan pertanian yang produktif, sudah banyak yang beralih fungsi. 

"Karena itu, saya mendorong pemerintah daerah Bali agar hati-hati dalam membuat kebijakan membangun pariwisata Bali. Dalam kebijakan pembangunan Bali, jangan sekali-kali meninggalkan pertanian," ujar mantan Wakapolda Bali itu.

Suweta berpandangan, dengan sektor pertanian yang dimilikinya, Bali sesungguhnya tidak perlu mencemaskan berbagai krisis yang menghantui negara-negara besar di dunia, khususnya yang menyandarkan ekonomi di sektor pariwisata. Sebab jika sektor pertanian yang ada digenjot, maka perekonomian dan masyarakat Bali akan tetap bisa hidup.

"Kalau pertanian dalam artian luas kalau itu digarap dengan serius, apapun yang terjadi di luar, masyarakat akan tetap hidup, masyarakat tidak akan kesulitan untuk sekedar makan," tutur ketua Dewan Pertimbangan Partai Wilayah (DPPW) PAN Bali itu.

Hanya saja mencermati situasi di Bali saat ini, di mana sektor jasa yang bergairah yang menjadi perhatian utama, Suweta justru khawatir efek Yunani ini akan menghantui Pulau Dewata. Apalagi di sisi lain, rata-rata masyarakat Bali sudah mulai meninggalkan sektor pertanian karena tergoda dengan gemerincing dolar.

"Orang sudah tidak ada yang mau tanam padi, jagung, kentang. Tidak ada yang mau pelihara babi, sapi. Kalau kunjungan wisatawan turun drastis, sedangkan semua tenaga kerja ahli pariwisata, tak ada lagi bisa pelihara sapi, babi, nanti jadi apa Bali ini? Bisa-bisa jadi seperti Yunani," pungkas Suweta. san


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER