Proyek Jalan Tiga Desa Di Kintamani Terancam Mangkrak

  • 14 April 2015
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 3189 Pengunjung

Bangli, Suaradewata.com– Pengerjaan pembangunan jalan penghubung untuk tiga desa yakni Desa Gunung Bau, Desa Belanga dan Desa Binyan, Kecamatan Kintamani, Bangli kondisinya kin terancam mangkrak. Hal ini terjadi lantaran dana kelanjutan pembuatan jalan yang digarap secara swakelola itu, belum jelas sumbernya. Sebelumnya pembangunan jalan sepanjang 1,8 kilo meter ini bersumber dari dana hibah Bupati Bangli senilai Rp 1 Miliar.

Berdasarkan pantauan di lokasi, jalan dengan lebar sekitar 7 meter ini baru memasuki tahap pemasangan batu geladak. Meski bisa dilalui kendaraan namun sangat membahayakan karena batu geladak sangat tajam. Bahkan, menurut warga setempat sejumlah kendaraan ban-nya banyak pecah saat melintas di jalan setempat. “Karena masih berupa geladak, kondisi jalan menjadi tajam. Belum  lama ini ada kendaraan yang ban kendaraannya meledak disini,”kata Ketut Sayang, warga setempat, saat ditemui Selasa (14/04/2015).

Sementara Perbekel Desa Gunung Bau I Wayan Armawan saat ditemui di kantornya, mengakui sejatinya pembangunan jalan tersebut untuk menghubungkan tiga desa, yakni Desa Gunung Baung, Desa Belanga dan Desa Binyan. Makanya pembangunan  jalan ini melibatkan  unsur tiga desa yang tergabung dalam satu kepanitiaan. Sementara soal dana pembangunan, kata dia, bersumber dari dana Hibah Bupati Bangli tahun 2014 senilai Rp 1 miliar. Untuk pengerjaanya dilakukan secara  swakelola dengan dibantu TNI melalui karya bakti.

Disebutkan, semula pihaknya mengira pengerjaan bakal dilakukan pemerintah,  karena sebelumnya melibatkan karya bhakti TNI dan warga sifatnya hanya membantu saja. Namun nyatanya pengerjaan diswakelokan. Hal ini menyebabkan pihaknya bersama warga kaget akibat terbatasnya pengetahuan soal pengaspalan hingga pembuatan jalan aspal. “Karena keterbatasan kemampaun kami, sehingga membuat kualitas pengerjaan dirasakan masih kurang,” akunya. Kendala lain yang dihadapi dalam pengerjaan jalan itu, kata dia, adalah waktu pengerjaan yang sering molor, terbentur kegiatan adat di tiga desa tersebut.

Dampaknya, proyek jalan ini tidak selesai tepat waktu yakni bulan Desember tahun lalu sehingga menyisakan pekerjaan mencapai sekitar 300 meter tidak bisa dikerjakan. Sementara dana sisa sebesar Rp 200 juta harus dikembalikan ke kas daerah. “Jalan yang belum sempat dikerjakan itu, kini banyak jebol akibat tergerus air hujan. Makanya untuk proses pembangunannya kembali harus menggunakan alat berat,”sebut dia.

Disinggung soal kelanjutan pembangunan jalan itu hingga tuntas, kata dia, sejauh ini pihaknya masih mengadakan rembug dengan kepala desa dan panitia untuk mencari sumber pendanaan. Pasalnya, sesuai rapat terakhir ke tiga kepala desa sepakat untuk melajutkan pembangunan. Hanya saja, pihaknya tidak berani mengajukan proposal ke Pemerintah Bangli. Karena takut kalau proposal itu disetujui nanti akan mengundang kecemburuan. “Kami masih pusing mencari sumber pendanaan untuk kelanjutan pembangunan ini. Padahal jalan tembus ini sangat potensi membangun akses ekonomi di tiga desa ini,”papar dia.

 Disinggung soal turunya BPK, Armawan membenarkannya. Namun karena saat itu tidak bertemu panitia, maka dia  dibersama dua kepala desa lainnya dipanggil ke kantor Bupati Bangli untuk memberikan laporan pertanggungjawaban. “Kami telah menyampaikan laporan pertanggungjawaban terkait pengerjaan jalan tersebut ke pihak BPK,”sebutnya. Dalam pemeriksaan itu, pihaknya  mendapatkan saran bila ada bahan material pembangunan belum sempat dipasang, maka agar dilanjutkan. Sementara bila ada sisa anggaran akibat pembangunan tidak selesai tepat waktu, maka penitia wajib untuk mengembalikan dana ke kas daerah. Karena kondisi ini, pihaknya tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa berharap ada perhatian kembali dari pemerintah untuk bisa melanjutkan pengerjaan jalan tersebut. ard


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER