Islam di Indonesia Sangat Toleran Hingga Diakui Dunia

  • 08 Maret 2019
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1524 Pengunjung
google

Opini, suaradewata.com - Islam merupakan agama yang paling menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Sejak pertama kali muncul di muka bumi yang dibawa para Rasul Allah. Islam telah mengajarkan nilai toleransi yang dikenal dengan konsep tasamuh yang salah satunya mengatur bagaimana hubungan dengan umat beragama lain.

Meskipun Islam telah menjadi agama yang paling toleran, tapi juga umat Islam kerap disudutkan dengan tudingan intoleran. Hal ini terjadi karena pengertian nilai toleransi dari pihak di luar Islam telah bergeser semakin menjauh dari batasan-batasan Islam. Sehingga cenderung mengarah kepada sinkretisme agama.

Sebelumnya, Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2019 di Kota Banjar, Jawa Barat, pada Rabu 27 Februari  2019 lalu menghasilkan sejumlah keputusan penting. Kesepakatan itu diambil dalam bahtsul masail maudluiyah yang dipimpin KH Abdul Muqsith Ghozali. Kiai Muqsith menjelaskan, NU menekankan semangat untuk tidak gampang mengkafirkan siapa pun. Kata kafir sebenarnya mengandung sisi negatif yang berupa kekerasan teologis dan berpotensi menyakiti sebagian kalangan nonmuslim karena status umat non muslim setara dengan warga negara lain

Memang penyebutan bagi seorang non muslim hingga saat ini sedang hangat diperbincangkan, namun juga harus melihat banyak WNI nonmuslim yang memberikan sumbangsih terhadap kemajuan Indonesia. Bahkan, beberapa tokoh nonmuslim terlibat dalam pendirian negara Indonesia. Sehingga penyebutan kafir dirasa tidak bijaksana.

Hal tersebut semakin ditegaskan oleh calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin yang menanggapi keputusan Bahtsul Masail Maudluiyah NU terkait penggunaan kata kafir bagi non muslim di Indonesia. Ma'ruf sepakat dengan rekomendasi Nahdlatul Ulama, supaya tidak lagi menggunakan kata kafir untuk menjaga keutuhan bangsa. Tujuannya adalah agar masyarakat Indonesia menjaga keutuhan NKRI, sehingga tidak menggunakan kata-kata seperti menjauhkan atau mendiskriminasi antar sesama umat.

Indonesia sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi pun telah diakui dunia diantaranya, Indonesia pernah menjadi Tuan Rumah United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC) yang diselenggarakan di Nusa Dua Bali sekitar bulan Agustus tahun 2014. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah karena dapat menjadi role model atau percontohan bagaimana sebuah Negara yang harmonis antar keberagaman suku, agama, ras dan budaya. Kemampuan Indonesia menjalankan nilai-nilai toleransi sekaligus nilai-nilai demokrasi semakin diakui dunia. Indonesia diharapkan memainkan peran kunci menyebarkan toleransi guna meredam ekstrimisme dan terorisme yang semakin menguat di dunia.

Peran Pancasila sebagai dasar negara juga berhasil menyatukan rakyat Indonesia yang plural, baik dari sudut etnis dan suku maupun agama dan budaya. Di bawah payung Pancasila, seluruh warga negara adalah setara dengan yang satu tak lebih unggul dari yang lain berdasarkan suku, etnis bahkan agama. Hal itu selaras dengan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad dengan membuat Piagam Madinah untuk menyatukan seluruh penduduk Madinah. Piagam Madinah itu menegaskan bahwa seluruh penduduk Madinah adalah satu kesatuan bangsa atau umat yang berdaulat di hadapan bangsa/ umat lainnya tanpa diskriminasi.

Deni Alamsyah, Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik PTN Negeri di Jakarta

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER