Membentengi Pendidikan dari Radikalisme

  • 22 Mei 2015
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 2211 Pengunjung

Opini, suaradewata.com- Fenomena radikalisme di Indonesia menjadi ancaman serius bagi anyaman kebhinnekaan bangsa di masa mendatang. Apalagi, akhir-akhir ini, radikalisme semakin menguat dan menyasar pelaku sekaligus korbannya di kalangan generasi muda di dunia pendidikan. Maraknya aksi kelompok fundamentalisme yang radikal yang meresahkan masyarakat Indonesia menjadi perhatian khusus oleh Pemerintah.Tragedi Bom Marriot, Bom Klaten, dan Bom Solo, menjadi bukti bagaimana radikalisme yang telah mewujud dalam tindakan terorisme terjadi di kalangan generasi muda, beberapa di antaranya masih aktif sebagai siswa di sekolah tertentu. Sekolah menjadi ruang terbuka bagi diseminasi paham apa saja, termasuk paham keagamaan yang radikal. Karena pihak sekolah terlalu terbuka, maka kelompok radikalisme keagamaan memanfaatkan ruang terbuka ini untuk masuk secara aktif mengkampanyekan pahamnya dan memperluas jaringannya. Sebagai konsekuensi dari menguatnya paham-paham keagamaan radikal di lingkungan sekolah, banyak siswa yang pemahaman keislamannya menjadi monolitik dan gemar menyalahkan pihak lain. Karena paham keagamaan yang tidak terbuka ini, maka paham kebangsaan mereka menjadi tereduksi dan menipis. Ironisnya, pihak sekolah banyak yang tidak peduli dengan paham-paham radikal yang diajarkan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan ekskul ini menjadi pintu masuk yang efektif bagi infiltrasi kelompok-kelompok radikal di kalangan siswa.

Faktor yang Mempengaruhi

Paham radikalisme agama harus ditolak lantaran doktrin paham keagamaan kelompok radikal tersebut sangat bertolak belakang dengan paham keagamaan yang dianut dan diamalkan oleh umat Islam di Indonesia. Aliran radikal saat ini sudah memasuki beragam sektor, diantaranya mulai dari pendidik, pedagang, siswa, dan mereka masuk menembus lintas generasi, lintas profesi. Untuk memutus regenerasi dari kelompok ini, di setiap jalur pendidikan harus ada pendidikan agama. Disinilah peran guru agama sangat strategis mengingat mereka (kelompok radikal) masuk lewat pemahaman pendidikan dan agama. Setidaknya ada tiga faktor yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena radikalisme di kalangan kaum muda, yakni pertama, dinamika sosial politik di fase awal transisi menuju demokrasi yang membuka struktur kesempatan politik (political opportunity structure) yang baru di tengah tingginya gejolak dan ketidakpastian. Faktor kedua adalah transformasi gerakan radikal Islam yang sebagian memiliki geneologi pada awal kemerdekaan. Ketiga, tingginya angka pengangguran di kalangan kaum muda di Indonesia. “Ketiga faktor inilah yang berjalin berkelindan menyebakan radikalisme mendapat tempat yang subur di kalangan generasi muda. Peran guru dalam proses pembelajaran sangat vital bagi upaya membendung radikalisme di kalangan generasi muda. Sejak awal, para guru perlu menyadari peran pentingnya dalam menanamkan pendidikan kewargaan yang multikultural dan anti kekerasan. Sebagai ikhtiar untuk membendung radikalisme di kalangan kaum muda, sudah seharusnya memperhatikan secara serius proses radikalisasi kaum muda di berbagai lembaga pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Terlebih, radikalisasi kaum muda sering terjadi melalui proses pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Kurangnya diskursus keagamaan di kalangan siswa bahkan sebagian guru, menjadikan mereka sangat terbuka untuk menerima berbagai ideologi radikal yang dihembuskan tanpa melakukan proses filterisasi yang kritis. Hal ini dapat berakibat fatal, anak muda yang mudah terpancing dan terjebak dalam paham hitam-putih radikalisme, sebetulnya mereka sedang menggali kubur masa depannya sendiri.

Upaya Preventif Penanggulangan

Berbagai macam peristiwa seringkali kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari beragam aktivitas masyarakat dalam memperjuangkan kehidupan, isu-isu politik yang terus diusung dan dikembangkan secara terus-menerus sehingga menjadi perbincangan yang menarik perhatian masyarakat di Indonesia. Dan salah satu isu yang terus mengemuka saat ini adalah isu tentang faham radikalisme yang telah mengancam siapapun termasuk kalangan muda. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak termasuk kalangan muda yang memiliki integritas dan harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Peristiwa radikalisme terhadap generasi muda kembali menjadi perhatian serius oleh banyak kalangan tidak terkecuali oleh kalangan muda diseluruh tanah air. Dimana serangkaian aksi para pelaku dan simpatisan pendukung baik aktif maupun pasif banyak berasal dari kalangan muda. Hal tersebut tentu tidak boleh dibiarkan, generasi muda Indonesia harus kembali mengkaji berikut mencegah segala kemungkinan yang terjadi dikalangan mereka. Mengingat virus radikalisme dapat menjangkit siapa saja termasuk kalangan muda yang seringkali rentan terjangkit virus tersebut sehingga dapat ringan tangan melakukan perusakan, pertikaian, penganiayaan dan penyerangan terhadap kelompok yang berseberangan. Dengan demikian, perlu dijadikan referensi agar generasi muda dapat menjaga diri dari bahaya dan ancaman ideologi radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme. Jika hal tersebut terus dibiarkan dan tidak segera dicari penawarnya, virus radikal akan semakin menjalar dan menular ke skala yang lebih luas dan tentunya akan menimbulkan dampak yang lebih berbahaya, bahkan mengancam keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia. “Sikap saling menghargai dan menghormati dalam pergaulan antaragama dan antarbangsa dalam suasana yang penuh persamaan dan persaudaraan harus tumbuh dari setiap jiwa umat beragama”.

Harapan Besar Bangsa

Harapan besar kita adalah jangan sampai ideologi radikalisme berkembang, bahkan mengakar dan menyebar dikalangan generasi muda, oleh karenanya perlu dikaji dan direspon secara serius, bahkan dilakukan penanganan-penanganan khusus oleh berbagai pihak melalui program-program yang preventif dan edukatif baik skala regional, nasional, maupun internasional. Sebab, jika generasi muda telah terkontaminasi dengan pemahaman ideologi radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme, maka mereka akan kehilangan masa depan yang cerah. Hal ini disebabkan karena energi mereka hanya berpusat pada kekerasan, penganiayaan, peperangan dan melakukan pemboman seperti yang dilakukan oleh para pelaku radikal dan teroris dan pada akhirnya mereka akan mati tak berdaya dan menjadi generasi yang lemah. Namun sebaliknya, para generasi muda yang baik dan berjiwa damailah yang akan tumbuh dan berkembang di masyarakat yang berperadaban, sehingga mereka akan memimpin bangsa ini dengan baik. Oleh karena itu perang kita dan jihad hari ini bukanlah bagaimana melakukan kekerasan, perusakan, penganiayaan, terlebih membuat bom dan melakukan aksi bom bunuh diri, tetapi perang kita dan jihad hari ini adalah bagaimana belajar sebaik mungkin dan menggapai cita-cita setinggi-tingginya hingga mencapai predikat terbaik pada bidang akademis dan bidang lainnya. Musuh kita sekarang adalah diri kita sendiri yaitu kebodohan, kemiskinan dan kemunduran. Jika kita mampu mengatasi musuh tersebut, maka kita akan menjadi generasi pemenang dan kejayaan Indonesia di masa depan akan menjadi cerah.

“Fundamentalisme radikal dapat dicegah seiring tumbuhnya kedewasaan umat beragama. Kedewasaan umat beragama itu akan tumbuh jika mereka mendapat pemahaman yang memadai tentang pluralitas dan pentingnya toleransi beragama”.

Herni Susanti, Penulis, adalah Pemerhati Masalah Bangsa


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER