Andai Rhoma dan SBY Membantu Prabowo

  • 19 Mei 2014
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1508 Pengunjung

Usai pasangan Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta mendeklarasikan diri, dengan gampang kita melihat bahwa berdasarkan persentase kursi di parlemen, pasangan Jokowi-JK sedikit punya kekuatan lebih banyak.

Dengan menafikan kecenderungan suara Partai Demokrat dan Golkar, proporsi kekuatan kedua pasangan bisa dikatakan 37% untuk JKW-JK, melawan 36 % untuk Prabowo-Hatta. Itu diperoleh JKW-JK dari dukungan kursi Nasdem (35), PDIP (109), Hanura (16) dan PKB (47). Sementara dukungan untuk Prabowo-Hatta diperoleh dari Gerinda (73), PPP (39), PAN (49) dan PKS (40). Artinya, berdasarkan peta kekuatan di parlemen, peluang pemilih Prabowo-Hatta di Pilpres terpaut 1 persen lebih kecil dibanding JKW-JK.

Benar, peluang untuk pasangan Prabowo-Hatta mungkin akan dikuatkan partai Demokrat, pemilik 61 kursi parlemen, sebagaimana dikatakan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Ramadhan Pohan. Bahkan suara-suara dari partai Beringin pun banyak yang menyatakan sikap condong mereka ke pasangan Prabowo-Hatta. Semua akan cukup signifikan, mengingat Golkar pun menggenggam 91 kursi parlemen.

Tetapi kembali, dengan gaya sok ilmuwan ilmu pasti yang memasukkan bahan percobaan ke dalam tabung in vitro suci hama, kita keluarkan faktor Demokrat-Beringin itu, dan asumsikan Prabowo-Hatta lebih lemah dibanding JKW-JK.

Tetapi sebenarnya, Prabowo-Hatta punya jurus ampuh menggenjot suara pemilih di Pilpres. Asal saja, mereka tidak sok jaim untuk mendatangi dan meminta bantuan dua tokoh penting yang terbukti punya daya tarik buat pemilih. Bagi saya kedua tokoh penting itu adalah SBY dan Rhoma Irama.

Untuk meloby Rhoma, sebaiknya Prabowo yang langsung datang. Bagaimanapun, kita sudah melihat dahsyatnya bantuan Rhoma kepada PKB. Rhoma pada Pileg kemarin berhasil mengarahkan 6,1 juta suara pemilih untuk mencoblos PKB.

Bukankah naiknya suara PKB itu dampak derasnya dana Rusdi Kirana? Tampaknya tidak. Suara 6,1 juta yang bertambah pada Pileg lalu, lebih terlihat sebagai sumbangan Rhoma. Pasalnya, Rhoma Irama bukan sekadar artis, penyanyi, dan musisi, tapi sudah menjadi industri dan gaya hidup. Sebagai industri, Bang Rhoma memiliki 'pasar' sendiri, yaitu fans fanatik berjumlah jutaan tadi.

Sementara kita tahu, massa PKB adalah warga NU yang menempati posisi menengah ke bawah. Massa pecinta dangdut yang pasti kenal baik Rhoma Irama. Itulah yang menegaskan betapa PKB sangat tergantung pada sosok yang punya massa, bukan logistik orang kaya penyumbang partai yang bagi warga NU bukan siapa-siapa.

Kini, setelah kekecewaan yang dialami Rhoma, bisa dipastikan suara fans Rhoma tak akan berada di kubu pasangan yang didukung PKB. Jika Prabowo bisa meloby Rhoma dengan mulus—dan jalan untuk itu sudah dibersihkan Hashim dengan menggelar pertemuan dengan Rhoma, 13 Mei lalu.

Senyampang itu, alangkah baiknya bila Prabowo meminta calon wakilnya, Hatta Rajasa, untuk meloby SBY. Hatta sebaiknya meminta besannya itu bantuan untuk menjadi juru kampanye Prabowo-Hatta.

Demokrat, karena sekian banyak petingginya korup, mungkin jeblok. Tetapi sebagai presiden, SBY masih punya tempat di sekian banyak hati rakyat. Terutama tentu saja, hati rakyat kecil.

Sebenarnya, kubu JKW-JK memiliki peluang untuk menarik SBY—tepatnya kubu Demokrat. Sebagai seorang presiden, wajar bila SBY ingin hal-hal baik yang telah dilakukannya selama satu dasawarsa ini dilanjutkan. Untuk itu, ia—via para petinggi Demokrat di inner cyrcle-nya, bukan sekali dua mencoba membuka hubungan dengan PDIP dan Megawati. Termasuk dalam persoalan koalisi menjelang Pilpres, sebenarnya.

Sayangnya, kekerasan hati Mega membuat uluran itu tak bersambut. Akhirnya kita tahu, secara resmi tampaknya Demokrat tak akan ikut dalam keriaan Pilpres. Tetapi barangkali tidak begitu dengan SBY pribadi. Minimal, dengan jaringan yang dimilikinya saat ini, sangat musykil SBY tak akan membantu besannya, Hatta, dalam perjuangan mencapai kursi wapres.

Tetapi dukungan itu akan lebih signifikan bila SBY langsung menjadi juru kampanye Prabowo-Hatta.

Tetapi sekali lagi, itu adalah potensi. Terserah, apakah Prabowo-Hatta akan menjadikan potensi itu menjadi kekuatan aktual mereka, atau tidak.


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER