Islam Bukan Pemicu Teror

  • 22 Januari 2016
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 3424 Pengunjung

Opini, suaradewata.com - Kegiatan atau tindakan dari paham terorisme merupakan serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara peperangan . Kegiatan yang dilakukan oleh pihak terorisme selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.

Istilah teroris oleh para ahli kontra teroris merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi. Di sisi lain, tindakan teror tidak hanya selalu dilakukan dengan perang atau menggunakan senjata dan peledak, namun terorisme juga identik dengan pemahaman yang salah dan penyebaran ajaran tersebut, yang membuat masyarakat menjadi was-was akan adanya ajaran yang menyimpang tersebut.

Meledaknya bom di pos polisi dan café starbuck Sarinah Thamrin mendapat perhatian serius dari masyarakat. Banyak kelompok masyarakat yang menuding bahwa setelah bom meledak mengaitkan dengan Islam. Berdasarkan kitab-kitab yang dianut oleh Ajaran Agama Islam, yang jelas terror bukanlah ajaran islam. Tindakan membunuh manusia, bunuh diri, membuat onar menghancurkan bangunan dan membuat masyarakat resah, jelas bukan ajaran Islam yang damai dan mendamaikan, selamat dan menyelamatkan.

Kalaupun harus terjadi perang, hal tersebut harus dengan alasan darurat, karena wajib membela dan memuliakan Islam, itupun dnegn adab dan akhlak Islam yang tinggi dan mulia. Tidak boleh membunuh yang menyerah, apalagi yang tidak berperang. Tidak boleh merusak tempat ibadah yang berbeda keyakinan, merusak tanaman dan pohon.

Kasus terror ini bukan diprakarsai oleh Agama Islam, namun kasus terror ini merupakan pemikiran radikal dari kelompok-kelompok yang tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya, yang dia tahu hanyalah jihad di jalan yang tidak benar.  Kejadian ini dapat menjadi peluang rekayasa sebuah kelompok yang benci dengan Islam atau pemanfaatan orang awam diprovokasi dengan dijualnya agama dengan dalih (bukan dalil) untuk berjihad.

Pengamat politik dari Universitas Budi Luhur, Umaimah Wahid, meminta agar setiap isu yang muncul mengiringi ledakan bom di Gedung Sarinah dicerna sejernih mungkin. Hal itu disampaikan Umaimah saat ditanya tentang beredarnya sejumlah isu terkait ledakan di Gedung Sarinah, di antaranya isu adanya orang bersenjata senapan AK-47 yang menggunakan motor trail dan mobil mengincar warga yang berada di jalan.

Di sisi lain, pengamat Sosial dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Anshari Yamamah turut angkat bicara mengenai insiden ledakan yang terjadi di kawasan Sarinah, Jakarta. Ia meminta seluruh pihak untuk tidak membentuk persepsi bahwa insiden tersebut berkaitan dengan gerakan jihad Islam. Sebab, kata dia, hal itu bisa berdampak pada psikologi keagamaan masyarakat. Membaut persepsi seperti itu, menurutnya, juga berpotensi menimbulkan kebencian kepada pemerintah. Membuat persepsi sedemikian, lanjut Anshari, juga berbahaya bagi kesatuan dan persatuan bangsa dan negara.

Kami sangat berduka dengan saudara-saudara kita yang telah wafat menjadi korban terror. Semoga Allah mengampuni saudara-saudara kita yang wafat. Semoga aparat kita dapat menangkap biang terror ini. Semoga Allah selamatkan kita dan keluarga dari ajaran terror. Semoga Allah selamatkan saudara kita di Afganistan, Irak, Palestina, Suriah dan Yaman. (ZEN)

Zaenal Abidin, penulis adalah Pengamat Sosial

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER