Kita Tidak Takut, Tapi Tetap Waspada, NKRI Harga Mati

  • 15 Januari 2016
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 3738 Pengunjung

Opini, suaradewata.com - Aksi teroris di persimpangan Sarinah, Jl. M.H. Thamrin kemarin ditayangkan secara langsung oleh televisi-televisi nasional, direkam banyak kamera amatir, dan sisi-sisinya yang tersembunyi tertangkap foto wartawan. Sungguh sebuah "pertunjukan" yang jarang, seperti aksi heroik di film-film India....

Tayangan yang menimbulkan rasa campur-aduk: mengerikan, mendebarkan, tapi sekaligus menggelikan. Mengingatkan saya pada kalimat getir zaman pergolakan di Aceh: di sini perangnya perang-perangan, tapi matinya sungguhan.

Mengerikan, karena ada sosok korban yang terkapar di jalan, di ruangan dan ditingkah narasi yang mencekam dari suara latar rekaman.

Mendebarkan, karena ini perang jalanan dengan senjata api. Publik melihat tayangan langsung detik-detik kehidupan dan kematian manusia, ledakan bom, tembakan-tembakan, dan teriakan-teriakan.

Tapi juga menggelikan. Baru kali ini, perang terbuka di jalanan ditingkah aksi tukar peluru tajam antara polisi dan teroris, diapit kerumunan manusia seperti menonton layar tancap, balap liar, atau perang-perangan ala outbound. Di dekat mereka, tukang sate tetap mengipasi bara api, penjual buah dan pengasong minuman masih berjualan.

Hidup berjalan seperti biasa......................

Tapi ini tidak biasa, sodara-sodara........................

Aksi teroris kemarin itu terlihat amatir, pengorbanan mereka terlalu besar untuk sasaran yang hanya sebuah pos polisi lalu lintas di pembatas jalan. Lima pelaku tewas, dan korbannya dua. Bahkan yang tewas belakangan, seperti berjalan linglung tak pasti hendak menyasar siapa.

Peristiwa kemarin di simpang Sarinah benar-benar jauh di bawah aksi teroris dalam peristiwa BEJ, Bali 1 dan 2, Hotel Marriott 1 dan 2, Kedutaan Filipina dan Australia. Di semua aksi ini, mereka bertindak begitu terencana, masif, target yang jelas dan "hasilnya" jauh di atas pengorbanan mereka.

Saya menduga, mereka hanya bidak-bidak kecil. Jagoannya masih di luar sana, entah di pojok mana di negeri ini. Dan kalau benar lima orang ini para Daesh, pendukung ISIS, kita patut sangat waspada: puluhan -- kalau tidak ratusan -- orang Indonesia yang pernah bergabung dengan ISIS sudah kembali ke Indonesia. Pengikutnya bahkan sudah lama hadir. Mereka pernah mendeklarasikan kehadirannya secara terbuka.

Saya percaya, polisi kita -- salah satu pasukan antiteror terbaik di dunia -- jauh lebih paham, sudah mengendus mereka dan kini tengah merangsek ke labirin jaringan para teroris durjana yang tak menginginkan Indonesia tenang.

I Made Bawayasa, penulis adalah alumi Presidium KMHDI


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER