Warga Buleleng Barat Minta Pemkab Lindungi Alam Putri Menjangan

  • 04 Januari 2016
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 2930 Pengunjung

Buleleng, suaradewata.com-Kelompok warga di Kecamatan Gerokgak yang mengharap Pemerintah Kabupaten Buleleng mampu melindungi alam kawasan wisata Putri Menjangan yang terletak di Banjar Dinas Batu Ampar, Desa Pejarakan. Perlindungan yang diminta melalui aturan yang memberikan batasan kepada investor agar tetap melindungi kawasan konservasi tersebut.

"Kami sudah melakukan pertemuan dengan Bupati Buleleng langsung di tempat kerjanya. Tapi saat itu Bupati hanya meminta kami tetap melanjutkan kegiatan konservasi di kawasan Putri Menjangan," ujar Ketut Sutama selaku Kordinator warga yang mengusung nama Forum Konservasi Putri Menjangan, minggu (3/1).

Sutama mengatakan, warga sangat mengharap adanya peran dari pemerintah khususnya Kabupaten Buleleng untuk memberikan perlindungan. Karena, lanjut Sutama, hal tersebut berkaca dari sejumlah pengalaman beberapa kawasan wisata yang di eksplorasi untuk kepentingan usaha inveatasi. Kondisi yang sangat jarang bisa di cegah itu diharapkan mendapat perhatian dari awal agar tidak merusak ekosistem yang ada di Putri Menjangan.

Kawasan konservasi Putri Menjangan merupakan gugusan hutan Mangrove seluas 30 hektare. Kawasan tersebut kerap dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Panorama deretan tanaman bakau tersebut bercakar diantara pasir putih dan terumbu karang. Sehingga sangat mencirikan keaslian alam.

Para aktifis pelestari lingkungan yang melebur dalam wadah forum konservasi telah melakukan penanaman sebanyak 44 jenis tanaman mangrove ditempat itu. Forum konservasi hutan mangrove yang didirikan oleh Badan bentukan Abdul Hadi tersebut, memiliki harapan besar kedepan menjadi hutan mangrove terlengkap di dunia dengan 279 jenis tanaman mangrove yang akan segera ditanam.

Oleh anggota forum yang berjumlah 143 orang tersebut, telah dibangun jembatan bambu sepanjang 1,2 kilometer secara swadaya. Dan tahapan pembuatan jembatan bambu diantara barisan tanaman pantai tersebut sudah dikerjakan sejak tujuh bulan lalu. Para aktifis pemerhati hutan mangrove tersebut pun terdiri dari berbagai elemen masyarakat khususnya penggiat pariwisata.


Menurut Sutama, belakangan ini pihaknya mendapatkan dana untuk pelestarian dan konservasi dari hasil swadaya ditambah pemasukan yang didapat dari tiket masuk pengunjung. Untuk wisatawan lokal, tarif yang dipasang hanya Rp3000 per orang. Sedangkan bagi wisatawan mancanegara dikenakan tarif hanya Rp30ribu.

Sutama menyehutkan, kawasan tersebut terdiri dari dari tiga zona. Antara lain zona pemanfaatan intensif 10 persen, zona inti 25 persen dan sisanya zona pemanfaatn eksklusif.

Menurutnya, tak sedikit investor yang sudah mengincar kawasan tersebut untuk dijadikan kawasan wisata modern. Sehingga, lanjutnya, ada bentuk kekhawatiran atas klaim pihak lain yang bertujuan untuk mengekspokrasi kawasan itu. Pasalnya, pernah terjadi pembabatan besar-besaran yang dilakukan oleh oknum masyarakat dikawasan timur pejarakan. Hal tersebut tidak terlepas dari hasutan investor yang menjanjikan sejumlah uang untuk kawasan wisata tersebut.

Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng, Gede Suyasa mengaku masih belum mendapatkan laporan keberadaan Putri Menjangan itu dari Perbekel Pejarakan, Made Astawa. Suyasa yang juga seorang mantan aktifis lingkungan jebolan mahasiswa pecinta alam sebuah univeraitas negeri ternama di Bali tersebut mengaku akan menindak lanjutinya setelah mendapatkan ada laporan dari pihak Perbekel Desa Pejarakan.adi


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER