Anak dan Cucu Tokoh Puri Ubud Terima Parama Bhakti Pariwisata

  • 12 November 2015
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 4848 Pengunjung

Gianyar, suaradewata.com -  Bupati Gianyar, AA Gde Agung Bharata menyerahkan penghargaan Parama Bhakti Pariwisata kepada dua kakak adik asal Puri Ubud. Alm. Tjokorda Gde Raka Sukawati sebagai impresario serta dipolomat seni budaya. Sedangkan kepada alm. Tjokorda Gde Agung Sukawati, selaku konseptor kepariwisataan yang berbasis seni budaya maupun komunitas. Hal tersebut diungkapkan Ketua Panitia Penghargaan, Cok Rai Widiarsa Pemayun, saat acara penyerahan plakat dan piagam penganugrahan, di panggung terbuka, Ancak Saji, Puri Ubud, Gianyar, Selasa, (10/11) malam.

Lebih lanjut, Cok Rai Widiarsa mengatakan penghargaan yang dipersembahkan pertama kalinya oleh Pemkab Gianyar, diterima kakak-adik asal Puri Ubud. Mereka memiliki seluruh kriteria yang ditetapkan sebagai penerima penghargaan tertinggi bidang pariwisata tersebut. Kriteria yang sangat banyak dan menyulitkan panitia memilih tokoh yang bisa menerima penghargaan semacam ini. Penghargaan diserahkan Bupati Gianyar, AA Gde Agung Bharata ke cucu serta anak selaku genenasi penerus sekaligus penerima penghargaan, dihadapan kementrian Pariwisata RI, konsulat negara sahabat, tokoh masyarakat serta ribuan undangan yang memadati areal Ancak Saji, Puri Ubud. “Kami mewakili Pemkab Gianyar sangat bangga bisa mempersembahkan penghargaan ini, karena jasa kedua tokoh sangat besar bagi Gianyar, Bali bahkan Indonesia” terangnya.

Penghargaan pertama diterima cucu dari alm. Tjokorda Gde Raka Sukawati, Tjokorda Gde Asmara Sukawati, yang kini berkarier sebagai anggota DPRD Provinsi Bali. Sedangkan penghargaan kedua yang diberikan kepada alm. Tjokorda Gde Agung Sukawati diterima tiga orang anaknya, yakni, Tjokorda Gde Putra Artha Astawa Sukawati, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dan Tjokorda Gde Raka Sukawati. Kepiawaian kedua penerima penghargaan tersebut dalam mengembangkan serta mempromosikan wisata berbasis budaya sejak 1930-an, hingga kini masih sangat berdampak bagi Ubud. Sehingga desa wisata yang berbasis budaya seperti Ubud hingga kini masih bisa bertahan, tanpa menghilangkan jati diri budaya Bali.

Acara penganugrahan penghargaan dikemas khusus dengan pelbagai media, pameran foto, audio visual, serta merekontruksi Legong Peliatan, tari calonarang maupun pelbagai seni yang pernah dipentaskan ke Paris selama 6 bulan tahun 1931 silam. Sedangkan di luar areal Puri Ubud, digelar pesta rakyat yang menyuguhkan pelbagai aneka makanan tradisional yang bisa dinikmati warga lokal maupun wisatawan yang mengikuti kegiatan, maupun sekedar lewat di Ubud. Warga juga disuguhkan pelbagai pagelaran seni tari dan tabuh. “Walaupun acara tidak sempurna sesuai yang direncanakan karena terguyur hujan, namun hal tersebut bukan sebagai halangan dan tidak mengurangi makna acara,” imbuh Cok Rai.  

Tjokorda Gde Raka Sukawati, salah seorang anak dari alm. Tjokorda Gde Agung Sukawati selaku penerima penghargaan, menyambut baik langkah Pemkab Gianyar. Pihaknya sangat berterima kasih ke Pemkab Gianyar yang telah memberikan penghargaan tertinggi bidang pariwisata tersebut. Penghargaan tersebut merupakan media promosi sekaligus motivasi bagi generasi muda Ubud dalam melestarikan serta mempertahankan apa yang telah dilakukan para pendahulu. “Sebagai pencetus pertama pariwisata budaya di Bali, saya bangga kepada kedua pengelingsir (orang tua) kami, dan sangat berterima kasih atas perhatian Pemkab Gianyar,” terangnya.        .          

Bupati Gianyar, AA Gde Agung Bharata juga berterima kasih kepada dua tokoh asal puri Ubud yang telah berjasa besar bagi Gianyar. Sepatutnya generasi penerus Gianyar bisa meniru apa yang telah dilakukan ke dua tokoh tersebut. Gianyar dan khususnya Ubud sepatutnya bisa mempertahankan pariwisata yang berbasis budaya, sehingga pariwisata selalu bisa mendukung budaya Bali.gus


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER