Kedua Kaki Lumpuh Karena Jatuh, Anak Sulungnya Terpaksa Putus Sekolah

  • 08 November 2015
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 6691 Pengunjung

Tabanan, suaradewata.com – Malang benar nasib keluarga Putu Sudiarta,36 warga Banjar Balu, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan. Satu setengah tahun yang lalu dirinya jatuh dari bangunan lantai tiga  saat ngecor di  sebuah proyek di Denpasar. Kedua kakinya lumpuh total hingga kini.  Kecelakan kerja yang dialaminya Sudiarta itu otomatis mengubur cita-cita putri sulungnya Putu Yuni Ariati,16 untuk melanjutkan pendidikan ke SMA. Padahal saat kecelakaan itu Yuni baru saja tamat SMP dan hendak melanjutkan sekolah ke SMA. Karena keterbatasan biaya Yuni terpaksa mengubur keinginannya sekolah. Kini Yuni dengan berbekal ijasah SMP menjadi tulang punggung keluarganya. “Anak saya pengennya sekolah, namun karena kondisi saya seperti ini dia putus sekolah dan sekarang dia yang bekerja dan menghidupi saya,” jelas Sudiarta, Minggu (8/11).

Selain memenuhi kebutuhan Sudiarta, Yuni juga harus menangugung beban hutang dan keperluan sekolah adiknya Ni Made Intan Dewi Lestari,8. “Selain menghidupi keluarga anak saya yang sulung juga membiayai sekolah adik bungsunya yang sekarang kelas III SD,” ucap Sudirta lagi. Sementara istrinya Putu Mei Yanti,35 praktis tidak bekerja lagi setelah Sudirta kecelakaan, kini dia hanya mengurus Sudirta dan mengurus rumah. Sedangkan sebagai tulang punggunnya adalah anak sulungnya Yuni.

Sudirta kemudian menuturkan kecelakan tragis yang dialamina 1,5 tahun lalu. Usai terjun bebas dari lantai tiga, dia mendapat mengobatan di RSUP Sanglah.  Dalam diagnose dokter, tulang ekor Sudiarta bergeser dan sarafnya terjepit. “Kala itu dokter menyarankan agar operasi dengan biaya 90 juta, karena tidak punya biaya sayapun memilih pulang paksa,” ucapnya mengenang. Dia mengaku memilih dirawat di rumah oleh istrinya. Sehingga 9 bulan dia hanya terbaring  di tempat tidur dan  tidak bisa bangun. Karena tidur terus, dibagian patat dan punggungnya  kemudian mengalami luka cukup parah hampir bolong.  Dengan bantuan pamanya, ia kemudian diberikan obat dan berhasil sembuh. Kini Sudirta sudah mulai bisa duduk.

Kini Sudirta hanya mengandalkan pengobatan tradisional yakni denga cara di pijit agar biayanya murah. Kerena setelah gagal berobat di Sanglah lantaran tidak ada biaya, dia juga pernah mencoba berobat di dokter sepesialis di Tabanan. Lagi-lagi karena biaya, ia hanya mampu berobat 4 kali. “ Saya tidak sanggup lagi berobat di dokter karena setiap sekali berobat bayarnya Rp 700 ribu. Sedangkan saya dan istri saya tidak bekerja. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti berobat ke dokter,” jelasnya.

Dia pun berharap ada yang peduli dengan kondisinya. Terlebih saat ini  ia tinggal numpang di rumah pamanya. Karena rumah yang ditempatinya bocor. “Kalau hujan, airnya masuk,” jelasnya.Di rumah yang bocor itu sekarang ditempati anaknya yang sulung. Sejatinya, sebelum sakit Sudiarta sudah punya pondasi untuk membangun rumah.  Pondasi  rumah ukuran 8 x 8 meter itu persis ada di belakang rumahnya yang bocor tersebut. Tembok dindingya di bagian barat sudah bediri setengah. “Sebelum jatuh sakit, penghasilan saya sebagai buruh bangunan cukup lumayan. Sebagian penghasilan saya sisihkan untuk membangun rumah secara bertahap,” jelasnya lirih. Baru selesai membangun pondasi dan tembok sebagian, kecelakaan kerja terlebih dahulu dialaminya. “Mimpi saya memiliki rumah pupus karena  lumpuh yang saya alami ini,”katanya semakin lirih. ina


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER