Dr Susila : BRSU Belajar Dari Setiap Kasus

  • 28 September 2015
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 2063 Pengunjung

Tabanan, suaradewata.com– BRSU selalu berupaya menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Upaya tersebut dilakukan dengan melakukan perbaikan pelayanan serta terus belajar dalam setiap kasus yang terjadi.  “Pelaksanaan program Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (GRSSI-B) di BRSU Tabanan sejatinya dilaksanakan secara terus-menerus. Dan, kami selalu belajar dari setiap kasus yang kami temui,” jelas Direktur BRSUD Tabanan dr Nyoman Susila kepada tim penilai GRSSI-B Diskes Provinsi, Senin (28/9).

Dalam presentasinya, dr Susila mengatakan telah menerapkan sepuluh langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna. “Sampai dengan September 2015, AKI yang semula nol pecah. Karena ada satu kasus ibu melahirkan meninggal. Namun kasus ini masih berada di bawah MDGS,” ungkapnya. Langkah berikutnya kata dia program screening HIV/AIDS kepada pasien ibu melahirkan. Prosedur itu kata dia sudah mampu dilaksanakan di tingkat Puskesmas. “Selanjutnya adalah audit maternal perinatal secara periodik termasuk menentukan apa yang perlu ditindaklanjuti. Jadi setiap Rabu dalam satu minggunya, ada pertemuan rutin untuk melaksanakan audit bila ada kasus dan mencarikan solusinya. Pertemuan ini melibatkan Komite Medik,” bebernya.

Sebelumnya, Penjabat Bupati Wayan Sugiada menegaskan penilaian dari provinsi itu sebuah peluang untuk mengevaluasi serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesehatan. Begitu halnya dengan pasien ibu dan anak. “Penilaian ini dimaksudkan untuk meningkatkan peranan BRSU dan rumah sakit swasta dalam memberikan pelayanan medis kepada ibu dan bayi secara optimal,” ujarnya.

Dia menambahkan, AKI dan AKB bisa diturunkan bila konsep 4 Terlalu dan 3 Terlambat bisa diterapkan. Konsep 4 Terlalu yang dipaparkannya itu antara lain Terlalu  Muda untuk Hamil, Terlalu Tua untuk Hamil, Terlalu Sering Hamil, dan Jarak Kehamilan yang Terlalu Dekat. Sedangkan konsep 3 Terlambat di antaranya, Terlambat Mengambil Keputusan, Terlambat Sampai Tempat Rujukan, dan Terlamat Mendapatkan Pertolongan Medis. “Rumah sakit menjadi tujuan akhir rujukan. Sehingga Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan pertama yang sangat menentukan derajat kesehatan di suatu daerah,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Tim Penilai Lomba GRSSI-B Tingkat Provinsi Bali 2015 dr Laksmiwati dalam paparan singkatnya menekankan soal peran serta pemerintah daerah dalam menekan AKI dan AKB. Sekalipun BRSU Tabanan sudah memiliki kelengkapan sarana dan SDM.  “Karena kami juga perlu melihat dukungan dari pemerintah daerah dari sisi pendanaannya. BRSU jangan dilepas begitu saja. Harus tetap didampingi lewat pendanaan melalui APBD,” ujarnya. ina


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER