Susah Dipasarkan, Budidaya Tembakau Mulai Ditinggal

  • 28 Agustus 2015
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 3874 Pengunjung

Bangli, suaradewata.com–Budidaya Tembakau yang pada mulanya menjadi salah satu komoditas unggulan di dusun Kubusuih, desa Peninjoan, Tembuku, Bangli, lambat laun kini semakin ditinggalkan. Pemicunya karena sulitnya pemasaran. Belakangan, para petani lebih banyak beralih menanam jeruk dan cabai. Hal tersebut disampaikan Kadus Kubusuih Ketut Mawan saat ditemui Jumat (28/08/2015).

Dijelaskan,  sejak dulu hampir semua warga dusun Kubusuih bertani tembakau. “Namun  belakangan tanaman tembakau mulai ditinggalkan. Kebanyakan petani beralih menanam jeruk dan cabai yang dirasakan lebih menjanjikan. Sementara untuk tanaman tembakau hanya dijadikan tanaman tumpang sari,” jelasnya. Padahal saat ini, harga tembakau relatif sangat menjanjikan.

Selain itu, penanaman dan pemeliharaan tembakau juga relatif sangat sederhana. Disebutkan, harga tembakau kering saat ini tembus Rp 50.000 per kg.Lebih lanjut, kata Mawan yang juga petani tembakau ini, menurunnnya minat petani menanam tembakau karena sulitnya pemasaran dan labilnya harga tembakau.  “Selama ini, pemasaran tembakau hanya mengandalkan pasar lokal saja. Kalau tidak laku, terpaksa dikonsumsi sendiri,” jelasnya.

Diakui juga, sejatinya budidaya tembakau ditempat ini sudah diwariskan secara turun temurun. Karena itu, sampai saat ini puluhan petani masih bertahan menanam tembakau. “Jumlah petani tembakau yang tersisa saat ini hanya sekitar 30 kepala keluarga saja,” jelasnya. Untuk itu, pihaknya berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk para petani tembakau yang jumlahnya mulai jarang ini. “Pemerintah kami harap bisa memfasilitasi keluhan para petani tembakau, agar tetap eksis,” Pungkas Ketut mawan.  ard


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER