Semakin Meresahkan, KST Harus Ditindak Tegas

  • 08 Juni 2023
  • 13:50 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1339 Pengunjung
Ilustrasi, Foto/Sumber: Google

Opini, suaradewata.com- KST (Kelompok Separatis dan Teroris) makin meresahkan karena membakar alat berat di daerah Yapen, Papua. Tindakan mereka merugikan dan membahayakan karena khawatir api akan menyebar ke tempat lain. KST harus ditindak tegas agar tidak makin kejam dan melukai rakyat di Bumi Cendrawasih.

Kelompok Separatis dan Teroris (KST) adalah kelompok yang menjadi anak buah Organisasi Papua Merdeka (OPM). Mereka bertugas di lapangan untuk menyelesaikan misi pembelotan dan membentuk Republik Federal Papua Barat. Masyarakat membenci KST karena sering melakukan tindakan kekerasan dan merugikan warga sipil.

Salah satu kejadian yang membuat masyarakat murka adalah ketika KST membakar sebuah alat berat berjenis excavator di daerah Kampung Woda, Kabupaten Yapen, Papua. Wakapolda Papua Brigjen Pol Ramdani Hidayat menyatakan bahwa KST membakar excavator, padahal alat berat itu dibutuhkan untuk perbaikan jalan. Setelah membakar, mereka mengibarkan bendera bintang kejora dan menuntut pembebasan anggota KST yang ditahan oleh aparat.

Brigjen Pol Ramdani Hidayat melanjutkan, KST mengancam akan melakukan penyerangan kembali jika tuntutannya tak dikabulkan oleh aparat. Untuk mengatasi kelompok separatis tersebut maka anggota Brimob diterjunkan ke Kabupaten Yapen dan melakukan pengejaran.

Masyarakat mendukung penuh aparat keamanan dalam memberantas KST. Pasalnya, mereka sangat merugikan. Excavator tentu harganya sangat mahal. Jika tidak ada alat berat tersebut maka proses perbaikan jalan akan tertunda karena harus mendatangkan lagi dari daerah lain dan memakan waktu yang tidak sebentar.

KST sangat merugikan masyarakat Papua karena mereka tak hanya membakar alat berat. Namun mereka juga pernah membakar gedung sekolah dan rumah rakyat di Bumi Cendrawasih. Oleh karena itu warga Papua sangat anti KST dan membantu aparat dalam rangka misi pemberantasan kelompok pemberontak tersebut.

KST wajib diberantas agar tidak merugikan dan membahayakan masyarakat Papua. Jangan sampai gara-gara serangan mereka, situasi jadi runyam, dan terpantik permusuhan antar warga. Bisa jadi serangan KST memicu peperangan antar suku yang membahayakan, karena mereka mengadu domba antar warga Papua.

Satgas Damai Cartenz sebagai tim yang khusus dibentuk dalam memberantas KST makin rajin dalam melakukan patroli. Mereka biasanya menyatroni Kabupaten Puncak, karena di sana masih rawan konflik. Masyarakat harus dijaga angan sampai ada serangan KST yang bisa menyebabkan korban luka-luka, bahkan korban jiwa.

Kemudian, Satgas Damai Cartenz juga mencari di mana saja markas KST, karena mereka tak hanya punya 1 markas. Jika sudah ketemu maka akan mudah untuk menangkap karena di sana berkumpul banyak anggota KST. Mereka bisa dibekuk dan dimasukkan ke dalam bui, agar tak lagi meresahkan masyarakat.

Sementara itu, Presiden Jokowi memperbolehkan aparat untuk melakukan tindakan tegas terukur jika ada kontak senjata dengan KST. Hal ini bukanlah pelanggaran HAM, karena pada saat genting yang terjadi adalah pertaruhan nyawa. Jangan ada lagi yang mempermasalahkan kasus ini, karena jika KST tidak diberantas akan terjadi kerusakan dan pembunuhan di wilayah Papua.

Tindakan tegas terhadap KST perlu dilakukan, selain memberi hukuman yang paling berat. TNI dan Polri sebagai aparat keamanan juga diperbolehkan bertindak tegas kepada KST jika ada konflik di daerah-daerah yang rawan. Bahkan mereka juga diizinkan untuk melakukan tindakan tegas terukur ketika berhadapan langsung dengan para anggota KST.

Masyarakat mengecam kekerasan yang dilakukan oleh KST. Pasalnya, ini bukan peristiwa yang pertama. Sejak awal 2023, KST sudah kerap beraksi hingga meresahkan masyarakat. Pada 25 Maret 2023, KST Papua menembaki anggota TNI-Polri yang saat itu bertugas dalam pengamanan ibadah dan melakulan kontak senjata pda malam hari. Akibatnya tiga aparat terluka dan dua aparat meninggal dunia.

Masyarakat mengecam KST yang melakukan penembakan berturut-turut. Nelson Ondi, Tokoh Pemuda Kabupaten Jayapura geram dengan tindakan KST yang hingga kini masih terus terjadi. Tindakan KST mestinya direspon dengan tindakan tegas oleh pemerintah. Tanpa itu, anggota kelompok separatis tersebut akan selalu melancarkan aksi-aksinya.

Pernyataan tegas Nelson Ondi itu menyusul aksi tak berkesudahan yang dilakukan oleh kelompok separatis di daerah tersebut. KST juga menyerang tukang ojek yang dianggap sebagai mata-mata. 

Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk melawan aksi KST, yakni dengan menambah kekuatan prajurit, pendekatan tokoh masyarakat, memutus logistik KST, pembangunan berorientasi kesejahteraan hingga penguasaan basis KST khususnya Nduga.  

Warga sipil di Bumi Cendrawasih mendukung penangkapan KST karena mereka sudah lelah dengan berbagai teror yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Selain ada teror secara fisik (yang membuat takut kena peluru nyasar) juga ada teror secara mental, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Sungguh meresahkan.

KST makin meresahkan dengan membakar sebuah alat berat di Yapen. Pemberantasan KST terus dilakukan, tujuannya agar masyarakat Papua bisa melangsungkan hidup dengan aman tanpa teror. Keselamatan rakyat harus diutamakan. Jangan sampai mereka menjadi korban saat penyerangan. Oleh karena itu jika ada rencana penambahan personel TNI di Papua, masyarakat sangat mendukung hal tersebut agar keamanan Papua tetap terjaga. 

Timotius Gobay, Penulis Mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER