KTT Mewujudkan ASEAN Sebagai Pusat Perekonomian Dunia

  • 09 Mei 2023
  • 10:10 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1498 Pengunjung
Ilustrasi, Foto/Sumber: Google

Opini, suaradewata.com- KTT ASEAN 2023 diselenggarakan di Indonesia. Forum ini memiliki berbagai manfaat penting. Selain untuk kerja sama bilateral yang saling menguntungkan, KTT ini akan mewujudkan ASEAN sebagai pusat perekonomian dunia. Dengan kolaborasi dari semua negara ASEAN maka perekonomiannya akan bangkit dan bahkan menjadi sentra bisnis dunia.

Selama ini yang dikenal sebagai negara adidaya ada beberapa dan letaknya di benua Eropa maupun Amerika. Sementara negara-negara ASEAN dianggap sebagai negeri yang biasa-biasa saja, terutama dari segi ekonominya. Padahal ada berbagai potensi di ASEAN, mulai dari pariwisata sampai ke sumber daya alam.

Ketika KTT ASEAN 2023 diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Labuan Bajo, NTT, maka salah satu misinya adalah mewujudkan ASEAN sebagai pusat perekonomian dunia. Eddy Cahyono Sugiarto Kepala Biro Humas Kementerian Sekretaris Negara, menyatakan bahwa Indonesia bertekad mengarahkan kerja sama ASEAN tahun 2023 untuk melanjutkan dan memperkuat relevansi ASEAN dalam merespon tantangan kawasan dan global, serta memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan, untuk kemakmuran rakyat di Asia Tenggara.

Sebagai salah satu negara pendiri dan negara terbesar di ASEAN, banyak pihak berharap Indonesia akan dapat memfasilitasi berbagai terobosan dan inovasi sebagai solusi dalam mengatasi tantangan dan permasalahan dunia yang juga dihadapi oleh kawasan. 

KTT ASEAN 2023 diselenggarakan di tengah situasi yang memiliki tantangan dan permasalahan internasional yang cukup kompleks, baik dari segi geopolitik maupun ekonomi. Pertama, tantangan datang dari persaingan negara besar. 

Tantangan juga datang dari keadaan ekonomi yang masih dalam kondisi pemulihan pasca pandemi Covid-19 yang kemudian menimbulkan berbagai krisis–ekonomi, pangan, energi, hingga perang.

Berbagai tantangan tersebut berpotensi untuk mengancam stabilitas kawasan, melemahkan sentralitas, dan mengancam relevansi ASEAN sebagai aktor yang berperan dalam membentuk tatanan di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.

Untuk itulah, keketuaan Indonesia pada tahun 2023 yang mengangkat tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth menjadi semakin relevan dalam menjadi jangkar stabilitas dan kemakmuran regional di Indo-Pasifik, dengan menjadi fasilitator menjadikan ASEAN relevan dan penting, tidak saja bagi rakyat Indonesia, tetapi juga bagi rakyat ASEAN dan rakyat di luar ASEAN.

Eddy melanjutkan, ada upaya penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif berkeadilan yang kuat dan berkelanjutan bermuara pada upaya mengembangkan kawasan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan, dengan fokus memperkuat ketahanan pangan, ketahanan energi dengan mendukung transisi energi fosil ke energi bersih dan terbarukan (EBT) serta memperkuat stabilitas keuangan untuk memastikan ketahanan ekonomi.

Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan tujuan KTT ASEAN 2023 yang menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan, mengingat pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN selalu bertumbuh lebih tinggi dibandingkan negara lain di luar ASEAN.

Dengan tema yang diangkat, Indonesia bertekad untuk mengarahkan kerja sama ASEAN tahun ini guna melanjutkan dan memperkuat relevansi ASEAN dalam merespon tantangan kawasan dan global, serta memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan untuk kemakmuran seluruh masyarakat ASEAN.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa Indonesia bertekad menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masa depan rakyat ASEAN. Masa depan ASEAN mulai harus disiapkan untuk menyongsong ASEAN 2045. Sentralitas ASEAN harus diperkuat agar mampu menjaga perdamaian, stabilitas, kemakmuran di Asia Tenggara dan Indo Pasifik.

Dalam artian, keketuaan Indonesia di KTT ASEAN sekaligus penyelenggara forum tersebut akan membawa kemakmuran. Tak hanya bagi Indonesia sendiri. Namun juga bagi negara-negara di kawasan ASEAN.

Indonesia akan terus mendorong negara-negara ASEAN untuk mengintegrasikan sektor perekonomian. Salah satunya dengan menggunakan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dalam regional.

Nella Sri Hendriyetty selaku Kepala Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral BKF (Badan Kebijakan Fiskal) Kementerian Keuangan menyatakan bahwa kebijakan Local Currency Transaction (LCS) itu bertujuan untuk mengurangi ketergantungan mata uang asing sebagai upaya mengantisipasi dampak krisis global.

ASEAN senantiasa mengembangkan berbagai upaya dan inovasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus mengantisipasi dampak multidimensional pandemi Covid- 19 serta perkembangan geopolitik dan sosio-ekonomi yang dinamis saat ini yang masih menjadi tantangan. Salah satu kebijakannya, dengan mengoptimalisasi peran lautan dengan konsep Blue Economy.

Dengan pemanfaatan yang optimal, lautan diperkirakan memiliki nilai sebesar USD 2,5 triliun dan diproyeksikan dapat memberi banyak peluang ekonomi. Sedangkan, nilai pasar sumber daya laut dan pesisir juga diperkirakan dapat mencapai USD 3 triliun per tahun, yang merupakan sekitar 5% dari total PDB global dan menguntungkan berbagai industri seperti bioteknologi, produksi energi, perikanan, pariwisata, dan transportasi.

Kerja sama antar negara ASEAN di bidang ekonomi akan membawa kemakmuran bersama. Dengan cara ini maka tiap anggota ASEAN akan sama-sama selamat dari ancaman resesi global 2023. Selain itu, tiap negara anggota ASEAN akan bangkit dan perekonomiannya pulih setelah pandemi selama 3 tahun ini.

KTT ASEAN 2023 akan mewujudkan kawasan ASEAN sebagai pusat ekonomi dunia. ASEAN bukan hanya negara-negara yang dianggap sebagai kelas dua. Namun macan-macan Asia bergerak dan perekonomiannya terus tumbuh, dengan kolaborasi dari seluruh anggota ASEAN. KTT ASEAN 2023 di Indonesia akan sama-sama memakmurkan seluruh anggotanya.

Stefanus Putra Imanuel, Penulis adalah Kontributor Citaprasada Institute


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER