Produksi Kopi Tembus 2.082 Ton Per Tahun, Koperasi Bidang Kopi Kintamani Masih Minim 

  • 02 Mei 2023
  • 19:45 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 1836 Pengunjung
Menteri Koperasi dan UMKM saat melakukan kunker di desa Belantih, Kintamani, Bangli.

Bangli, suaradewata.com - Secara statistik jumlah lahan kopi yang ada di Kabupaten Bangli seluas 5.921,18 Ha, dengan produksi rata-rata per tahun mencapai 2.082,30 ton. Sedangkan untuk lahan jeruk di Kabupaten Bangli seluas 3.554.123 Ha, dengan produksi rata-rata per tahun 147.278 ton. Dari sisi kualitas juga dinilai sudah bagus. Hanya saja, yang masih perlu diperhatikan adalah bagaimana bisnis modelnya. Selain itu, jumlah koperasi yang bergerak di bidang komuditas kopi nyatanya masih lebih sedikit di banding potensi yang ada. Demikian terungkap saat kunjungan kerja Menteri Koperasi dan UMKM RI, yang dipusatkan di Koperasi Produsen Tani Kini Dharma Kriya, Banjar Luahan, Desa Belantih Kecamatan Kintamani, Bangli, Senin (1/5/2023).

Rombongan kunker Menteri Koperasi dan UMKM tersebut diterima langsung oleh Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta. Turut hadir saat itu, anggota DPR RI Nyoman Parta, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali I Wayan Ekadina, Wakil Bupati Bangli I Wayan Diar beserta Ny. Suciati Diar, Pimpinan OPD terkait dilingkungan Pemkab Bangli, Camat Kintamani, para pengurus dan anggota Koperasi Produsen Tani Kini Dharma Kriya, Koperasi Pemasaran KBS Kopi Arabika MPIG dan Koperasi Konsumen Mitra Sentana Mandiri serta undangan lainnya.

Bupati Bangli dalam sambutannya menyampaikan, sungguh menjadi kehormatan bagi Pemerintah Kabupaten Bangli karena Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia bersama rombongan berkesempatan hadir di Kabupaten Bangli, untuk bertemu dengan pelaku koperasi khususnya koperasi yang bergerak di bidang komunitas unggulan kopi dan jeruk. Kata Sedana Arta, di bidang Pertanian, Kabupaten Bangli memiliki potensi komuditas kopi, komuditas jeruk dan bawang merah. "Komuditas itu merupakan komuditas ungulan yang pemasarannya sudah ke tingkat regional, nasional bahkan sudah ketingkat internasional, khususnya untuk komuditas kopi," ujarnya. 

Disebutkan, komuditas kopi yang dikenal oleh masyarakat pencinta kopi adalah jenis kopi Arabika, yang memiliki aroma khas yang dikenal dengan nama kopi Kintamani. Secara statistik jumlah lahan kopi yang ada di Kabupaten Bangli seluas 5.921,18 Ha, dengan produksi rata-rata per tahun sebanyak 2.082,30 Ton. Sedangkan untuk luasan lahan jeruk di Kabupaten Bangli seluas 3.554.123 Ha, dengan produksi rata-rata per tahun 147.278 Ton. "Potensi tersebut merupakan salah satu kekuatan ekonomi masyarakat Bangli apabila dikelola secara baik akan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk pengelolaannya adalah berupa koperasi, disamping bentuk usaha lainnya," ungkap Sedana Arta.

Lanjut Bupati asal Desa Sulahan, Susut ini, jumlah koperasi aktif yang ada di Kabupaten Bangli adalah 202 Badan Hukum, dengan jumlah anggota seluruhnya 63.685 orang dengan total asset 698.566.125.240 rupiah, dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 1.067 orang. Dari jumlah koperasi tersebut, Koperasi Produsen Tani Kini Dharma Kriya, Koperasi Pemasaran KBS Kopi Arabika MPIG dan Koperasi Konsumen Mitra Sentana Mandiri merupakan koperasi yang bergerak di bidang pengolahan kopi dan jeruk. "Jumlah koperasi yang bergerak di bidang komuditas kopi masih lebih sedikit di banding potensi yang ada, karena masih banyak kelompok -kelompok masyarakat yang bergerak secara sendiri dalam pengelolaan kopi," jelasnya.

Sementara Menteri Koperasi dan UMKM RI, Teten Masduki dalam arahannya menyampaikan, kopi kintamani sudah terkenal di tingkat nasional dan internasional. Bahkan kopi kintamani pernah masuk istana negara untuk menjamu tamu- tamu negara saat pelaksanaan upacara 17 Agustus. "Kualitas Kopi Kintamani sudah bagus, namun saat ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana bisnis modelnya," ujarnya.

Selain kopi, Kintamani juga memiliki jeruk dengan kualitas yang baik. Namun disaat musim panen raya malah harga jeruk turun, bahkan sampai jatuh sendiri dari pohonnya. "Maka dari itu kita harus memperhatikan dua hal, yaitu kelembagaan produksinya dan hilirisasi. Kita tidak boleh lagi bertani sendiri-sendiri, tetapi harus menerapkan corporate farming dengan memperkuat kelembagaan koperasi," ujarnya. Koperasi inilah yang nantinya membuat tempat pengolahan jeruk saat panen raya, sehingga jeruk masih memiliki nilai ekonomi. "Kementrian koprasi dan UMKM akan hadir untuk membantu proses tersebut," pungkasnya.ard/adn


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER