Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, KMHDI: Koster Hancurkan Mimpi Anak Muda Indonesia

  • 30 Maret 2023
  • 13:30 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 1665 Pengunjung
Ketua PD KMHDI Bali, Putu Esa Purwita

Denpasar, suaradewata.com- Penolakan Gubernur Bali I Wayan Koster terhadap Israel untuk berlaga di Bali dalam ajang piala dunia U20, berakhir klimaks. Fifa akhirnya menyatakan membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20. 

Hal ini pun disayangkan oleh berbagai pihak. Salah satunya PD KMHDI Bali yang menyebut tindakan Koster sama saja menghancurkan harapan anak muda Indonesia yang ingin berlaga di Piala Dunia. 

Ketua PD KMHDI Bali Putu Esa Purwita mengatakan kenyataan dibatalkannya Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Tahun 2023, membuat seluruh elemen masyarakat menjadi kecewa. 

Kondisi ini menunjukan carut marutnya dunia politik Indonesia yang dicampur adukan dengan sepak bola yang merupakan elemen pemersatu bangsa. 

Hal ini sekaligus mengubur mimpi pemain muda Indonesia untuk tampil di Piala Dunia U-20 untuk pertama kalinya.

"Indonesia semestinya harus menerima seluruh konsekuensi ketika terpilih menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Tahun 2023, termasuk menerima seluruh tim yang sudah lolos tahapan kualifikasi Piala Dunia U-20 Tahun 2023 tanpa terkecuali" kata Ketua PD KMHDI Bali Putu Esa Purwita, dalam keterangan persnya, Kamis (30/3/2023). 

KMHDI Bali pun mendesak agar Gubernur Bali I Wayan Koster segera memberikan pernyataan terkait batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. 

Sementara itu Ketua Biro Kajian dan Isu PD KMHDI Bali I Putu Dika Adi Suantara menyebut Gubernur tidak memiliki kapasitas untuk membuat penolakan. Hal ini seolah-olah melangkahi Presiden sebagai pimpinan tertinggi di republik ini. 

"Hubungan politik suatu negara merupakan urusan presiden dengan kepala negara lain dalam bingkai Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)," jelasnya. 

Di lain sisi urusan Piala Dunia merupakan Urusan FIFA sebagai Federasi tertinggi sepak bola dunia dengan pimpinan tertinggi Federasi sepak bola suatu negara dan bukanlah urusan Gubernur. 

Lanjut Dika sebenarnya ada cara lain yang bisa diambil untuk memberikan penolakan pada kebijakan negara Israel seperti yang dilakukan banyak negara di Eropa. 

Misalnya dengan membentangkan bendera Palestina di Stadion ketika Israel bertanding dan menolak bertukar jersey seusai pertandingan melawan Israel. 

"Semoga Sepak bola Indonesia bisa berbenah menuju lebih baik kedepannya" pungkasnya.rls/adn


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER