Aksi Brutal KST Tidak Mendapat Simpati Rakyat Papua

  • 29 Maret 2023
  • 18:25 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1476 Pengunjung
Ilustrasi, Foto/Sumber: Google

Opini, suaradewata.com- Kelompok Separatis Teroris (KST) rupanya masih gemar menebarkan teror di Papua, hal tersebut tentu saja membuat masyarakat Papua kehilangan simpati kepada KST yang katanya berjuang demi kemerdekaan Papua. Nyatanya mereka tidak berjuang, tetapi menebarkan teror dan menjauhkan Papua dari rasa aman.

Teror yang dilancarkan KST tidak hanya tertuju pada masyarakat sipil, bahkan aparat tentara juga menjadi sasaran tembak KST, salah satu korban dari pihak TNI adalah Letkol Johanis Victorius Tethool.
Sebelumnya pada 12 Maret 2023, KST telah membakar gedung SD YPK Metanoia Dekai, selain itu kelompok tersebut juga menembaki pesawat komersial yang mengangkut warga sipil. Padahal sudah jelas hal tersebut tidaklah dibenarkan.
KST telah secara nyata menggerogoti keamanan dan kedamaian di Papua, rentetan peristiwa teror seperti pembakaran fasilitas publik dan penembakan telah membuat masyarakat Papua tidak menaruh simpati terhadap apa yang dilakukan oleh KST.
Wajar apabila warga sipil Papua akan mendukung upaya aparat keamanan untuk menangkap anggota KST. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah geram degan beragam ulah dari KST.
Pada 2 Maret 2023, Delapan orang Karyawan Palaparing Timur Telematika tewas ditembak Kelompok Separatis Teroris. Mereka yang tewas ditembak pada saat itu tengah memperbaiki Tower Base Transceiver Station 3 Telkomsel di Kampung Kago, Distrik Ilaga, Puncak Papua.
Menanggapi hal tersebut Pengamat Militer dan Intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menilai pentingnya melakukan sejumlah dialog untuk menyelesaikan persoalan Papua. 

Wanita yang akrab disapa Nuning tersebut menilai, Papua agak sedikit berbeda dalam penanganan karena mereka adalah separatisme. Sebagaimana perbandingan separatisme Moro di Filiphina, Separatisme Pattani di Thailand dan pemberontak Houti di Arab Saudi.
Bahkan di Indonesia bisa dibandingkan bagaimana pemerintah harus membasmi pemberontakan APRA, PRRI, RMS dan lain-lain. Semua berhasil dipadamkan dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Kita semua berharap agar separatisme Papua dapat segera dipadamkan berdasarkan hukum nasional dan hukum internasional.
Eksistensi KST di Papua dengan semua aksi bejadnya selama ini pasti menimbulkan rasa takut yang tak berkesudahan bagi warga setempat. Tidak salah jika warga Papua meradang dan mengekspresikan kecemburuan mereka terhadap saudara-saudaranya sebangsa dan setanah air di wilayah lain yang boleh menikmati dinamika kehidupan normal tanpa rasa takut oleh serangan dadakan dari KST.
Pembakaran sekolah, pembakaran puskesmas, penembakan terhadap warga sipil dan aparat adalah sebagian ulah KST yang tak bisa ditolerir. Bagaimanapun juga masyarakat di Papua dan Papua Barat berhak atas suasanya yang aman dan nyaman selama berada di Papua.
Jika selama ini KST menyatakan berjuang untuk melepaskan Papua dari NKRI, aksi tersebut nyatanya hanya membuat masyarakat takut, kenyataannya rakyat sipil menjadi korban kekerasan dan penembakan.
KST kerap berlindung di balik HAM ketika aparat melancarkan tugasnya, tetapi kenyataannya KST juga memiliki persenjataan yang kerap digunakan untuk mengancam masyarakat Papua yang tidak bersalah.
Keberadaan KST seperti benalu yang merusak rasa persatuan yang telah dibentuk. Mereka tak henti-hentinya mengkampanyekan kemerdekaan yang ternyata mereka hanya diperalat oleh kepentingan segelintir orang.

Kelompok yang kerap berlindung di balik nama HAM tersebut justru telah terbukti melakukan pelanggaran HAM. Pasalnya mereka justru melakukan penyerangan berupa tembakan kepada personel aparat keamanan gabungan di lingkungan masjid saat mengamankan ibadah tarawih.
Insiden tersebut terjadi pada 25 Maret 2023, di Distrik Ilu Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua Pegunungan, yakni di Masjid Al Amaliah.
Penembakan tersebut dilakukan oleh 2 orang KST dengan 2 senjata yang berbeda, 1 senapan laras pendek dan 1 senapan laras panjang

Atas kejadian penembakan yang dilakukan oleh KST Papua pada aparat gabungan tersebut, Kabid Humas Polda Papua ini mengungkapkan bahwa terdapat sebanyak 3 korban di mana dua di antaranya meninggal.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo menjelaskan bagaimana kronologi penembakan. Dirinya menjelaskan bahwa kejadian tersebut berawal ketika para aparat gabungan dari TNI dan Polri sedang melaksanakan pengamanan.

Ketika aparat gabungan tersebut sedang melakukan pengamanan untuk kegiatan ibadah tarawih masyarakat, secara tiba-tiba mereka langsung mendapatkan tembakan. Menurut Kombes Benny, tembakan yang mengarah kepada aparat gabungan ini berasal dari arah depan dari salah satu kios yang berada di lokasi kejadian.

Kombes Benny menambahkan bahwa terdapat anggota dari Polsek Ilu bernama Bripda Mesak Indey yang terkena luka tembak di bagian perut dan juga menjadi korban meninggal dunia. Sedangkan terdapat korban lain yang dalam keadaan sadar yakni Brigpol M. Arif Hidayat terkena luka tembak di bagian paha.
Aksi Brutal dari KST haruslah dilenyapkan, mereka kerap bersembunyi dengan mengatasnamakan HAM tetapi kenyataannya mereka kerap melakukan tindakan anarkhis yang membuat masyarakat Papua tidak menaruh simpati terhadap KST.

Moses Waker, Penulis adalah di Mahasiswa Papua Tinggal Di Makassar


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER