Pemerintah Antisipasi Puncak Kasus Covid-19 di Akhir Juli

  • 25 Juli 2022
  • 22:15 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1601 Pengunjung
Ilustrasi / Sumber Foto : Google

Oleh : Syafrudin Pratama

Opini, suaradewata.com - Fenomena Covid-19 di Indonesia saat ini masih mengalami kenaikan kasus. Namun, Kementerian Kesehatan mengharapkan puncak kasus Covid-19 terjadi pada akhir Juli atau akhir Agustus 2022 dengan angka 20.000 per hari tidak terwujud. Hal ini dikarenakan sebelumnya Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa puncak kasus konfirmasi positif Covid-19 berada di angka 20.000 per hari pada akhir Juli atau awal Agustus 2022.

Senada dengan Kementerian Kesehatan, Dicky Budiman selaku Epidemiolog dari Griffith University Australia berpendapat bahwa kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia yang terjadi beberapa waktu belakangan belum mencapai puncak. Dicky memprediksi bahwa angka kasus harian Covid-19 akan terus naik dalam beberapa minggu ke depan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus baru Covid-19 di Tanah Air berada pada kisaran 3.000 hingga 5.000 dalam beberapa hari terakhir ini. Kenaikan kasus diakibatkan penyebaran varian virus Corona dimana dominasi kenaikan disebabkan oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang mencapai 81 persen di Indonesia.

Dicky mengatakan, lamanya puncak kasus disebabkan karena karakter virus Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 yang bukan hanya bisa menginfeksi orang yang belum divaksinasi, tetapi juga yang sudah menerima vaksin. Bahkan orang-orang yang sudah pernah terpapar virus corona pun turut terpapar subvarian BA.4 dan BA.5 ini.

Selain itu, muncul subvarian Omicron baru yang disebut BA.2.75 atau Centaurus. Subvarian tersebut merupakan hasil mutasi dari subvarian Omicron BA.2. Ada tiga kasus dari varian Centaurus tersebut yang ditemukan di Indonesia. Dimana ada 1 sampel ditemukan di Bali yang berasal dari Warga Negara Asing (WNA) dan 2 sampel berada di DKI Jakarta. Walaupun hingga saat ini belum ada penambahan kasus baru dari subvarian BA.2.75 tersebut, dengan terdeteksinya subvarian BA.2.75, menjadi kekhawatiran terhadap lonjakan kasus Covid-19. Karena subvarian BA.2.75 atau Centaurus tersebut sudah menyebar di berbagai negara lain.

Menurut Dicky, saat pandemi gelombang 4 nanti mencapai puncak, sangat mungkin terjadi ledakan jumlah kasus Covid-19 harian, bahkan dapat melewati jumlah kasus saat gelombang Delta. Hal tersebut disebabkan Omicron subvarian BA.4, BA.5, dan BA.2.75 punya kemampuan menginfeksi berulang kali.

Namun demikian, dikarenakan banyak masyarakat yang sudah divaksin, potensi angka terinfeksi dan jumlah pasien meninggal kemungkinan kecil. Masyarakat yang sudah divaksin kemungkinan terpapar varian terbaru namun tidak semuanya bergejala, bahkan mayoritas tidak bergejala, dan sedikit yang mengalami kematian.

Namun penulis perlu mengingatkan kepada masyarakat bahwa masyarakat harus tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan baik itu di ruang tertutup maupun ruang terbuka.

Penulis berpendapat bahwa pemerintah harus mempercepat vaksinasi booster bagi masyarakat yang belum mendapatkannya, bahkan harus mulai memikirkan vaksinasi dosis keempat. Menurut penulis, dosis keempat ini akan melindungi orang-orang yang sudah lebih dari 3 bulan atau 4 bulan lalu yang menerima dosis ketiganya terutama di kelompok rawan atau beresiko baik dari sisi tubuh maupun dari sisi pekerjaan.

Seperti diketahui, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia kembali mengalami eskalasi dimana kasus harian menembus angka 3.000 bahkan 5000 kasus. Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 terbaru yang dirilis pada Jumat, 22 Juli 2022 memperlihatkan bahwa kasus Covid-19 bertambah 4.834 dalam sehari.

Sementara, jumlah pasien meninggal mencapai 13 orang, dan yang sembuh sebanyak 3.363 orang. Dengan jumlah tersebut, kasus aktif mengalami peningkatan sebanyak 1.458 kasus sehingga total kini ada 38.239 kasus aktif di Indonesia.

Menurut dr. Mohammad Syahril selaku Juru Bicara Kemenkes yang mengingatkan kepada semua pihak untuk tetap waspada dengan menerapkan dan disiplin protokol kesehatan, dr Syahril juga mengimbau masyarakat yang belum melakukan vaksinasi dosis ketiga atau booster untuk segera mendapatkan vaksin booster tersebut.

Penulis setuju dengan dr. Syahril dan menyarankan agar masyarakat harus lebih waspada dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi bagi yang belum mendapatkannya. Masyarakat yang sudah vaksinasipun harus tetap waspada karena gejala yang ditimbulkan tidak lebih parah dari masyarakat yang belum menerima vaksinasi.

Menurut berita yang penulis baca, tanda-tanda Covid-19 subvarian omicron BA.2.75 yang baru memiliki gejala yang unik. Salah satunya adalah timbul nyeri pada area punggung. Nyeri punggung digambarkan beberapa pasien sebagai kram menstruasi yang intens, batu ginjal atau kejang otot. Namun demikian, gejala tersebut masih jauh lebih ringan disbanding dengan varian sebelumnya.

Oleh karena itu, penulis menyarankan perlu adanya sikap yang serius agar Indonesia dapat mengatasi paparan Covid-19 subvarian omicron BA.4, BA.5, dan BA.2.75 lebih cepat sehingga penyebaran tidak bertambah banyak. Salah satu contoh yang bisa diterapkan adalah dengan tetap taat terhadap protokol kesehatan dan terus menggalakkan vaksinasi bagi yang belum mendapatkan vaksinasi maupun booster.

Selain itu, penulis juga berpendapat bahwa Pemerintah harus tetap memberikan himbauan kepada masyarakat bahwa Covid-19 di Indonesia belum berakhir dan selalu menjaga protokol kesehatan saat bepergian serta melakukan vaksinasi atau booster bagi masyarakat yang belum mendapatkannya. Pemerintah juga harus mengantisipasi puncak kasus Covid-19 di akhir bulan Juli ini serta memikirkan apakah diperlukan vaksinasi dosis keempat kedepannya.

Penulis berharap, dengan menjalani protokol kesehatan dan melakukan pola hidup sehat serta diikuti dengan program vaksinasi, maka diharapkan masyarakat tidak menjadi perantara dalam penyebaran virus Covid-19 sehingga pandemi ini akan segera berakhir.

*Penulis adalah kontributor Trilogi Institute


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER