Semangat Kebangsaan Cegah Radikalisme di Kalangan Generasi Muda

  • 20 Juli 2022
  • 18:40 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1708 Pengunjung
Ilustrasi, Foto/Suber: Google

Opini, suaradewata.com - Radikalisme merupakan paham berbahaya yang dapat mengincar siapa saja, tidak terkecuali generasi muda.  Oleh sebab itu, diperlukan penguatan semangat kebangsaan dan cinta tanah air yang mampu menangkal paham radikal serta  intoleransi tersebut.

Radikalisme adalah paham yang sangat berbahaya dan terindikasi terus disebarkan oleh kelompok radikal. Buktinya adalah ketika ada 1 ormas yang kampanye keliling dan memviralkan khilafah, dan aparat langsung bergerak cepat untuk mengamankan para pentolannya. Jangan sampai Indonesia hancur gara-gara radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme.

Kelompok radikal bertindak licik dengan mengambil anak-anak muda sebagai kader-kader baru. Mereka berusaha agar generasi muda tertarik dengan radikalisme dan berkenalan melalui media sosial. Anak-anak muda biasanya kritis dan senang membaca hal baru, dan mereka disesatkan oleh pemikiran radikal. Jangan sampai malah banyak remaja yang merasa radikalisme itu keren karena pemikiran tersebut salah besar.

Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) Komjen Pol Boy Raflli Amar menyatakan bahwa jiwa kebangsaan dan semangat generasi muda harus dijaga agar tidak disorientasi di tengah ancaman paham radikalisme dan terorisme. Jangan biarkan generasi muda di masa depan tidak mengenali bangsanya sendiri.

Dalam artian, anak-anak muda perlu diberi ‘suntikan’ semangat kebangsaan agar mereka tidak terpengaruh oleh radikalisme. Jika kaum muda paham akan nasionalisme dan mencintai bangsanya maka mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh radikalisme dan terorisme. Penyebabnya karena mereka sangat cinta Indonesia dan tidak mau negeri ini hancur karena diubah dengan paksa jadi sistem khilafah.

Anak-anak muda perlu diberi pemahaman bahwa nasionalisme harga mati. Seorang warga negara yang baik akan mencintai negaranya dan tidak mau bangsanya dirusak oleh paham terlarang seperti radikalisme dan terorisme.Seorang warga negara juga akan mengerti bahwa sistem demokrasi adalah yang terbaik bagi Indonesia yang pluralis, dan tidak akan cocok dengan sistem radikal, sehingga menolaknya mentah-mentah.

Jika anak muda mengerti bahwa Indonesia adalah negara yang multi etnis dan memiliki 6 keyakinan yang diakui oleh pemerintah, maka ia tidak akan mendukung radikalisme. Penyebabnya karena jika Indonesia dipaksakan jadi radikal, akan terjadi kekacauan sosial seperti di Afghanistan. Anak muda sangat mencintai bangsanya dan tidak mau ada kehancuran gara-gara radikalisme.

Cara untuk menumbuhkan nasionalisme di kalangan anak muda adalah dengan mengajak murid SMP, SMA, hingga mahasiswa untuk napak tilas ke tempat perjuangan para pahlawan. Misalnya di Tugu Proklamasi yang menjadi saksi bisa ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Bung Karno. Mereka akan paham bahwa Indonesia dibangun oleh para tokoh nasional tetapi tidak ada andil dari kelompok radikal.

Selain itu, anak-anak muda bisa diajak untuk mengunjungi museum kepahlawanan dan paham bagaimana perjuangan dan pengorbanan para prajurit di era pra kemerdekaan. Mereka juga diajak ziarah ke taman makam pahlawan (TMP) untuk melihat dari dekat bagaimana pejuang rela kehilangan nyawa demi kemerdekaan Indonesia. Dari situ maka rasa nasionalismenya perlahan-lahan menguat.

Setelah napak tilas dan menziarahi makam para pahlawan, maka anak-anak muda akan sadar akan pengorbanan para pejuang. Mereka rela melakukan apa saja demi Indonesia. Persatuan dan semangat pejuang mendorong kemerdekaan, dan akhirnya negeri ini diakui oleh negara-negara lain.

Namun sayangnya radikalisme akan menghancurkan kemerdekaan dan persatuan Indonesia, karena ajaran ini selalu memaksakan pendapat dan tidak sesuai dengan paham demokrasi. Anak-anak muda akan paham mengapa radikalisme terlarang di Indonesia. Dengan belajar sejarah maka mereka bertambah tebal rasa nasionalismenya dan tidak akan terbujuk oleh kelompok radikal.

Komjen Pol Boy Rafli Amar melanjutkan, perlu ada sinergi antara tokoh masyarakat, tokoh agama, dan anak-anak muda, untuk mendeteksi radikalisme sejak dini. Dalam artian, perlu ada sensitivitas dan kolaborasi dari banyak pihak untuk mengatasi radikalisme. Sama seperti ketika ada pawai radikal, maka netizen langsung merekam dan meng-upload-nya sehingga viral di media sosial dan kemudian ditelusuri oleh pihak berwajib.

Jika semua pihak, terutama anak-anak muda, memiliki sensitivitas, maka radikalisme tidak akan tumbuh di Indonesia. Penyebabnya karena jika ada yang disinyalir radikal akan cepat diviralkan, karena anak muda cenderung suka mengunggah video ke media sosial. Berbeda jika generasi muda malah cuek-bebek, maka kelompok radikal bisa tumbuh di Indonesia karena tidak ada yang mengawasi.

Untuk mengatasi radikalisme maka anak-anak muda perlu dipantik lagi nasionalisme dan semangat persatuannya. Mereka bisa belajar sejarah dari museum dan melakukan napak tilas, agar memahami bahwa Indonesia berdiri di atas semangat persatuan walau sukunya berbeda-beda. Sedangkan radikalisme tidak menyetujui perbedaan sehingga tidak cocok di Indonesia. Dengan adanya kepedulian dan kesadaran generasi muda, maka penyebaran radikalisme dapat di Indonesia diharapkan dapat dicegah.

Muhammad Zaki, Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER