Gubernur Koster Sebut Tumpek Wariga Jatuh Setiap 210 Hari Sekali

  • 14 Mei 2022
  • 20:45 WITA
  • Jembrana
  • Dibaca: 1525 Pengunjung
Wayan Koster saat menggelar Perayaan Rahina Tumpek Wariga di Pura Pegubugan, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana pada, Sabtu (Saniscara Kliwon Wariga), 14 Mei 2022. Foto: kw

Jembrana, suaradewata.com - Hari yang baik dan suci ini untuk memuliakan tumbuh-tumbuhan, bagi masyarakat Bali jatuh pada saat Tumpek Wariga atau Sabtu (Saniscara) Kliwon Wuku Wariga yang jatuh setiap 210 hari sekali. Tumpek Wariga juga sering disebut dengan Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, dan Tumpek Bubuh. "Disebut Tumpek Pengarah, karena dalam ritual ini manusia melakukan komunikasi dengan cara pengarah atau pemberitahuan kepada tumbuh-tumbuhan bahwa sejak hari ini, 25 hari lagi kedepan akan datang hari raya Galungan," ujar Gubernur Bali, Wayan Koster saat menggelar Perayaan Rahina Tumpek Wariga di Pura Pegubugan, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana pada, Sabtu (Saniscara Kliwon Wariga), 14 Mei 2022.

Ini warisan Leluhur yang luar biasa. Oleh sebab itu tumbuh-tumbuhan dimohon berbuah lebat agar dapat digunakan sebagai sarana upacara saat hari raya Galungan. "Ini cara berkomunikasi manusia dengan tumbuh - tumbuhan, supaya ada keharmonisan antara manusia dengan alam beserta isinya. Ini cuma ada di Bali dan tidak ada di dunia cara kehidupan seperti ini. Jadi betapa visionernya, betapa cerdasnya Leluhur Kita di jaman dahulu membuat perayaan Tumpek Wariga untuk menghormati alam beserta isinya," kata Wayan Koster yang disambut tepuk tangan.

Disebut Tumpek Pengatag, karena jenis banten dan laku ritual dalam upacara ini disebut Pengatag. Demikian halnya disebut Tumpek Bubuh karena salah satu isi dari Banten Pengatag berupa bubur lima warna yang dipersembahkan kepada tumbuh-tumbuhan.kw/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER