Mengenal Lebih Dekat Letda Ida Ayu Damayanti, Srikandi asal Desa Nyambu yang Jadi Teknisi F-16

  • 05 April 2022
  • 14:45 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 2445 Pengunjung
Ayah dari Letda Ida Ayu Damayanti, Ida Bagus Putu Sunarbawa menunjukkan sejumlah foto putrinya, Selasa (5/4/2022).Foto : Ayu Trisna

Tabanan, suaradewata.com – Besyukur dan bangga. Itulah ungkapan yang disampaikan oleh Ida Bagus Putu Sunarbawa. Ayah dari Letda Ida Ayu Damayanti yang merupakan teknisi perempuan pertama pesawat tempur jenis F-16 Fighting Falcon di Skadron 3, Lanud Iswahyudi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Ditemui dikediamannya di Banjar Tohjiwa, Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Tabanan, Sunarbawa menuturkan jika putri keduanya yang akrab disapa Dayu Gek Ade itu mulai tertarik menjadi TNI setelah sering melihat Wanita Angkatan Udara (WARA) bersilweran di rumahnya. Maklum saja, sang paman merupakan Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Dunia. “Mulai tertariknya itu mungkin sekitar kelas 1 atau 2 SMA. Setelah itu dia menyiapkan diri untuk seleksi dengan belajar serta latihan fisik,” ungkapnya Selasa (5/4/2022).

Tetapi memiliki paman seorang Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) saat itu tidak serta merta membuat Dayu Gek Ade melenggang dengan mudah masuk menjadi TNI. “Kakak saya (Ida Bagus Dunia) selalu bilang kepada anak dan keponakannya kalau memang ada minat maka harus mantap dan serius. Harus bisa membuktikan kemampuan, kalau tidak bisa jadi yang terbaik minimal harus mampu jadi baik. Kalau hanya coba-coba lebih baik jangan, karena jadi TNI itu berat. Kalau memang mantap harus buktikan,” ungkapnya.

Persiapan yang dilakukan Dayu Gek Ade dilakukan hampir 2,5 tahun sampai akhirnya ia lulus di SMAN 1 Kediri di tahun 2014 dan mengikuti seleksi masuk Akademi Angkatan Udara (AAU). Apalagi Dayu Gek Ade merupakan mantan Paskibraka tingkat Kabupaten Tabanan tahun 2013 sehingga fisiknya juga sudah terlatih. Selain itu, dibidang akademik kemampuannya juga tak usah diragukan lagi. Saat bersekolah di TK Kumara Ria, SDN 1 Nyambu, SMPN 4 Kediri, dan SMAN 1 Kediri, ia sering memperoleh juara di kelasnya.

“Disana dia menjalani pendidikan selama 4 tahun, satu tahun di Magelang dan tiga tahun di Yogyakarta. Beberapa kali orang tua diberikan kesempatan untuk menjenguk. Dan yang paling saya ingat, waktu menjenguk dulu saya dan ibunya menangis melihat dia hitam, wajahnya kusam, kasihan saya lihatnya. Tapi itulah namanya pendidikan, dan dia bisa menjalaninya dengan baik,” tegasnya.

Bahkan saat latihan terjun payung, ia dan sang istri, Ida Ayu Putu Yadnyani sudah pasrah dengan hidup putrinya itu karena latihan dilakukan saat hari sudah gelap. “Waktu itu saya berfikir ini kalau anak saya jatuh pasti tidak tahu jatuhnya dimana karena gelap. Saya sudah pasrah waktu itu, pelatihan dan pendidikannya memang tidak main-main,” lanjutnya.

Namun pendidikan itu bisa dilewati dengan baik oleh Dayu Gek Ade hingga berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik di tahun 2018 lalu. Bahkan berdasarkan hasil psikotes Dayu Gek Ade mendapatkan bagian teknisi sehingga harus melanjutkan pendidikan di Sekolah Kecabangan Teknisi di Lanud Husain Sastranegara, Bandung, Jawa Barat selama enam bulan. Dan disana, Dayu Gek Ade merupakan satu-satunya teknisi perempuan dari 11 orang yang belajar. “Tapi dia bisa menjalaninya, kata dia tantangannya ya harus belajar ekstra, butuh kecermatan yang ekstra tidak boleh main-main, disamping itu fisik juga harus kuat. Karena penerbangan dilakukan setiap saat, bisa malam, bisa subuh,” bebernya.

Meskipun sibuk dalam pekerjaannya, komunikasi keluarga dengan dara kelahiran 16 November 1995 itu tidak pernah putus. Sunarbawa dan istrinya juga senantiasa rutin mengingatkan Dayu Gek Ade untuk tak lupa sembahyang terutama saat Rainan umat Hindu. Apalagi putrinya itu tidak bisa pulang ke Bali setiap saat. Terakhir saudari dari Ida Ayu Winasari dan Ida Ayu Tri Jayanti itu pulang sekitar satu tahun yang lalu.

“Kami selalu mengingatkan dia, sekarang Purnama, sekarang Tilem atau Kajeng Kliwon. Tapi memang dia tidak pernah lupa, selalu kirim foto bilang sudah selesai sembahyang. Kebetulan pura disana dekat dengan messnya,” sebutnya.

Sejak kecil, kata dia Dayu Gek Ade memang berbeda dari dua saudarinya. Ia gigih dan sangat disiplin. “Dia memang agak-agak tomboy, dari kecil memang fisiknya terlatih, saat TK sukanya jalan kaki padahal teman-teman dan sudaranya dijemput naik sepeda motor,” kenang mantan Perbekel Desa Nyambu tersebut.

Namun yang terpenting menurut dia adalah support dari keluarga yang selalu menyertai Dayu Gek Ade. “Apapun yang anak-anak kami lakukan kami selalu dukung selama itu positif. Kami tidak pernah menuntut mereka harus jadi ini harus jadi itu, kami berikan mereka kebebasan asalkan mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh,” sambungnya.

Ia pun berharap agar putrinya dapat mengemban tugas dengan baik. Apalagi profil Dayu Gek Ade semakin dikenal publik setelah diunggah dalam chanel Youtube Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

“Tidak boleh mudah berpuas diri dengan apa yang telah dicapai namun harus tetap berbuat yang terbaik. Dan semua yang sudah mendukung serta komentar kami juga minta doanya agar Dayu Gek Ade bisa menjalankan tugas kedepannya semakin baik lagi,” pungkasnya. ayu/yok


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER