Memprediksi Hasil Pemilu Jerman Tahun 2021

  • 14 September 2021
  • 15:05 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1457 Pengunjung
Google

Opini,suaradewqta.com -Jerman akan membuka tempat pemungutan suara pada 26 September 2021 untuk menentukan pengganti Kanselir Merkel. Merkel yang akan turun dari jabatan Kanselir setelah 16 tahun berkuasa dan memenangkan empat pemilihan umum telah melemahkan dukungan terhadap aliansi konservatif.
Seperti menjelang hajatan politik di negara yang lain, menjelang Pemilu Jerman tahun ini juga sudah diwarnai sejumlah hasil survei berdasarkan Survei Kantor Berita Jerman (ARD) pada 21 April 2021, sebanyak 44% warga negara Jerman menilai Markus Söder memiliki kompetensi menjadi Kanselir, sementara Armin Laschet hanya mendapat 15 persen. Laschet merupakan politisi berusia 60 tahun, serta memiliki kedekatan dengan Angela Merkel dan terpilih menjadi Pimpinan CDU sejak awal 2021 menggantikan Menteri Pertahanan Jerman, Annegret Kramp-Karrembauer.
Pimpinan Partai Kristen Demokrat/Christian Democratic Union (CDU), Armin Laschet diperkirakan mendapat dukungan 77.5% dari internal CDU sebagai calon suksesor Kanselir Jerman, Angela Merkel, dalam Pemilu Jerman September 2021. Dukungan CDU kepada Laschet praktis memutus harapan Markus Söder sebagai kandidat Kanselir lainnya dari CDU, karena hanya didukung 22.5%.
Menurut survei Bild Am Sanntag tanggal 25 April 2021, Partai Hijau memperoleh 28% dukungan, koalisi CDU/CSU 27%, diikuti Sosial Demokrat Scholz 13%, AfD 10%, FDP 9%, dan Die Linke 7%.
 Kemudian tanggal 29 Agustus 2021, Surat Kabar Bild am Sonntag melaporkan jajak pendapat yang dilakukan untuk mengetahui dukungan masyarakat menjelang Pemilu Jerman 2021. Laporan tersebut menunjukkan partai moderat kiri Social Democratic Party (SPD) mengungguli partai berkuasa dengan jumlah suara 24 persen dibandingkan Christian Democratic Union (CDU) dari sayap konservatif hanya 21 persen suara. Dalam kaitan kandidat kanselir, Surat Kabar Bild am Sonntag memprediksi kandidat Kanselir SPD, Menteri Keuangan Olaf Scholz, akan meraih 31 persen suara. Sementara kandidat Kanselir dan Ketua CDU, Armin Laschet hanya 10 persen dan kandidat dari Partai Hijau Annlena Baerbock mendapat 14 persen suara. 
Annalena Baerbock merupakan mantan juara senam trampoline yang tidak pernah menjabat di pemerintahan tetapi memiliki elektabilitas tinggi dalam beberapa jajak pendapat sehubungan janji politiknya untuk berinvestasi di bidang pendidikan, serta teknologi digital dan hijau.
Wakil Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengkritisi calon kanselir oposisi dari Partai Hijau, Annalena Baerbock dengan tuduhan tidak memiliki pengalaman politik, sehingga belum layak menjadi pesaing Armin Laschet, calon kanselir dari koalisi Partai Demokrat Kristen berhaluan kanan-tengah (CDU) dan Partai Kristen Demokrat Konservatif (CSU). 
Olaf Scholz menyatakan, meskipun jajak pendapat menunjukkan Partai Hijau mengungguli aliansi CDU/CSU, namun Jerman membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki pengetahuan tentang ilmu pemerintahan sehingga mampu memimpin Jerman tetap unggul di Eropa. 
Dari pernyataan yang dikeluarkan oleh Scholz mengungkapkan bahwa jika partai moderat kiri Social Democratic Party (SPD) menang dalam Pemilu Jerman 2021 kemungkinan akan menjalin koalisi politik dengan Partai Demokrat Kristen berhaluan kanan-tengah (CDU) dan Partai Kristen Demokrat Konservatif (CSU), dibandingkan dengan Partai Hijau.
Jika hasil survei-survei menjelang Pemilu Jerman 2021 benar secara metodologi dan tidak ditunggangi oleh kepentingan politik praktis apapun oleh lembaga survei ataupun media massa di Jerman yang menyiarkan hasil survei, maka dapat diprediksikan Partai Hijau akan bersaing ketat dengan koalisi CDU/CSU, sedangkan Partai SPD tampaknya akan berada di posisi ketiga, walaupun selama ini berhasil “mengawal pemerintahan” Merkel sampai tuntas dengan berbagai prestasi yang diakui di Eropa.
Menurut penulis, kemungkinan besar Pemilu Jerman tahun ini akan dimenangkan oleh Partai Hijau, dan ini akan menjadi kejutan politik di Jerman. Saingan terberat Annalena, penulis perkirakan datang dari Armin Laschet, calon kanselir dari koalisi Partai Demokrat Kristen berhaluan kanan-tengah (CDU) dan Partai Kristen Demokrat Konservatif (CSU).
Kemenangan Partai Hijau juga akan melanjutkan tradisi modern dalam politik di Jerman dengan terus dipimpin politisi perempuan. Annalena Baerbock diperkirakan akan mampu melanjutkan hasil pekerjaan yang ditinggalkan oleh Angela Merkel, meskipun Annalena harus menjalin koalisi di berbagai Parpol yang ada di Jerman untuk kondusifitas pelaksanaan atau perjalanan pemerintahannya ke depan.

Tugas berat Kanselir Jerman ke depan

Ada beberapa permasalahan serius yang perlu disikapi dan dicarikan solusi komprehensifnya oleh siapapun yang nantinya akan terpilih menjadi Kanselir Jerman hasil Pemilu tanggal 26 September 2021. Permasalahan strategis dan krusial tersebut antara lain : pertama, masih eksisnya kelompok ultranasionalis, Prinz Eugen di Jerman, dimana kelompok ini sangat membenci atau anti-Muslim dan anti-Turki, dan suara dari kelompok rasis ini (Prinz Eugen yang termotifasi prajurit SS) selalu disuarakan oleh jaringan televisi publik, TRTHUB, bahkan Kepala Editor TRT, Kaan Elbir menyatakan ancaman yang diterima membuktikan bahwa TRT telah berhasil mengisi gap pemberitaan terkait Islamophobia dan rasisme yang selama ini dihindari oleh media-media Jerman. Selain itu, TRT sejak awal Mei 2021 secara konsisten memberitakan kekerasan Israel terhadap warga muslim Palestina.
Kedua, Dinas Rahasia Domestik Jerman (Verfassungsschutz) melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer terkait ekstremisme sayap kanan tetap menjadi ancaman keamanan utama. Selain kebencian terhadap Islam, kelompok tersebut juga menyebarkan doktrin anti-Semitisme. Perkembangan kelompok sayap kanan juga semakin pesat akibat pandemi Covid-19 yang dieksploitasi untuk tujuan politis. 
Menurut pemantauan Verfassungsschutz, bahwa jumlah orang loyalis sikap ekstremis mencapai 33.300 orang pada 2020, bahkan hampir 40% dari mereka dipandang mampu melakukan kekerasan, bersedia menggunakan kekerasan, atau mendukung kekerasan. Sementara, kepolisian Jerman mencatat 23.604 kejahatan yang dilakukan kelompok sayap kanan pada 2020.
Surat Kabar Jerman, Welt am Sonntag mengeluarkan laporan tanggal 28 Juni 2021 bahwa setidaknya 272 anggota Kepolisian Jerman diselidiki atas tuduhan terlibat dengan kelompok atau melakukan kejahatan ekstremisme sayap kanan. Menurut anggota parlemen dari Partai Hijau Jerman, Irene Mihalic menekankan besarnya jumlah anggota kepolisian tersebut menjadi peringatan bagi Pemerintah Jerman untuk mewaspadai kelompok sayap kanan.
Ketiga, pemerintahan Jerman hasil Pemilu 2021 juga harus menghadapi permasalahan penolakan kebijakan pemerintah Jerman untuk menerapkan lockdown jika terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Jerman. Salah satu organisasi atau NGO di Jerman yang kerap menolak kebijakan lockdown di Jerman adalah The "Querdenker" (Lateral Thinkers). Organisasi atau pergerakan Querdenker merupakan organisasi gabungan dari berbagai elemen seperti masyarakat sipil, kelompok anti-vaxxers, dan anggota partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD). Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh organisasi ini cenderung anarkis dan selalu berakhir ricuh.
Toni Ervianto, Penulis adalah pemerhati masalah internasional. Alumnus pasca sarjana Universitas Indonesia (UI).


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER