Mewaspadai Virus Radikalisme Menghambat Proses Vaksinasi dan Penanganan Pandemi Covid-19

  • 25 Januari 2021
  • 09:25 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1875 Pengunjung
google

Opini,suaradewata.com - Pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak sosial yang luar biasa kepada masyarakat. Kebosanan, frustrasi dan kepanikan sosial bisa memprovokasi pandangan eksklusif dan radikal yang kemudian dapat meradikalisasi masyarakat. Karena itu, penting adanya vaksin yang bisa menjaga imunitas sosial dan kultural agar tidak mudah terprovokasi dari virus radikalisme.

Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Yusnar Yusuf Rangkuti menuturkan radikalisme adalah ajaran pemikiran yang menyimpang dari paham yang sebenarnya tentang islam itu sendiri. Adanya pemikiran yang menyimpang dari Agama Islam itu dikarenakan memahami terhadap ajaran Islam yang tidak sempurna dan tidak mendalam.

            Sehingga kemudian memandang orang lain itu tidak sesuai dengan pandangan dia. Hal ini yang kemudian menjadi paham radikal.

            Di masa pandemi, kelompok radikal diduga memanfaatkan situasi ini guna mendiskreditkan pemerintah. Narasi-narasi yang menyebut bahwa Pemerintah gagal dalam menghadapi virus Covid-19, dimanipulasi oleh mereka untuk menjatuhkan keseriusan Negara dalam melindungi warganya dari ancaman virus corona.

            Sebelumya, Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr Mohammad Kemal Dermawan, Msi menyarankan kepada masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih informasi yang ada dan menghindari berita-berita yang berisi provokasi yang tentunya bisa merugikan bangsa ini di tengah pandemi Covid-19.

            Ia mengatakan bahwa hal seperti adanya berita provokasi tersebut tentu akan lebih sulit terjadi kepada masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi. Karena masyarakat kelas ini memiliki kemampuan bertahan hidup secara ekonomi yang berbeda dengan warga masyarakat dengan status sosial dan ekonomi rendah.

            Kemal juga mengungkapkan bahwa masyarakat bisa diajak dan diimbau untuk tidak terlalu cepat meneruskan pesan atau berita yang diterima apalagi jika belum terbukti kebenarannya. Pemerintah-pun menurutnya juga bisa merangkul para tokoh masyarakat untuk menyampaikan hal ini.

            Pemerintah sendiri sebenarnya bisa melakukan berbagai upaya untuk menangkal sebaran informasi provokatif di masyarakat khususnya yang melalui dunia digital, salah satu caranya dengan menggiatkan ‘patroli cyber’. Karena secara teknologi, pemerintah melalui aparat penegak hukum bisa melakukan ‘patroli cyber’ untuk mengamankan konten-konten berita yang menghasut seperti berita hoax dan provokasi.

            Kemal juga mengajak kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokasi terhadap isu-osu yang muncul terkait Covid-19 ini. Dirinya juga meminta kepada seluruh warga untuk bersama-sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk bekerja sama menangkal virus corona dengan mengikuti anjuran pemerintah untuk mematuhi segenap kebijakannya.

            Selain itu, ia juga tidak menampik akan adanya kelompok masyarakat yang mudah terhasut oleh berita-berita provokasi terkait dengan adanya pelarangan sementara ibadah di tempat ibadah. Bahkan kini kuota jemaat dibatasi demi memutus mata rantai penularan virus corona.

            Tentu saja upaya ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, masyarakat yang memiliki akun media sosial beserta warganet tentu memiliki andil besar dalam meningkatkan konten-konten yang menyejukkan dalam upaya menjaga perdamaian terhadap bangsa ini.

            Jika terdapat konten berita atau informasi yang menghasut atau mengajak anarkis atau berita bohong, dianjurkan bagi pengguna agar melaporkan konten, kontak atau grup yang bermasalah kepada pihak yang berwajib.

            Sebagai masyarakat yang menggunakan internet dalam keseharian, tentu kita memiliki peran untuk tidak menambah keruh keadaan selama pandemi. Salah satu cara paling mudah adalah, tidak menyebarkan informasi yang bernada provokasi dan belum jelas kebenarannya. Saring sebelum sharing adalah acuan yang bisa kita lakukan selama tenggelam dalam media sosial.

Ditengah digitalisasi Industri yang ada, kelompok milenial dinilai paling mampu beradaptasi dengan segala perkembangan yang ada. Mereka-pun memiliki literasi teknologi yang lebih baik daripada generasi sebelumnya.

            Saat ini lebih dari separuh generasi milenial tinggal di perkotaan. Kalangan ini memiliki akses yang luas terhadap lingkungan pendidikan, kesehatan, teknologi informasi dan internet.

            Pandemi adalah masalah kita bersama, sehingga sudah sepantasnya kita ikut terlibat dalam melawan virus radikalisma yang memprovokasi dan menghambat upaya yang sedang digalakkan oleh pemerintah, apalagi vaksinasi akan segera dimulai sebagai upaya mengakhiri pandemi Covid-19.

Galih Firmansyah, Penulis adalah warganet tinggal di Pati


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER