Insiden Bentrok Laskar FPI dengan Polisi Berpotensi Memicu Penyebaran Hoaks

  • 25 Desember 2020
  • 14:25 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1536 Pengunjung
Google

Opini,suaradewata.com - Masyarakat perlu dihimbau untuk tidak tergesa-gesa membuat kesimpulan dan menelan berita-berita berpotensi hoaks yang beredar. 
Insiden tertembaknya enam anggota “Laskar Khusus” FPI di jalan Tol Jakarta-Cikampek oleh polisi yang melakukan pembuntutan masih dalam penyelidikan. 
Klaim bahwa anggota FPI sempat diculik atau mengalami penganiyaan di lokasi lain perlu dicermati lebih baik. Sejarah FPI memutar balikan fakta kerap terjadi dalam perkara hukum yang menimpa organisasi intoleran tersebut.
Dalam voice note yang beredar, terdengar bahwa ada sebutan anggota FPI yang memang tertembak di tempat kejadian perkara.
Polisi bisa memastikan bahwa sebelum melakukan tindakan pelumpuhan, anggota FPI sudah terlebih dahulu melakukan perlawanan bersenjata, yang membahayakan nyawa petugas. 
Pihak berwenang juga telah menunjukkan bukti kepemilikan senjata api dan tajam yang digunakan oleh anggota FPI saat bentrok pada Senin pagi (7/12). CCTV di Tol Jakarta-Cikampek juga berpotensi menambah bukti atas penyerangan tersebut jika dirilis. 
Diyakini bahwa “Laskar Khusus” yang terlibat bentrok adalah anggota-anggota pilihan Rizieq Shihab yang telah mendapatkan pelatihan khusus, layaknya lulusan pendidikan lembaga militer atau intelijen dalam melakukan pengawalan pentolan kontroversial FPI tersebut.  
Sebelumnya, video seruan Jihad oleh pendukung FPI bersenjata tajam juga telah memicu keresahan warga di berbagai daerah.  
Pelanggaran FPI tentang aturan kepemilikan senjata dan penyebaran berita hoaks berpotensi memicu gesekan antar masyarakat yang harus cepat ditanggapi.  
Sudah dipastikan bahwa pihak berwenang akan terus melanjuti penyelidikan walau kian mendapatkan perlawanan dan penghambatan penegakan hukum. Petugas dapat dipastikan akan mengambil setiap langkah, terkait insiden tersebut memenuhi standar operasional prosedur dan dalam koridor hukum.
Sydney Australia, 15.12.2020
Amanta S, Penulis adalah Amanta S, Master Strategic Studies dari Australia National Univrrsity (ANU) dan Cyber Terrorism dari MaqQuarie University, Sydney.


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER