Disdikpora Buleleng Pantau Pembelajaran Secara Luring di Desa Pedawa

  • 12 November 2020
  • 19:30 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 1677 Pengunjung
Suaradewata

Buleleng,suaradewata.com - Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, pada Kamis (12/11/2020) secara langsung turun untuk melakukan pemantauan kegiatan pembelajaran luar jaringan (luring) yang dilakukan oleh guru di SD Negeri (SDN) 3 Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng.

Kepala Disdikpora Buleleng, Made Astika mengaku, pemantauan ini dilakukan di daerah yang susah menggelar pembelajaran secara dalam jaringan (daring). Desa Pedawa merupakan salah satu tempatnya. Selain itu, pemantauan aktivitas pembelajaran luring ini memang rencana dari Disdikpora Buleleng.

Dijelaskan Astika, Desa Pedawa dipilih karena merupakan salah satu lokasi atau daerah yang susah untuk melaksanakan pembelajaran secara daring. Dalam pemantauan dilihat bagaimana aktivitas guru dan murid dalam pembelajaran luring. "Ini bisa dilakukan sepanjang tatap muka tidak melibatkan banyak orang," ujar Astika.

Desa Pedawa menjadi tempat pertama yang dikunjungi. Kedepan, akan dicari tempat yang memang daerahnya sulit melaksanakan pembelajaran secara daring. Seperti Desa Sepang Kecamatan Busungbiu, Desa Mengening Kecamatan Kubutambahan serta titik-titik lainnya.

"Zona risiko Covid-19 di Buleleng justru sangat fluktuatif. Sehingga pembelajaran secara daring dan luring bisa terus dilakukan sesuai kondisi sekolah masing-masing," jelas Astika.

Kendati begitu Astika mengakui, jika potensi pembelajaran secara tata muka masih ada. Hanya saja, persiapan harus dilakukan dengan matang, utamanya menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Pembelajaran luring ini pun terjadi karena ada orangtua yang belum mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka.

"Karena orangtua masih khawatir. Tentu keselamatan dan kesehatan anak-anak mereka lebih penting daripada proses pembelajaran tatap muka di sekolah," ucap Astika.

Sementara itu salah seorang guru kelas 4 SDN 3 Pedawa, Ni Komang Susilawati mengungkapkan, jumlah siswa yang diajar sebanyak 22 orang. Pembelajaran secara luring dilakukan di rumah siswa yang saling berdekatan. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok. Anggota kelompok ada yang 3 dan 4 orang.

Bahkan, dalam satu minggu, kelompok-kelompok kecil ini diajar sebanyak tiga kali. "Satu hari diambil dua kelompok. Selasa dua kelompok, Kamis dua kelompok dan Jumat juga dua kelompok. Setiap kelompok bertemu dengan saya seminggu sekali," ungkap Komang Susilawati.

Untuk tempat belajar, digunakan rumah siswa. Ini dikarenakan tatap muka belum diperbolehkan di sekolah. Ia sengaja mencari rumah siswa yang berdekatan sehingga memudahkan untuk kehadiran siswa. Proses pembelajaran yang diberikan hanya metode luring saja.

Pasalnya, tidak semua siswa telah memiliki handphone. "Sulit saya memberikan metode daring. Oleh karena itu, seluruhnya saya berikan dengan metode luring," tandas Komang Susilawati. rik/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER