Menjaga Kesehatan Jiwa dan Pikiran Demi Suksesnya Era Adaptasi Kebiasaan Baru

  • 14 September 2020
  • 10:50 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1715 Pengunjung
google

Oleh: Yoga Utama (Content Creator/Mahasiwa Ilmu Psikologi Univ. Padjajaran)

Opini, suaradewata.com - Aktivitas yang kita lakukan sehari-hari kini tidak bisa dilakukan seperti biasanya. Saat ini protokol kesehatan harus melekat dalam setiap kegiatan bahkan ada tuntutan untuk selalu menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan kerja.

Mengikuti peraturan protokol kesehatan pada era adaptasi kebiasaan baru ini pun sering membuat kita merasa cemas untuk melakukan aktivitas di luar, mengingat masih banyaknya persebaran Covid-19 di Indonesia. 

Mungkin bagi beberapa orang, hal seperti ini ditanggapi dengan biasa saja. Tetapi tidak untuk beberapa orang, hal ini justru dapat menyebabkan masalah mental, kecemasan, hingga berujung depresi. Kesehatan mental di masa Pandemi Covid-19 sangat penting untuk diperhatikan karena mengingat banyaknya kegiatan-kegiatan kita yang terhambat dan berdampak pada kesehatan mental pribadi. 

Kesehatan mental dalam kondisi pandemi Covid-19 perlu penanganan tersendiri, karena hal ini telah mengubah beberapa aspek kehidupan termasuk social distancing, karantina dan isolasi mandiri, beraktivitas di rumah saja, panic buying, hingga perubahan penanganan di fasilitas kesehatan. 

Kondisi yang telah berubah dengan begitu cepat dan tidak dapat ditentukan waktu lamanya, lalu pemberitaan yang terus-menerus kita dengar dan dibaca akan menyebabkan perubahan kesehatan mental yang parahnya berujung depresi. Dampak-dampak tersebut dapat menghambat penyembuhan pada diri kita. Hal ini juga terjadi kepada para tenaga medis yang mengalami perilaku diskriminasi di lingkungan tempat tinggal mereka.

Terdapat sejumlah upaya-upaya untuk mengatasi masalah kesehatan mental ini, yang bisa dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan mental sehingga tidak berujung depresi. Mulai dari membatasi informasi yang berlebihan, karena informasi di media sosial yang tidak terkendali akan menyebabkan kondisi pemberitaan yang berlebihan dan secara tidak langsung kita juga menyebarkan ketakutan baik kepada si pengirim pesan maupun penerima pesan. Saring terlebih dahulu berita atau informasi yang kita baca, sebelum sharing information dari sumber terpercaya dan akurat, bersama kita lawan hoaks dan konten negatif seputar Era Adaptasi Kebiasaan Baru dengan menyebarkan narasi optimisme.

Selanjutnya, kita dapat membuang atau menghindari perasaan yang membuat kita tidak nyaman dengan cara melakukan hal-hal yang positif, seperti berolahraga di rumah, mencoba resep masakan yang baru, mengurangi kebiasaan yang tidak baik untuk kesehatan, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat berpengaruh baik untuk kita.

Tetapi apabila merasakan stres atau perasaan yang tidak nyaman, segeralah berkonsultasi dengan profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, psikolog, konselor, dan lainnya untuk segera mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat. 

Lingkungan keluarga pun harus bisa menciptakan suasana yang aman dan nyaman, ajak keluarga kita untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif dan produktif. Bisa juga mengurangi kebosanan dengan cara tetap menjalankan kontak sosial melalui media sosial dengan keluarga, orang yang dicintai atau teman, serta tetap bekerja dan melakukan aktivitas dengan memanfaatkan koneksi internet, termasuk tetap menjalani pendidikan jarak jauh bagi seorang pelajar dan mahasiswa.

Hal yang terakhir, jangan lupa untuk selalu men- support teman-teman terdekat maupun teman online kita yang menjalani karantina mandiri, upaya ini bertujuan agar membuat seseorang merasa dimengerti, divalidasi, dan dikuatkan oleh sesama yang menjalaninya karena kita bisa berjuang bersama lawan penyebaran Covid-19 dengan menyukseskan Era Adaptasi Kebiasaan Baru.


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER