Manuver KAMI Sasar Pilpres 2024

  • 14 September 2020
  • 10:50 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1606 Pengunjung
google

Oleh : Zulkarnain )*

Opini, suaradewata.com - Situasi politik di Indonesia sedikit memanas ketika KAMI mengadakan deklarasi bulan agustus lalu. Mereka terang-terangan menyerang pemerintah dengan berbagai tuduhan ngawur. Organisasi ini mengaku sebagai gerakan moral, namun sudah kentara punya maksud politis dan berambisi ingin jadi presiden tahun 2024.

Pemilihan presiden memang masih 4 tahun lagi. Namun banyak orang yang berspekulasi, siapa yang akan jadi pemimpin bangsa selanjutnya? Muncul banyak nama dari berbagai partai. Tahun 2024 dirasa sudah dekat saja, padahal kenyataannya masih lama. Situasi ini muncul karena rasa penasaran, siapa yang akan menggantikan sosok Presiden Joko Widodo.

Di sinilah KAMI muncul dan langsung tebar pesona kepada seluruh rakyat Indonesia. Mumpung pilpres masih 4 tahun lagi. Jadi mereka punya cukup waktu untuk menaikkan popularitas. Walau sebenarnya para tokoh KAMI sudah cukup terkenal, seperti Din Syamsudin dan Rocky Gerung, namun saat ini mereka kalah populer dengan politisi muda.

Mengapa KAMI terus pasang aksi dan seolah-olah ingin menyelamatkan Indonesia? Karena mereka jelas berambisi ingin jadi presiden. Bahkan ada kabar bahwa utusan KAMI yang siap bertarung menjadi capres dan cawapres selanjutnya adalah pasangan Gatot Nurmantyo dan Titiek Soeharto. Menurut mereka, rakyat rindu presiden yang tegas seperti purnawirawan.

Selama 6 tahun ini Indonesia dipimpin oleh Jokowi yang berasal dari kalangan sipil dan background-nya pengusaha kayu. KAMI merasa Indonesia lebih cocok jika punya presiden yang lebih garang, seperti zaman orde baru. Padahal walau Jokowi dulu hanya rakyat biasa, punya sifat yang tegas dan tidak klemar klemer. Malah beliau yang tangkas dalam memangkas birokrasi.

Tuduhan KAMI jelas salah besar, karena sifat tidak tergantung dari latar belakang pekerjaan seseorang. Menjadi presiden adalah amanah besar dari rakyat. Pemimpin butuh ketegasan, namun perhitungkan juga umurnya. Seseorang yang sudah berusia di atas 60 tahun biasanya didera penyakit dan daya tahan tubuhnya tak sebaik yang muda. Jadi jangan ajukan seorang pensiunan jadi capres.

 

Mantan presiden Megawati sudah mencium aroma politis KAMI dan beliau menyatakan bahwa banyak yang ingin jadi presiden, mengapa tak membuat sebuah partai? Karena kenyataannya seorang calon pemimpin harus punya kendaraan politik berupa partai. Hal ini merupakan aturan yang dinukil dari hukum ketatanegaraan Indonesia.

Sindiran dari Megawati membuat publik paham bahwa KAMI hanya cari muka dan memanfaatkan publisitas saat deklarasi kemarin. Bahkan mereka ingin mengadakan deklarasi gelombang selanjutnya di Bandung dan Jogjakarta, agar makin banyak diliput media. Padahal acara ini sama saja dengan deklarasi sebelumnya yang penuh caci-maki.

Deklarasi KAMI cabang jawa barat sudah jelas ditolak oleh massa. Mereka tak mau Bandung dikotori oleh keberadaan organisasi ini yang hanya bisa action tanpa memberi solusi. Malah acara ini dikhawatirkan jadi klaster corona baru, karena diadakan di hotel yang ber-AC dan dihadiri oleh banyak orang. Takutnya ada banyak pelanggaran protokol kesehatan di sana.

Masyarakat juga makin gerah dengan lontaran dari anggota KAMI yang bernada negatif. Jika ingin terkenal dan berniat jadi calon presiden, maka jangan hanya bicara. Namun tirulah cara presiden Jokowi yang bermotto kerja dan kerja. Selamatkan Indonesia bisa dimulai dari niat untuk memberikan pekerjaan kepada pengangguran, jadi mereka bisa membuka perusahaan baru.

Motif politis KAMI untuk pemilihan presiden selanjutnya sangat terpampang nyata. Mereka menggunakan jurus menyalahkan pemerintah dan ingin mengambil simpati rakyat. Lalu menggunakan acara deklarasi sebagai momen agar kembali disorot oleh wartawan. Sayangnya masyarakat sudah alergi dengan janji manis dan tak mengindahkan keberadaan mereka.

 

)* Penulis adaah warganet tinggal di Bogor


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER