Mewaspadai Penularan Covid-19 Masih Tinggi

  • 10 Agustus 2020
  • 14:40 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1492 Pengunjung
google

Opini,suaradewata.com - Jumlah pasien corona di Indonesia makin melonjak. Warga harus semakin waspada dan selalu ingat untuk menaati protokol kesehatan. Jangan mentang-mentang sudah tidak ada PSBB lalu cuek dan menolak pakai masker. Jangan sampai sakit gara-gara kecerobohan ini. Kita tentu tidak ingin jadi pasien Covid-19 yang selanjutnya.

Indonesia mencatat rekor dengan jumlah total pasien Covid-19 lebih dari 100.000 orang. Ini sebuah fakta yang menyedihkan, karena pemerintah sudah berusaha keras untuk mengatasi pandemi. Namun kerja pemerintah tentu harus didukung oleh masyarakat. Kita harus tertib untuk selalu menaati protokol kesehatan dan waspada terhadap klaster corona baru.

Ada beberapa klaster corona baru di Indonesia. Contohnya adalah di sebuah pondok di Jawa Timur. Di sana ada pengajar yang batuk, ternyata positif Covid-19. Tentu sangat berbahaya, karena bisa menular ke murid-muridnya. Apalagi mereka tinggal di asrama yang rawan sekali untuk saling menularkan virus Covid-19. Seharusnya pembelajaran di sekolah harus ditunda.

Sekolah bisa jadi klaster corona baru, karena murid-murid saling begerombol ketika jam istirahat dan duduk berdampingan di kelas. Apalagi jika mereka masih kelas 1 SD atau TK, anak kecil rawan terkena corona. Mereka juga ebih suka main bersama daripada sendirian. Jadi keputusan untuk tetap menutup sekolah sangat tepat, agar mencegah penularan corona.

Tempat lain yang rawan jadi klaster corona baru adalah pasar. Pembukaan kembali pasar membuat pembeli dan pedagang sama-sama gembira. Memang roda ekonomi harus dijalankan lagi. Namun di sana tentu semua harus tertib dan menaati protokol kesehatan. Tidak hanya pembeli yang pakai masker, tapi juga pedagang, bahkan tukang parkir juga wajib.

Jangan sampai pasar itu jadi klaster corona seperti yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Perumnas Kelender, Jakarta. Jika sudah terlanjur ada kasus Covid-19, maka pasar harus ditutup sementara agar bisa dilakukan penyemprotan disinfektan. Pedagang bisa rugi karena tidak bisa berjualan selama berhari-hari. Jadi, semua orang harus tertib dan waspada.

Protokol kesehatan seperti wajib pakai masker dan rajin cuci tangan selalu digaungkan oleh pemerintah via tim satgas penanganan Covid-19. Baik melalui tayangan televisi, sosial media, maupun SMS. Semua peringatan ini tentu dilakukan demi keselamatan bersama. Karena sekarang corona bisa menular lewat udara, jadi harus memakai masker saat beraktivitas di luar.

Jangan pernah meremehkan corona dan kehilangan kewaspadaan, lalu malas pakai masker. Bahkan ada yang menolak keberadaan virus Covid-19 dan mengatakan bahwa itu hanya teori konspirasi. Jumlah pasien corona yang melonjak adalah sebuah bukti. Jangan sampai masyarakat terkena hoax tentang Covid-19 yang disebarkan oleh buzzer tidak bertanggungjawab.

Kewaspadaan untuk menghindari klaster corona dan selalu menaati protokol kesehatan sebenarnya sangat mudah dilakukan. Harga masker juga semakin murah, jadi tidak ada alasan untuk tak memakainya. Bersabarlah dan tunda dulu selama beberapa bulan, jika ingin mengadakan acara yang membuat kerumunan, misalnya syukuran atau arisan.

Jika sudah kehilangan kewaspadaan lalu terlanjur kena corona, maka akan sengsara karena pusing dan sesak napas. Bahkan di dalam paru-paru bisa tergenangi oleh darah. Belum biaya perawatannya yang mencapai ratusan juta, jika tidak punya kartu BPJS. Bukankah lebih baik mencegah dengan menaati protokol kesehatan daripada mengobati corona yang ganas?

Tetaplah waspada dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan selalu taati protokol kesehatan. Ingatkan juga ke teman-teman dan keluarga agar selalu pakai masker dan rajin cuci tangan. Jika semua orang tertib, maka tidak ada pasien corona baru, yang sakit akan cepat sembuh, dan pandemi ini bisa cepat berlalu.

Made Raditya, Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER