Pemudik Diimbau Tunda Balik ke Jakarta

  • 29 Mei 2020
  • 18:10 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1492 Pengunjung
google

Opini,suaradewata.com - Pulang kampung sudah dilarang namun masih saja ada orang yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Sekarang para pemudik ingin kembali lagi ke kota karena harus masuk kerja. Pemudik pun diimbau untuk tidak pulang dulu ke Jakarta karena karena berpotensi membawa bibit penyakit Corona.

Di masa pandemi Covid-19, lebaran adalah hari yang menyenangkan sekaligus menegangkan karena berpotensi menaikkan penyebaran penyakit Corona. Apalagi jika masih ada yang bandel untuk pulang kampung, padahal sudah jeals-jelas dilarang. Ketika jalan besar dijaga oleh petugas, maka mereka lewat jalan tikus dan jalur alternatif. Sekarang ketika waktu cuti lebaran sudah habis, mereka terburu-buru ingin kembali ke kota karena sudah wajib masuk kantor.

Sayangnya muncul larangan bagi para pemudik untuk kembali. Penyebab utamanya adalah mereka bisa saja membawa virus Covid-19 dari desanya atau dari perjalanan. Kali ini, petugas mengawasi jalur mudik dan arus balik dengan jauh lebih ketat. Sehingga pemudik yang nekat kembali langsung dihalau dan ditindak saat itu juga.

Jika pemudik nekat menerobos penjagaan bahkan berani melawan petugas, maka bisa tertangkap dan mendapat beberapa jenis sanksi. Di antaranya, mereka harus membayar sejumlah denda dengan nominal yang cukup besar dan merelakan mobil atau motornya diderek. Mereka juga bisa disuruh karantina saat itu juga, dan rata-rata tempatnya beraura mengerikan. Hal ini memang disengaja untuk memberikan efek jera, karena mereka bandel dan tetap nekat mudik walau sudah dilarang.

Ketika ada pemudik yang ingin masuk ke Jakarta, maka harus membawa surat izin khusus yang bisa diunduh di sebuah situs. Dalam keadaan terpaksa, misalnya ingin kembali ke ibu kota sekalian untuk berobat, maka pemudik harus membawa beberapa surat penting. Di antaranya Kartu Tanda Penduduk, surat bebas virus Covid-19 dari Rumah Sakit yang valid, dan juga catatan medis terbaru.

Jangan sampai para pemudik nekat untuk mengulangi aksinya untuk melaju di jalanan dan kucing-kucingan dengan petugas. Mereka bisa saja masuk ke kota dengan modus operasi memasukkan kendaraan ke sebuah truk yang ditutup terpal. Atau malah nekat pergi larut malam dengan berjalan kaki. Ingatlah untuk tidak egois, karena bisa saja mereka membawa virus Covid-19 dan menularkannya ke semua orang yang ditemui di dalam perjalanan serta di dalam kota.

Sabarlah dan menunggu hingga kota sudah dibuka dan  pemudik boleh kembali. Sementara menanti terbukanya gerbang, maka mereka bisa menego atasan untuk melakukan pekerjaan secara online. Jadi bisa dilakukan di kampung halaman, dan tidak takut akan kena peringatan karena bolos kerja.

Ingatlah bahwa keadaan ini muncul karena kesalahan mereka sendiri, sudah tahu dilarang pulang kampung di masa pandemi Covid-19, malah nekat mudik. Bertemu dengan orang tua dan saudara memang menyenangkan, tapi bagaimana jika Anda menularkan penyakit Corona pada mereka? Malah bisa membawa kematian bagi keluarga tersayang dan juga pada orang-orang yang ditemui di perjalanan dan di dalam kota.

Jika tertangkap oleh petugas dan mendapat denda atau sanksi yang lain, maka jangan mengomel apalagi marah-marah. Mereka hanya menjalani pekerjaannya dan bertindak sangat tegas karena menaati perintah atasan. Petugas juga sudah bertekad untuk mengamankan kota dari serangan virus Covid-19 yang tak kasat mata. Malah para petugas ini sebenarnya mengorbankan kesehatan dan keselamatan mereka sendiri, karena sering kontak dengan banyak orang di jalanan.

Hendaknya setiap pemudik sabar dan memahami keadaan pandemi Covid-19. Larangan untuk kembali ke kota dikeluarkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan bersama, jadi wajib ditaati. Bersabarlah menunggu sampai kota benar-benar bisa dimasuki.

Reza Rahman, Penulis adalah kontributor the Jakarta Institute


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER