Pemerintah Tangani Covid-19 dengan Optimal

  • 24 Mei 2020
  • 19:20 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1555 Pengunjung
google

Opini,suaradewata.com - Corona memang belum benar-benar pergi dari Indonesia. Namun pemerintah sudah berusaha menanganinya dengan optimal. Ada berbagai langkah yang diambil, misalnya dengan PSBB, stay at home, dan peluncuran ventilator serta alat rapid test buatan anak negeri.

Ketika seseorang terkena corona, ia kesulitan bernapas dan merasa sesak di dada. Untuk berdiri saja sulit dan bahkan bisa kehilangan kesadaran. Ia harus segera dirawat agar sembuh dan tidak menularkannya ke orang lain. Pemerintah langsung sigap untuk menunjuk Rumah Sakit khusus untuk pasien yang terkena virus Covid-19 dan membuat beberapa peraturan agar penyakit ini tidak tersebar ke seluruh wilayah Indonesia.

Peraturan yang dibuat oleh pemerintah dan wajib kita taati di antaranya adalah stay at home, school from home, work from home, dan PSBB. Masyarakat juga wajib memakai masker non medis ketika terpaksa pergi ke luar rumah. Mereka juga dilarang untuk pulang kampung di akhir bulan ramadhan. Bahkan para abdi negara juga dilarang keras untuk mudik dan jika ketahuan akan mendapat sanksi yang keras, mulai dari teguran hingga penurunan pangkat.

Mengapa peraturan dibuat segitu banyaknya? Ini adalah sebuah bukti bahwa pemerintah sangat perhatian pada rakyatnya dan ingin menangani Covid-19 dengan optimal. Semua langkah itu dilakukan agar masyarakat selalu aman dan tidak terjangkit corona.

Selain menerapkan aturan PSBB dan lain-lain, maka pemerintah juga menangani virus Covid-19 dengan memberikan bantuan kepada para tenaga medis. Bantuan itu berupa alat perlindungan diri dan alat-alat kesehatan yang diberikan kepada nakes di Jakarta maupun daerah-daerah lain, dan sudah sesuai dengan standar dari Kemenkes. Diharapkan dengan bantuan baju hazmat dan lain-lain, para tenaga medis akan bisa bekerja merawat pasien corona dengan maksimal.

Selain memberikan bantuan alat-alat medis, tenaga kesehatan juga diberi intensif oleh pemerintah. Besarannya bervariasi, mulai dari Rp. 5.000.000 hingga Rp. 15.000.000. Semua tenaga medis mendapatkannya, mulai dari bidan, perawat, dokter umum, hingga dokter spesialis dan dokter gigi. Jika ada nakes yang meninggal karena tertular virus Covid-19, maka keluarganya akan mendapat santunan Rp 300.000.000.

Para nakes juga tidak usah khawatir akan menularkan corona pada keluarganya di rumah, karena mereka sudah disiapkan tempat khusus untuk menginap. Tempat itu juga dijamin nyaman dan sangat higienis. Hal ini menunjukkan kepedulian pemerintah kepada para tenaga medis yang sangat berjasa untuk menghalau corona.

Untuk menangani corona, maka kementrian riset dan teknologi membentuk konsorsium Covid-19 yang tugasnya membuat inovasi untuk menangani penyakit mematikn ini. Senjata yang mereka buat untuk menangani coron ini ada hingga 55 jenis dan 9 di antaranya dilihat oleh Presiden Joko Widodo. Peluncuran senjata ini dilakukan di akhir mei 2020.

Yang dimaksud dengan senjata adalah alat kesehatan dan alat test untuk mengetahui apakah seseorang terkena virus Covid-19 atau tidak. Senjata ini di antaranya adalah ventilator, robot asisten tenaga medis, alat rapid test, sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk menangani corona, dan lain-lain. Setelah di-launching, maka alat-alat ini diharapkan bisa diproduksi massal untuk menangani corona. Juga pengusaha dihimbau agar mau memberikan suntikan dana dan jadi investor, agar produksinya makin lancar.

Pemerintah sudah berusaha keras untuk menangani virus Covid-19. Presiden membuat beberapa aturan untuk membuat penyakit ini tidak merajalela, seperti PSBB, stay at home, school from home, dan work from home. Selain itu, pemerintah juga memberikan perhatian kepada para tenaga kesehatan yang bersusah-payah menangani pasien corona, dengn memberikan intensif mulai dari 5 juta rupiah. Presiden juga meluncurkn hasil karya dari kemenristek untuk menghalau corona, berupa ventilator, robot asisten tenaga medis, dan alat rapid test.

Dhika Lazuardi, Penulis adalah mahasiswa Universitas Pakuan Bogor


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER