Pancoran Ini Diyakini Sembuhkan Segala Penyakit, Sering Muncul Tapakan Rangda Mandi di Pancoran

  • 19 Mei 2020
  • 21:10 WITA
  • Badung
  • Dibaca: 22069 Pengunjung
suaradewata

Badung, suaradewata.com - Sebuah pancoran yang bernama pancoran Tri Sula di Banjar Tanggayuda Desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal diyakini sembuhkan segala penyakit. Pancoran ini yang terletak di perbatasan Kabupaten Badung dengan Kabupaten Gianyar tepatnya di Desa Bongkasa cukup dibilang angker. Bagaimana tidak, menurut cerita dari pemangku setempat, di pancoran itu sering muncul tapakan Rangda yang sedang mandi dan tak jarang masyarakat yang melihatnya dibuat langsung pingsan. Tidak hanya itu, juga terdapat sosok laki-laki yang ganteng dan perempuan cantik di dekat pancoran tersebut. 

Dalam penelusuran media suaradewata.com, Selasa, (19/05/2020), menuju pancoran tersebut dapat dilalui dari jalan utama Banjar Tanggayuda Desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal yang dekat pohon beringin ke timur, selanjutnya melalui jalan setapak menurun hingga menuju dibawah pancoran. Setibanya di pancoran tersebut, tampak 3 pancoran utama yang diberi nama pancoran Tri Sula selanjutnya di sebelah utara terdapat  2 pancoran yang diberinama pancoran Sudamala. Pancoran tersebut dapat diyakini menyembuhkan segala penyakit, bahkan bisa untuk melakukan penglukatan. 

Jro Mangku Dalem Pingitan, Wayan Sunarca menerangkan bahwa pancoran Tri Sula ini merupakan pancoran beji Ida Bhatara dari Kahyangan tiga yakni Ratu Dalem, Ratu Desa dan Ratu Puseh Taman Sari sebagai tempat penyucian saat piodalan. Selain itu juga dapat digunakan untuk penglukatan dan nunas Tamba. Dan untuk pancoran diutaranya, yakni pancoran Sudamala juga dapat menghilangkan segala penyakit.

"Terutama penduduk lokal banyak melukat disini, bahkan dari Ubud dan Renon sering kesini, kalau percaya dia, ini bisa menyembuhkan segala penyakit yang lima pancoran itu, 3 pancoran trisula dan 2 pancoran sudamala," terang Jro Mangku Sunarca saat ditemui di lokasi pancoran, Selasa, (19/05/2020).

Sebelumnya, Jro Mangku pernah ngelukat Atlit Takro untuk mewakili Porprov Provinsi, saat melukat di pancoran Tri Sula hari itu pun kebetulan hari Kajang Kliwon. Ada salah satu gurunya Atlit Takro melihat bahwa di atas pancoran Tri Sula ada 2 orang, ada seorang gadis begitu cantik dengan rambut panjang teruai ke bawah sampai ke air dan yang satu pria ganteng memakai gelungan seperti Bhatara Wisnu membawa senjata Trisula.

"Waktu saya ngelukat, pancoran yang ditengah itu menjadi kuning keemasan dan tidak jadi mengambil air itu, mungkin cuman diperlihatkan saja, banyak siswa siswa yang melihat air itu berubah, dan juga disini ada kepiting berumbun, ada juga ikan udang yang besar sekali lagi kelihatan dan tidak, itu yang melihat orang melukat," ujarnya. 

Pada malam hari, lanjut Jro Mangku menerangkan, juga terdapat ikan Julit Gading Keemasan di pancoran Tri Sula dan juga muncul belut putih jumlahnya satu ekor seukuran jari tangan di pancoran Sudamala. Bahkan di sekitar pancoran Tri Sula dan Sudamala juga muncul kepiting warna merah dan kepiting kakinya warna putih badannya hitam. Tidak hanya itu, ketika masyarakat datang kepancoran Tri Sula tepat pukul 12.00 wita tengah hari, banyak yang melihat Ida Bhatara tapakan mandi di pancoran yang berupa Rangda Ida Bhatara Ratu Niang Lingsir.

"Yang melihat itu langsung kaget dan langsung pingsan, terus ada juga yang rafting lewat disini dia pingsan, pas sadar terus pas ditanya katanya diajak jalan jalan sama yang putih putih," terangnya. 

Sebelumnya, lebih lanjut Jro Mangku mengatakan, juga ada yang membangun hotel disekitar pancoran dan ada buruh proyek asal Lombok ingin mandi di pancoran. Setelah naruh pakaian diatas batu, begitu setelah naruh pakaian langsung pingsan. Pada saat itu ia belum menjadi pemangku yang menjadi mangku adalah ayah kandungnya.  

"Bapak saya datang kesini melukat terus dia langsung sadar, terus dia mau bilang bikin upacara pecaruan disini, tapi sampai sekarang pun belum ada mungkin orangnya itu sudah tidak ada lagi," pungkasnya.

"Kalau disini dulu belum tahu makna dan kegunaan pancoran disini, dulu banyak orang yang mandi disini tapi sekarang gak berani mandi disini lagi karena banyak yang melihat banyak penampakan, dan sekarang pancoran ini betul betul disucikan, disini kata kata senonoh juga tidak boleh, kalau mau buang air kecil juga gak boleh disini, kadang kadang bisa sakit orangnya," pungkasnya.

Selain pancoran, juga terdapat patung berupa barong yang berada disebuah batu, pada saat itu ia pun kaget saat melakukan pembersihan diseputaran pancoran. Di sebelah pancoran Tri Sula juga terdapat tapak tangan yang belum diketahui kapan dibuatnya. Tepat di atas tapak tangan, ada batu mirip prasasti atau Linggayoni.

"Kok muncul begitu entah kapan dibikinnya, mungkin leluhur kita terdahulu apa dari beliaunya yang bikin," tuturnya.

Bahkan, keberadaan pancoran itu juga terdapat 11 pancoran disekitar pancoran Trisula dan pancoran Sudamala. Yang fungsinya bagi masyarakat yang ingin mencari pancoran 11 sudah ada di sekitar pancoran tersebut.

"Pancoran Trisula dan Sudamala juga ada pancoran pendampingnya lagi 6, jadinya 11 Pancoran, kalau ada yang mau mebayuh mencari pancoran 11 sudah lengkap disini," terangnya sambil mengatakan rencana koordinasi dengan Kelian Banjar Adat Tanggayuda untuk merubah jalur menuju pancoran yang melewati utara. Karena jalur sekarang di selatan, ditakutkan nanti apabila ada orang lewat yang sedang datang bulan dikwatirkan terjadi apa-apa karena jalannya tepat diatas pancoran.

Sementara, Kelian Banjar Adat Tanggayuda Desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal, Gusti Agung Ketut Suardana mengatakan keberadaan pancoran beji yang namanya Trisula dan Sudamala ini memang kegunaannya untuk beji Ida Bhatara yang melinggih ring Pura Ayun di jagat Tanggayuda. Semenjak ini dibersihkan oleh pemangku yang ada di Pura Ayun, juga banyak dari luar yang melukat di pancoran tersebut, bahkan ada yang nunas tirta untuk dirumahnya yang digunakan untuk sembahyang. Karena semenjak dibersihkan kelihatannya seperti ini dan dari Banjar memang sudah menyungkemkan untuk bisa dipakai penglukatan di Pura Beji ini. 

"Banyak yang harus diperbaiki disini tentang beji ini terutama lokasinya cukup bagus dan cukup angker, apa yang dibilang oleh pemangku tadi itu beliau yang mengetahui bagaimana keberadaan beji ini," ucap Agung Suardana.

Ia menerangkan, untuk tanah di pancoran tersebut merupakan Laba Pura yang mana sudah ada sertifikatnya termasuk diatasnya. Untuk tanah disamping pancoran itu adalah tanah milik warga yang merupakan keluarganya tepatnya ditimur pancoran. Dan tidak ada sengketa di keluarganya sepanjang itu dipakai untuk umum.

"Rencananya kita merubah jalur, kalau kita melihat strategis jalan dan pemanfaatannya lahan kita sebagai Laba Pura karena atasan itu merupakan Pelaba pura, pleaning kedepannya jalan beji kita ubah dari utara kita bikin sehingga tidak melewati atasan beji bagi yang melukat," terangnya.ang/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER