Mudik Saat Pandemi Covid-19 Membahayakan Banyak Orang

  • 27 April 2020
  • 16:45 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 2499 Pengunjung
google

Oleh : Andri Saputro

Opini, suaradewata.com - Virus corona masih bercokol di Indonesia dan korbannya makin berguguran. Pandemi ini membuat masyarakat harus berdiam diri di rumah. Begitu pula ketika Lebaran, sebaiknya di rumah saja. Jangan mudik ke kampung halaman saat pandemi Covid-19 karena membahayakan banyak orang.

Bulan puasa kita alami di tengah pandemi Covid-19. Masyarakat masih menjalankan perintah untuk social distancing dan stay at home, dan meninggalkan beberapa tradisi ramadhan. Misalnya tak lagi berjualan takjil karena takut mengundang kumpulan massa di pasar krempyeng ramadhan. Selain itu, kegitan sahur on the road juga dilarang keras, karena dikhawatirkan menyebarkan corona.

Namun bagaimana dengan mudik? Seperti biasanya, masyarakat selalu pulang kampung di akhir bulan ramadhan, karena ingin sungkem kepada orang tua dan berkumpul bersama kerabat. Di tengah pandemi covid-19, terbit larangan untuk mudik dari Pemerintah. Sontak muncul berbagai reaksi dari masyarakat, ada yang setuju namun ada pula yang protes keras.

Mudik memang sudah jadi kebiasaan tahunan dan apa jadinya Lebaran tanpa sungkem dan meminta maaf kepada kedua orang tua? Jika tidak mudik ketika hari raya, aneh rasanya. Malah banyak orang yang mudik massal jauh sebelum bulan puasa, karena mencari pekerjaan di kampung. Mereka nekat dan tidak memikirkan akibat jangka panjang dari perbuatannya.

Padahal seharusnya kita memahami mengapa ada larangan mudik Lebaran tahun ini. Pemerintah bukannya mengambil hak pribadi rakyatnya untuk pulang kampung, tapi malah melindungi kita dari bahaya corona. Jika Anda melakukan perjalanan dari kawasan zona merah ke hijau, maka akan sangat berbahaya karena berpotensi menyebarkan virus Covid-19. Penyakit ini akan terus menyebar ke seluruh Desa dan Kota di Indonesia, dan akan memakan lebih banyak korban jiwa.

Bayangkan jika di kampung ada orang tua Anda yang sudah berusia lanjut, dan paman serta bibi yang biasanya memiliki hunian di dekat rumah mereka. Orang-orang yang sudah tua sangat berpotensi tertular corona, contohnya seperti yang terjadi di Italia. Jika benar-benar sayang pada mereka, maka taatilah aturan untuk tidak mudik.  

Jika Anda nekat pulang kampung secara diam-diam di tengah malam, maka ketika ketahuan oleh Perangkat Desa akan segera dimasukkan ke dalam ruang untuk karantina. Sayangnya di sana bukan seperti Rumah Sakit, namun biasanya malah bangunan kosong yang kurang terawat dan kondisinya horor. Hal ini sengaja dilakukan agar ada efek jera bagi para pemudik yang nekat.

Setelah Lebaran pasti akan kembali ke Kota. Ketika desa kelahiran ternyata sudah berstatus red zone, maka Anda juga jadi penyebar corona dari desa ke kota. Akan jadi banyak korban, mulai dari keluarga di kota hingga rekan kantor. Janganlah egois dengan pulang kampung di saat pandemi, karena semua larangan ini demi kesehatan banyak orang dan kebaikan Anda sendiri.

Pemerintah sudah berusaha mencegah terjadinya arus mudik dengan menerapkan aturan putar balik. Di jalan tol dan beberapa jalur mudik, ada polisi yang berjaga dan segera menghalau orang-orang yang nekat pulang kampung. Jika sudah begitu, maka Anda sendiri yang rugi, karena gagal mudik dan suadh terlanjur keluar biaya untuk beli bahan bakar.

Pahamilah bahwa aturan untuk dilarang mudik bukanlah sesuatu yang buruk. Lebaran tetap lebaran, walau tidak ada sesi pulang kampung. Anda masih bisa menelepon orang tua atau melakukan video call untuk menghapus kerinduan. Sebagai gantinya, nanti ketika keadaan sudah stabil, bisa pulang kampung dan bertemu dengan mereka.Taatilah larangan mudik dan tetap setia stay at home dan melakukan social distancing, dan terus jagalah kesehatan, agar tidak terkena virus corona.

* Penulis adalah anggota Ikatan Mahasiswa Gunung Kidul


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER