163 Ogoh-ogoh Denpasar Dinilai

  • 28 Februari 2019
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 2548 Pengunjung
suaradewata

Denpasar, Suaradewata.com- Sebanyak 163 karya ogoh-ogoh dari STT se-Kota Denpasar kini memasuki tahap penilaian. Tim Penilai yang berjumlah 9 orang ini menyambangi satu persatu Sekehe Teruna yang terdaftar sebagai peserta lomba. 

Penilaian diawali dari Kecamatan Denpasar Timur pada Senin (25/2) lalu. Di kecamatan ini sedikitnya ada 47 ogoh-ogoh yang mengikuti lomba.

Rombongan Tim Penilai dipimpin Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Dewa Gede Juli Astabrata bersama Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, I Made Wedana  akan berlangsung secara berturut-turut dari Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar Utara, Denpasar Barat dan berakhir di Kecamatan Denpasar Selatan.

Dari keseluruhan peserta yang terdaftar, sebanyak 47 ogoh-ogoh berasal dari Kecamatan Denpasar Timur, 44 ogoh-ogoh berasal dari Kecamatan Denpasar Utara, 37 ogoh-ogoh berasal dari Kecamatan Denpasar Barat dan 35 ogoh-0goh berasal dari Kecamatan Denpasar Selatan dan bersiap untuk mengikuti tahap penjurian.

Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Dewa Gede Juli Astabrata menjelaskan bahwa pelaksanaan lomba ogoh-ogoh ini merupakan komitmen Kota Denpasar dalam pelestarian seni dan budaya. "Ini merupakan komitmen Pemkot Denpasar dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya di Kota Denpasar,” jelasnya.

Nantinya, kata dia dari hasil penjurian ini akan dicari nominasi sebanyak 8 besar di masing-masing kecamatan, sehingga keseluruhanya akan berjumlah 32 yang akan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 10 juta dipotong pajak.

Dewa Juli juga menekankan bahwa seluruh peserta lomba dan hasil penilaian lomba akan diserahkan ke desa pakraman untuk selanjutnya dilaksanakan pawai di masing-masing desa. Pihaknya juga berharap seluruh elemen yang terlibat saat malam pengerupukan agar tetap menjaga keamanan serta kondusifitas rangkaian Hari Suci Nyepi ini.

Sementara taru Menyan, tema ogoh-ogoh inilah yang kini diangkat STT Dharma Stuti, Banjar Panca Kerta, Desa Tegal Kertha, Denpasar Barat. Taru Menyan sendiri merupakan nama Desa di Bangli yang memiliki arti Taru berarti Pohon dan Menyan berarti Harum atau Pohon Harum. 

“Konsep ini sudah kami rancang sejak dua bulan lalu. Selain memaknai hari raya Nyepi kami juga ingin berbagi kisah tentang Taru Menyan yang belum banyak diketahui orang,” ujar Ketua STT Dharma Stuti, I Gusti Ngurah Putra Udiyana.

Keberadaan nama desa Trunyan ini sendiri berawal dari pengembaraan empat orang putra putri Raja Surakarta ke Bali untuk mencari bau harum yang menyengat. Alkisah, Raja Solo yang bertahta di Kerajaan Surakarta, beliau mempunyai empat orang anak. 

Tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suatu hari tiba-tiba mereka mencium bau harum yang sangat menyengat. Keempat bersaudara itu sangat penasaran dan tertarik dengan bau harum tersebut. Akhirnya merekapun memutuskan untuk melakukan perjalanan guna mencari sumber bau harum tersebut dipimpin Pangeran Sulung. mot/rat


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER