Habis Kritikan, Isu Agama Kembali Disematkan

  • 18 Desember 2018
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 3004 Pengunjung
google

Opini : Hasan Al-Hafiz

Opini, suaradewata.com - Sejak kecil, Jokowi terkenal suka bergaul dengan siapa saja. Karakter itulah yang kemudian terbawa sampai beliau menjadi Presiden Indonesia ini. Tidak hanya dekat dengan tokoh akademisi saja beliau juga akrab bersama para tokoh Muslim, para santri dan sebagainya. Hal ini dibuktikan banyaknya orang-orang pemerintahan di sekitar Presiden dengan memiliki latar belakang Islam yang kuat, disampingi beranekaragaman latar belakang.

Terlibatnya para alim-ulama, akademisi-cendekiawan, dan tokoh Muslim senior dalam struktur pemerintahannya (baik dari faksi NU, Muhammadiyah dan lainnya) seperti Ma'ruf Amin, Ahmad Syafii Ma'arif, Said Aqiel Sirodj, Din Syamsuddin, Mahfud MD, dan sebagainya menunjukkan kedekatan dirinya. Oleh sebab itu, Jokowi kerap dikenal dekat dan sangat menghormati para kyai kharismatik dan terpandang seperti Habib Luthfi bin Yahya, Kiai Maimun Zubair, Gus Mus dan masih banyak lagi.

Melihat jadwal kegiatannya, beliau tampak sering sowan atau mengunjungi berbagai kelompok ulama, pimpinan pondok pesantren dan kiai sepuh di seluruh pelosok Indonesia. Bukan hanya ulama dalam negeri saja, Jokowi juga membangun persahabatan dengan berbagai kalangan ulama dari Luar Negeri, khususnya Timur Tengah, seperti Syaikh Ahmad Muhammad al-Tayeb (Imam Besar Al-Azhar, Mesir) dan Syaikh Abdul Rahman bin Abdul Aziz al-Sudais (Imam Besar Masjid al-Haram, Makah).

Presiden Jokowi sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan berbagai kelompok ulama di dalam dan luar negeri dari berbagai ormas Islam, untuk dimintai pertimbangan dan perspektif tentang membangun keislaman moderat (wasathiyah) dan berkarakter Indonesia. Dalam visi pemerintahannya, Jokowi membangun mental dan karakter Indonesia dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Tentunya hal tersebut diiringi dengan sounding toleransi sebagai warisan leluhur yang membuat masyarakat tetap bersatu meskipun berbeda suku dan agama.

Maraknyaisu kriminalisasi ulama yang dilakukanJokowi, menimbulkan pertanyaan besar. Sesungguhnya, apa yang dipropagandakan oleh para oposisi bahwa Jokowi  anti-ulama yang suka "mengkriminalkan ulama” sama sekali tidak masuk akal dan jauh dari fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Tidak ada bukti bahwa Jokowi Anti Ulama. Sejumlah kasus yang terjadi padaHabib Rizieq merupakan akibat dari ulahnya sendiri. Toh, Habib Rizieq juga tidak bisa secara mutlak disebut ulama karena kelakuannya sudah sangat melenceng jauh dari mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin.

Ungkapan "kriminalisasi ulama” itu hanya omong kosong belaka untuk menggiring opini dan sentimen kebencian publik terhadap Presiden Jokowi. Targetnya tentu saja agar publik muslim kelak tidak memilih Jokowi karena telahdinilai anti atau pembenci ulama. Cara-cara kotor dan fitnah kerap ditempuh untuk mengkritik kepemimpinan Jokowi. Sekali lagi, tidak ada celah untuk mengkritik kepemimpinan Jokowi. Pembangunan? Pendidikan? Kesehatan? Kesejahteraan? Semuanya meningkat, tak ada celah. Isu agama lagi-lagi menjadi gorengan yang harus dijual kepada publik.

Di lain sisi, banyak juga masyarakat yang telah berpikiran dewasadan dapatmenilai hubungan baik Presiden Jokowi sebagai representasi umaro atau pemimpin politik dengan para "pemimpin agama. Masyarakat golongan seperti iniadalah masyarakat madani yangmengedepankan pemikiran dan pandangan tersendiri terhadap pemerintah. Sehingga, tidak mudah digoyang dengan isu-isu yang sengaja disebarkan oleh kelompok pemfitnah.

Sebagai pemimpin yang beragama, Presiden Jokowi tidak lupa untuk menjalin hubungan baik dengan para Ulama dan tokoh agama di berbagai daerah. Banyak Ulama dan tokoh agama yang mempercayakan kepemimpinan negara selanjutnya di tangan Presiden Jokowi. Jokowi juga dinobatkan sebagai pemimpin negara muslim paling berpengaruh di dunia karena kepiawaiannya dalam mengatur urusan pemerintahan, baik dalam maupun ke luar negeri. Indonesia bangga memiliki pemimpin seperti Presiden Joko Widodo.

*) Mahasiswa Universitas Negeri Jember


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER