Tradisi Makepung Lampit di Jembrana

  • 25 November 2018
  • 00:00 WITA
  • Jembrana
  • Dibaca: 3173 Pengunjung
suaradewata.com

Jembrana, suaradewata.com - Jembrana memiliki cukup banyak tradisi budaya yang terpendam, jika gambelan dari bilah bambu ada seni Jegog, Bungbung dan Tingklik, maka budaya Makepung yang telah menjadi ikon Bali Barat, Jembrana juga memiliki varian lain yaitu MakepungLampit. Tradisi mekepung lampit dilaksanakan menjelang musim tanam padi tiba atau berlaga di lahan basah. Berbeda dengan Makepung yang biasanya diselenggarakan setelah panen padi di sawah.

Makepung Lampit ini dilakukan ditengah petakan sawah yang berlumpur dan berair tanpa cikar seperti Makepung didarat seperti yang diadaka di hamparan sawah berlumpur di Banjar Peh Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana  minggu (25/11). Hanya menggunakan lampit yang biasa digunakan petani untuk meratakan sawah yang akan ditanami benih padi. Makepung Lampit sejatinya telah ada sejak lama sekitar era tahun 1930-an, atau sudah ada konon sebelum  Makepung di darat. Entah apa penyebabnya Makepung Lampit atau Makepung di Betenan ini tidak berlanjut. Kini Makepung Lampit yang hanya ada di Jembrana kembali aktif dilakukan.

Koordinator Mekepung Lampit Made Mara mengatakan, dirinya menggemari makepung lampit ini sejak tahun tahun 1970-an. Dirinya mengaku sangat senang mengikuti ajang makepung lampit lantaran dirinya berprofesi sebagai petani. Dalam Makepung lampit ini, yang paling sulit adalah saat mengendalikan laju lari karbau di dalam petak sawah yang berlumpur. “Karena saya petani trus saya coba-coba untuk beradu kecepatan. Nah kalau kerbaunya tidak akur sulit mengendalikannya. Kalau kerbaunya bagus baru gampang, karena arealnya berlumpur,” katanya.

Lebih lanjut, Made Mara mengatakan, jumlah peserta Mekepung Lampit kali ini berjumlah 39 peserta. Hadiah yang disiapkan Juara 1 Rp. 5 Juta, Juara 2 Rp. 4 Juta, Juara 3 Rp. 3 Juta, Juara Harapan 1 Rp. 2 Juta dan Harapan 2 Rp. 1 Juta. Dari event tahunan ini, Mara berharap agar kedepan ada sirkuit mekepung lampid permanen. “Peminat mekepung lampid ini cukup banyak, hanya saja setiap event selalu kebingungan dalam mencari lokasi diadakannya event. Kami berharap kedepan, Pemkab bisa memfasilitasi sirkuit permanen,” lanjutnya.

Kadis Parbud Nengah Alit mengatakan, Mekepung Lampit tersebut kini sudah mulai dikenal dan diminati masyarakat, termasuk juga wisatawan domestic maupun asing. Mekepung lampit ini ditarik oleh sepasang kerban (dua kerbau) dan hanya menggunakan bajak (Lampit) dan ditumpangi satu orang joki yang sudah menjadi warisan sejak lama, terus mengakar dan dilakukan oleh para petani yang ingin berlomba adu cepat memacu sepasang kerbau. Dikenalkannya tradisi mekepung lampit ini, karena sekarang ini banyak petani bila mengolah atau membajak sawahnya jarang menggunakan kerbau, melainnkan memakai traktor. “Untuk melestarikan ini, kami mencoba mengenalkannya kembali, serta mencoba mempromosikan dengan cara membuat arena lomba makepung lampit,” ujarnya.

Mekepung lampit ini, cukup atraktif dan memperlihatkan kelihaian pejokinya dengan memegang pecut. Dikerbaunya juga dihiasi dengan kroncongan dan rumbing yang dihiasi di atas kepala kerbau. Namun, memang Makepung lampit ini, belum menjadi agenda tahunan, terutama di bidang pariwisata. Namun kedepan, pihaknya juga menginginkan untuk merencanakan menjadi agenda tahun atau event tahunan. “Bila diselenggarakan semacam lomba, akan memacu pertumbuhan sekaa mekepung lampit,” jelas I Nengah Alit.

Sementara, Bupati Jembrana yang sambutannya dibacakan Sekda Made Sudiada mengatakan Atraksi Mekepung Lampid adalah salah satu atraksi khas Kabupaten Jembrana, yang merupakan warisan leluhur masyarakat Jembrana yang patut di lestarikan. Keberadaan Mekepung Lampid diharapkan mampu menarik minat wisatawan baik domestic maupun mancanegara. Menanggapi permintaan sekaa mekepung agar di bangun sirkuit permanen, Sudiada mengatakan akan menyampaikan usulan tersebut kepada Bupati Jembrana.

Dalam Lomba kali ini keluar sebagai juara I adalah Sekaa Tunjung Putih asal Pangkung Jajang. Juara ke dua Sekaa Rajawali asal Baluk, Juara Ketiga Sekaa Ketut Garing asal Banyubiru, Juara ke Empat Sekaa Putra CBR asal Kaliakah dan Juara ke lima Sekaa Putri Ayu asal Brawantangi. dep/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER