Budidaya Maggot, Belatung Kaya Protein Untuk Pakan Ternak

  • 18 April 2018
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 30123 Pengunjung
suaradewata

Tabanan, suaradewata.com - Sebagai pakan ternak, Maggot atau binatang sejenis belatung sangatlah baik karena mengandung protein tinggi. Namun belum banyak yang membudidayakan Maggot ini sehingga saat ini harganya masih cukup mahal.

Salah satu orang yang baru merintis budidaya Maggot sejak enam bulan lalu adalah Putu Dwi Eka Jaya Giri, 37, warga Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan. Kepada www.suaradewata.com, dirinya menuturkan bahwa budidaya Maggot itu bermula ketika ia melihat biaya yang dikeluarkan untuk pakan ternak ikan yang dipeliharanya cukup besar. Ia pun memutarkan otak untuk mencari alternatif pakan. Kebetulan waktu itu dirinya bertemu dengan temannya yang merupakan peternak bebek dan mengkonservasi Maggot diluar negeri. "Kemudian saya mulai kembangkan Maggot ini, karena saya lihat budidaya ini tidak hanya berhenti pada pakan ternak saja, tetapi juga ada hubungannya dengan lingkungan dimana media yang dibutuhkan untuk budidaya adalah sampah organik basah yang selama ini sering jadi masalah karena baunya," paparnya saat ditemui di tempat budidaya Maggot miliknya di Banjar Periyukto, Desa Wanasari, Kecamatan Tabanan.

Apalagi dalam satu kotak yang digunakan untuk berkembangnya Maggot ini membutuhkan 10 kilogram sampah organik basah seperti bekas sayur, buah dan makanan per harinya. Sedangkan saat ini pihaknya memiliki 57 kotak, sehingga dalam sehari ia membutuhkan 570 kilogram sampah organik basah dan sebulannya mencapai 17 ton. "Bayangkan saja ada 17 ton sampah organik yang bisa kita kurangi untuk masuk ke TPA setiap bulannya," lanjutnya.

Sejauh ini, sampah organik basah yang ia butuhkan didapatkan dari masyarakat disekitar rumahnya dan Pasar Dauh Pala. Ia pun membuka bank sampah, dimana setiap satu kilogram sampah yang dikumpulkan maka masyarakat tersebut akan mendapatkan satu poin untuk dikumpulkan dan nantinya bisa ditukar dengan sembako atau elektronik. "Kedepan jika konsep ini bisa diterapkan di desa-desa yanh ada di Tabanan tenth akan sangat baik, selain bisa mengembangkan alternatif pakan ternak juga bisa mengurangi sampah," imbuh Giri.

Maggot sendiri bisa dijadikan pakan ternak burung, ayam, ayam petarung, bebek, ikan, lele, hingga kura-kura karena kandungan proteinnya yang tinggi. Sehingga bisa diberikan untuk diselingi dengan pelet.

Namun saat ini Maggor yang berhasil dipanennya masih sebatas dibeli oleh teman-temannya yang ingin juga mengembangkan Maggot. Harganya pun masih cukup tinggi yakni Rp50.000 sampai Rp 75.000 perkilogramnya. "Maggot ini tinggi kandungan proteinnya, karena makanannya pun buah dan sayuran," sambungnya. 

Adapun cara membudidayakan Maggot ini kata dia tidak begitu sulit, pertama bibit atau pre-pupa diletakkan diruang khusus perkembangbiakan, kemudian sekitar 14 hari pre-pupa akan berubah menjadi lalat Black Soldier Fly (BSF) yang bentuknya lebih panjang dari lalat biasa dan bukan lalat hijau. Lalat betina kemudian bertelur pada media kayu bertumpuk, bukan pada makanan. Setelah bertelur lalat itu pun akan mati selanjutnya telur lalat ditimbang sebanyak 5 gram dan dipindahkan ke media dedak untuk ditetaskan dalam waktu 4-5 hari.

Setelah telur menetas barulah Maggot kecil dipindahkan ke media biopond yang terdiri dari sampah organik basah dan biarkan selama 15 hari sampai Maggot siap panen. Dari satu kotak, dapat menghasilkan 20 kilogram Maggot. Kemudian media sampah organik basah yang sudah terpakai pun bisa dijadikan pupuk organik. ayu/rat


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER