Aktifis Perlindungan Anak Pertanyakan Komitmen Pemerintah

  • 26 Maret 2018
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 3101 Pengunjung
suaradewata

Buleleng, suaradewata.com –Pemerintah dan pemerintah daerah dalam Perlindungan Anak disebut pihak yang dibebankan kewajiban menyediakan fasilitas khusus bagi anak yang menjadi korban tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak. Rumah aman disebut sejumlah aktifis sosial menjadi salah satu fasilitas khusus yang sangat dibutuhkan. Ironisnya, sejak 2002 hingga aturan terbaru diterapkan pun belum ada satu pun fasilitas itu dari pihak pemerintah.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Buleleng, Riko Wibawa, mengatakan bahwa keberadaan rumah aman untuk menampung korban saat pemulihan kondisi psikis menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi sejak lama. Dirinya sejak bergabung dengan P2TP2A tahun 2016 telah beberapa kali mengajukan untuk fasilitas rumah aman tersebut.

“Permasalahannya adalah, ketika setelah selesai dilakukan pemulihan secara fisik maupun psikis oleh medis. Karena tidak bisa langsung dikembalikan ke lingkungan awal dan juga tidak bisa langsung membaur dengan anak-anak di Panti Sosial. Mereka harus disentralisir terlebih dahulu dan didampingi psikolog untuk memulihkan psikologi mereka,” ujar Riko Wibawa.

Hal tersebut disampaikan ketika melakukan kunjungan ke rumah milik warga yang kini menjadi tempat sementara perawatan korban kekerasan terhadap anak di Desa/Kecamatan Banjar. Dalam pertemuan tersebut juga turut dihadiri oleh Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak, Ida Ayu Alit Rahmawati yang akrab disapa Dayu Alit.

Menurut Riko, masalah tersebut pun bukan hanya dihadapi dalam kasus yang saat ini di Desa/Kecamatan Banjar. Ada beberapa kasus lain juga yang membuat para praktisi perlindungan anak di Buleleng menghadapi kesulitan dalam melakukan penampungan sehingga harus melibatkan pihak-pihak yang sifatnya masyarakat perorangan untuk membantu.

Hal senada juga disampaikan Alfon yang aktif pekerja sosial yang ditunjuk Direktorat Jendral Kementrian Sosial RI. Ia yang mendapat penugasan di bawah kendali Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Buleleng pun mengaku terus mendorong keberadaan fasilitas yang dikenal dengan rumah aman tersebut.

“Setiap pertemuan saya sampaikan bahwa rumah aman sangat dibutuhkan dan harus ada untuk melakukan pemulihan kondisi psikis korban. Yang dirumah aman itu sudah dijamin ketersediaan psikolog dan tenaga medis lain yang berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis anak yang menjadi korban kekerasan anak,” papar Alfon dikonfirmasi beberapa waktu lalu.

Hal senada diungkap Komisi Nasional Perlindungan Anak Bali, Ida Ayu Alit Rahmawati, kepada suaradewata.com yang mengatakan saat ini kondisi korban belum masuk dalam kondisi aman bahkan cukup beresiko terhadap pemulihan fisik maupun psikisnya.

“Untuk kasus yang di Desa/Kecamatan Banjar (Kekerasan anak), korban masih dirawat di bangunan yang kebetulan tidak ditempati oleh pemiliknya. Ada beberapa dokter dan perawat yang datang karena panggilan moril dan membantu untuk pemasangan Sonde (Selang makanan bagi pasien). Tapi apakah berani bertanggung jawab ketika terjadi sesuatu dengan korban,” ujar Dayu Alit yang sempat berkunjung ke tempat korban kekerasan anak di Desa/Kecamatan Banjar ditampung saat ini.

Menurut Dayu, kondisi ketidakberadaan Rumah Aman yang merupakan fasilitas wajib dari pihak pemerintah bukan hanya terjadi di Buleleng. Secara umum, lanjutnya, termasuk di Bali pun belum terdapat rumah aman tersebut untuk memperbaiki kondisi psikis anak-anak yang menjadi korban kekerasan.

Dikonfirmasi terkait dengan langkah tindak lanjutnya, Dayu Alit mengaku berencana untuk melakukan audiensi dengan Bupati Buleleng selaku top leader alias pemimpin pada pemerintahan di Bali Utara.

“Rencananya nanti bersama rekan-rekan advokat, praktisi anak, dan juga kami dari Komnas Perlindungan Anak untuk bertemu Bupati Buleleng. Diupayakan secepatnya karena terkait pemulihan kondisi korban pada kasus di Desa Banjar yang perlu ada penanganan medis. Saya sudah baca hasil rekomendasi dari pihak RSJ Bangli yang menyebutkan harus dilakukan perawatan,” pungkas Dayu Alit.

Berdasarkan pantauan langsung suaradewata.com, kondisi Melati sungguh sangat memprihatinkan. Gadis malang yang kini terkulai lemah dan mengalami depresi ini hanya tidur melantai dengan beralaskan kasur kapuk. Bukan hanya itu, ia yang masih mengalami kesulitan makan masih menggunakan bantuan sonde (Naso Gastrik Tube).

Tidak ada asupan makanan atau obat-obatan lain dari infuse untuk mempercepat pemulihan kondisi fisik korban. Bahkan, dari Komnas yang sempat menganalisa kondisinya pun melihat ada penurunan kesadaran yang harus lekas di ambil tindakan.

Selain itu, para kakak tiri dan kandung korban yang saat ini menunggu secara bergantian pun turut merasakan kondisi kesulitan biaya baik untuk merujuk korban maupun logistic makanan untuk sang adik kesayangan.

“Kemarin waktu di rumah sakit, adik saya (Kakak korban) yang kerja di warung makan harus tidak bekerja dalam beberapa hari. Sementara dia juga sudah berkeluarga dan sumber pendapatan dari dia. Sama yang di Gianyar juga anaknya bahkan sekarang dalam kondisi sakit. Apalagi saya yang sekarang kerja buruh serabutan,” ujar IKA sebagai pihak Pelapor dalam laporan di Mapolres Buleleng.

Kebingungan yang dialami keluarga malang ini dalam menjaga keberadaan korban pun sementara waktu dilakukan oleh warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat korban ditampung sementara.

Berdasarkan keterangan dari pihak keluarga dekat mengatakan, bahwa Melati masih mengalami trauma ketika melihat lelaki yang tidak dikenalnya. Belakangan pun diketahui bahwa Melati sudah sempat menjalani perawatan di RSUD Kabupaten Buleleng sebelum masuk kali kedua tanggal 9 Maret 2018.

Yang menurut keterangan pihak keluarga mengatakan telah sempat beraktifitas biasa dengan kondisi yang jauh lebih baik pasca masuk kedua kalinya ke RSUD. Diketahui belakangan kambuhnya Melati hingga akhirnya sempat dirawat di ruang Cempaka dan dipindah ke ruang Sakura akibat keluar ke halaman rumah dan melihat lelaki yang tidak ia kenal melintasi jalan dipemukiman tempatnya tinggal sementara itu.

Salah satu relawan dari unsur masyarakat yang turut membantu korban sempat menunjukan kepada suaradewata.com kondisi korban yang sempat sembuh sebelum akhirnya kembali menjalani perawatan di RSUD Buleleng. Dimana, hanphonenya digunakan untuk aksi selfi oleh korban serta anak dari salah satu relawan dari unsur masyarakat tersebut. adi/gin


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER