Hadiri Ngaben Masal, Bupati Eka Tekankan Persatuan dan Semangat Gotong Royong

  • 08 Desember 2017
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 3098 Pengunjung
suara dewata

Tabanan, suaradewata.com – Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, didampingi I Ketut Purnaya selaku Anggota DPRD Provinsi Bali, menghadiri Upacara Pitra Yadnya (Ngaben Masal) Sawa Prenawa masyarakat Banjar Gunung Siku, Desa Peken, Belayu, Marga, Jumat (8/12) kemarin.

Juga turut hadir pada kesempatan tersebut, Anggota DPRD Kabupaten Tabanan I Putu Eka Putra Nurcahyadi, Camat Marga IGN. Alit Adiatmika,Bendesa Adat Belayu, Perbekel se-Desa Adat Belayu, Tokoh Masyarakat, serta Tokoh Adat Setempat.

Saat itu Bupati Eka menekankan kepada seluruh masyarakat Gunung Siku, agar selalu menjaga persatuan. Karena masyarakat yang maju adalah masyarakat yang bersatu, sehingga persatuan dan semangat gotong-royong merupakan hal yang mutlak yang harus ditumbuhkembangkan di dalam kehidupan sehari-hari, tegas Orang Nomer Satu di Tabanan itu.

Dirinya juga mengatakan, setiap melaksanakan pembangunan pasti ada saja kekurangannya, baik itu kekurangan dari segi materiil dan non materiil. Ditegaskan apapun itu pasti ada jalan dan cara, selama masyarakat bersatu, niscaya apapun bisa diwujudkan.

“Pastika sampun makeh kekirangan, napipun nika pasti wenten jalan, wenten cara. Yang penting bersatu, masikian, tiang yakin yadnya niki memargi antar”, ucap Bupati Perempuan Pertama di Bali ini.

Dirinya juga menghimbau seluruh masyarakat untuk bersama-sama membangun Tabanan, berbuat yang baik untuk Tabanan, serta bangga menjadi orang Tabanan. Karena membangun Tabanan tidak bisa hanya dilakukan oleh Pemerintah saja, melainkan pembangunan di Tabanan bisa terwujud dan sukses apabila masyarakat di Tabanan bisa bersama-sama, bergotong-royong membangun Tabanan, tegasnya.

Srikandi Cantik asal Tegeh, Angseri ini saat itu juga mngungkapkan kekhawatirannya mengenai erupsi Gunung Agung di Karangasem. Erupsi Gunung Agung menyebabkan Pariwisata di Bali, Bahkan di Tabanan mengalami penurunan yang sangat Drastis. Dan hal tersebut sangat berdampak kepada ekonomi masyarakat di Bali, Khususnya di Tabanan, tegasnya.

“Bener-bener niki, baru pertama-kalinya pariwisata jeblok di Bali. Yang biasanya Tanah Lot itu satu hari bisa 7 ribu pengunjung, mangkin hanya bekisaran 4 ratusan orang per hari, jauh sekali dan sangat drastis penurunannya. Dumogi mangde ten sue niki, nunas ica sareng-sareng walaupun ini menjadi hal yang sangat berat, tetapi tiang yakin disetiap ada bencana pasti ada hikmahnya. Dan tiang harapkan sareng sami mangde kuat, sabar, dan tetap memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa semoga diberikan jalan yang terbaik”, tambahnya.

Beliau juga mendoakan agar Karya (Upacara Pitra Yadnya) yang dilaksanakan masyarakat setempat berjalan dengan lancar (Labda karya sidaning don). Dan semua diberikan kekuatan oleh yang Maha Kuasa, dan tolong dijaga kesehatannya, pesan srikandi cantik ini.

Dia pun berpesan juga agar selalu mensyukuri apa yang ada, serta selalu sambung koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah. Karena apapun itu, kita sebagai makhluk hidup sudah mempunyai tugas dan kewajiban masing-masing.

“Dan hanya satu yang tiang mohon, cumpu pikayun, masikian, ampunang toleh kiri kanan dan selalu jalin komuikasi dan koordinasi dengan Pemerintah, nggih? tutupnya.

Sebelumnya ketua Panitia Karya I Nyoman Janu melaporkan bahwa, kegiatan Pitra Yadnya (Ngaben Masal) ini dilakukan selama 10 tahun sekali. Dengan tujuan agar lebih mempererat persatuan diantara krama (masyarakat) Gunung Siku, dan yang terpenting adalah pengiritan dalam sisi ekonomi.

Pada  Ngaben Masal ini terdapat 41 sawa, dan 5 memukur serta 25 Ngelungah, mengambil tingkatan upacara Sawa Prenawa. Setiap sawa yang dimiliki masyarakat dikenai iuran sebesar Rp. 3 juta, memukur Rp. 1 Juta dan Ngelungah Rp. 750 ribu.

Disamping itu, mengingat biaya yang dikeluarkan tidak akan memenuhi kebutuhan upacara keseluruhan, maka masyarakat banjar setempat juga melakukan peson-peson (iuran). Peson-peson dibagi menjadi 2 yakni, peson-peson krama lanang (Pria) dan Krama Istri (Wanita). Krama lanang dikenai patis berupa 25 kg beras, 2 batang bambu, 3 pucuk klangsah, sedangkan krama istri dikenai 3 daksina cenik, 5 canang soda dan peras 3 ikat.

Dilaporkan juga penghabisan dari karya ini sudah menelan dana sekitar Rp. 350 Juta, dan dana yang terkumpul baru sebesar Rp. 150 Juta. Masih banyak kekurangan yang dialami oleh pihaknya. Pihaknya berharap agar Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Bupati Eka, bisa membantu kekurangan yang ada serta bisa menuntun masyarakat sehingga bisa terus menjaga persatuan antar krama, tegasnya. rls/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER