Terbentur Biaya Operasi, Kondisi Siswi SMP Korban Tabrak Lari Memperihatinkan

  • 14 Juli 2017
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 4218 Pengunjung
suaradewata.com

Banglisuaradewata.com - Nasib tragis dialami Ni Wayan Santi Ariani (14 tahun), seoarang siswi yang masih duduk di bangku kelas III SMPN 3 Bangli asal banjar Guliang Kawan, Bunutin, Bangli. Pasalnya, pasca mengalami tabrak lari saat dibonceng orang tuanya empat tahun silam, kondisi kakinya kanannya yang patah tulang hingga kini tak kunjung membaik. Lebih tragis lagi, kondisinya kian memperihatinkan lantaran kecelakaan tersebut telah menyebabkan ibunya, Ni Ketut Suci meninggal dunia dan ayahnya, I Nengah Sarma juga mengalami patah tulang pada bagian pinggul kanannya. Meski kondisi ayahnya sudah membaik, namun belum bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dampaknya, perawatan dan operasi lanjutan untuk menyembuhkan patah tulang yang dialami Ariani tidak bisa dilakuan lantaran terbentur biaya pengobatan.

Ditemui dirumahnya, Jumat (14/07/2017), Ariani tampak baru pulang dari sekolah di SMPN 3 Bangli desa Tamanbali. Dengan menggunakan alat bantu berupa tongkat, tampak Ariani berjalan tertatih-tatih karena menahan rasa sakit menuju kamarnya. Sesekali ayahnya, yang senantiasa mengantar jemput Ariani ke sekolah, membantu memapah Ariani agar bisa naik tangga menuju kamarnya. Diceritakan Nengah Sarma, penderitaan yang dialami Ariani bermula dari tabrak lari yang dialaminya empat tahun silam, sekitar bulan Juli tahun 2013 di wilayah hukum Polres Gianyar. Saat itu, dirinya yang baru pulang dari menjenguk cucunya di Gianyar, sedang membonceng istri dan anaknya bungsunya itu. Namun ditengah perjalanan, tepatnya di perempatan Kota Gianyar, tiba-tiba sebuah mobil jaz warna hitam tanpa menghidupkan lampu datang dari arah berlawanan. “Motor saya kena senggol mobil jaz warna hitam itu, yang menyebabkan istri saya terpental jatuh dan anak saya patah tulang,” ungkapnya. Dia sendiri, mengaku mengalami patah tulang pada pinggul kanannya. Apesnya, sopir jaz tersebut justru kabur. “Kejadiannya malam hari. Mobil jaz yang menabrak saya kabur begitu saja,” tegasnya.

Dampak kejadian tersebut, istrinya yang sempat menjalani perawatan di RSU Gianyar tidak bisa tertolong nyawanya karena patah tulang pada lehernya. “Sementara anak saya, sempat menjalani perawatan di RSU Sanglah, hingga delapan kali operasi. Namun karena terbentur biaya, saya tidak bisa meneruskan pengobatannya hingga sembuh,” tegasnya. Semestinya, kata dia, operasi lanjutan untuk membuka pen pada kaki anaknya, dilakukan setahun silam. Namun setelah melakukan koordinasi dengan dokter yang merawatnya, saat itu pihaknya diminta menyiapkan biaya operasi sebesar Rp 15 juta. “Saya benar-benar tidak punya biaya. Sampai kini saya juga belum bisa bekerja, karena patah tulang yang juga saya alami,” jelasnya. Oleh karena itu, pengobatan dan perawatan anaknya terpaksa dilakukan seadanya dirumahnya. Dampaknya, bekas luka dan patah tulang pada kaki kanan Ariani, hingga kini tak kunjung sembuh. Sebaliknya, bekas operasinya justru kerap berair karena diduga infeksi dan dirasakan teramat nyeri.

Meski demikian, semangat Ariani untuk melanjutkan sekolah masih sangat tinggi. “Walaupun masih sakit, saya ingin bisa menuntaskan sekolah saya. Untuk kesekolah saya diantar jemput oleh bapak,” ujar Ariani. Atas kondisi yang dideritanya, Ariani pun hanya bisa pasrah dan berharap ada uluran tangan para dermawan untuk bisa melakukan tindakan operasi lanjutan demi kesembuhan kakinya.ard/aga


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER