Harga Garam Meningkat, Petani Pejarakan Keluhkan Minimnya Jumlah Produksi

  • 09 Juni 2017
  • 00:00 WITA
  • Buleleng
  • Dibaca: 4172 Pengunjung
suaradewata.com

Buleleng, suaradewata.com – Meningkatnya hasil penjualan garam di pasaran ternyata tidak seiring hasil produksi yang masih terbatas. Menurut Ketua Kelompok Petani Garam "Bumi Putih" Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak yakni Iksan mengatakan minimnya jumlah produksi akibat harga bio membran yang digunakan tidak terjangkau, Kamis (8/6/2017).

"Harga bio membran yang digunakan sebagai alat penampung air laut mencapai Rp 2,5juta perlembar. Dan para petani garam pun terbatas memilikinya. Akibatnya, jumlah produksi masing-masing kelompok penggarap garam hanya mencapai 2 sampai maksimal 4 ton persekali panen garam," ujar Iksan memaparkan.

Terkait harga, Iksan mengatakan bahwa ada kenaikan tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Dari awalnya harga perkilogram hanya Rp 500 kini meningkat menjadi Rp 1500 perkilogram. Harga jual tersebut merupakan harga dari petani garam langsung dan terjadi kenaikan Rp 1000 pada harga di pasaran.

Peningkatan harga garam pun didukung dengan belum masuknya produk luar Bali. Pasalnya, untuk sat ini Ikhsan mengakui bahwa banyak garam di seluruh kabupaten yang ada di Bali merupakan hasil panen garam masyarakat Desa Pejarakan.

Selain mengandalkan alat bio membran atau yang sering dikenal dengan istilah "terpal", kondisi cuaca pun sangat mempengaruhi para petani dalam memproduksi garam. Kondisi panen normal yang bisa dilakukan selama 10 hari bisa terkendala ketika cuaca tidak bersahabat.

Menurut Ikhsan, hasil panen saat ini masih terhitung hanya mencapai 20 persen dari hasil produksi panen normal dengan barometer luas lahan yang ada saat ini di Desa Pejarakan. Pasalnya, tidak semua lahan bisa dimaksimalkan akibat kekurangan bio membran tersebut.

"Sejak awal tahun lalu, para petani garam di Desa Pejarakan berjumlah 150 orang. Mereka bekerja secara berkelompok dan total keseluruhan produksi hanya mencapai 20 ton.

Minimnya alat pendukung produksi garam yang saat ini dimiliki, cukup menjadi kekhawatiran bagi para petani di Desa Pejarakan. Ikhsan menyebutkan, kekhawatiran itu terlebih ketika produksi garam luar Bali masuk ke pasar Bali sehingga bisa mempengaruhi harga garam.

"Untuk saat ini masih cukup lumayan dengan harga Rp1500 perkilogram. Tapi produksinya masih terbatas dan kalau garam luar masuk, ini tentunya akan merugikan petani lokal karena harga tentu kembali jatuh. Kami berharap pemerintah baik provinsi maupun kabupaten di Bali bisa menjaga agar garam luar tidak masuk," pungkas Ikhsan. adi/dev


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER