Ujicoba Di Abang Batu Dinding, EWS Lolos Standar Internasional

  • 09 Oktober 2016
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 3979 Pengunjung
suaradewata

Bangli, suaradewata.com – Letak geographis Bangli yang berada di daerah perbukitan menyebabkan sejumlah wilayahnya tergolong sangat rawan bencana diterjang berbagai bencana  seperti tanah longsor dan banjir bandang. Salah satunya, daerah dusun Dukuh, Desa Abang Batu Dinding, Kintamani. Bahkan wilayah yang berada tepat di kaki Gunung Abang ini, beberapa tahun silam pernah diterjang bencana tersebut  hingga menyebabkan korban jiwa. Karena itu, untuk mencegah hal serupa terulang kembali, peneliti dari Universitas Gajah Mada (UGM) DR. Wahyu Wilopo bekerjasama dengan BPBD Bangli melakukan pemasangan alat EWS(Early Warning System) di empat titik di wilayah setempat.

Untuk memastikan fungsi dan manfaat alat tersebut, Rektor UGM Prof Ir Dwikorita Karnawati,M.Sc.Ph.D  bersama rombongan, Minggu (09/10/2016), langsung memantau dan melakukan uji coba. Mereka juga tak segan-segan melihat secara langsung alat yang telah dipasang setahun lalu itu, di empat titik yakni Sungai Peceburan,Nyung Celalang dan Bonderek. Yang cukup membanggakan, terungkap peralatan dan sistem EWS untuk deteksi dini bencana tersebut telah dinilai lolos standar internasional.

Hal ini diakui, Rektor UGM Prof Ir Dwikorita Karnawati M.Si,Ph.D. Disampaikan,  belum lama ini Landslide EWS karya UGM telah berhasil lolos untuk diproses lanjut sebagai standar rujukan dunia (ISO). Keberhasilan sebagai standar internasional ini berdampak sangat penting pada kepeloporan dan kedaulatan Indonesia dalam industri kebencanaan di dunia. Indonesia dimotori oleh UGM adalah negara pertama dari"Middle Income Country" yang berani mengusulkan produksinya menjadi rujukan Internasional. "Ini juga  berarti nantinya seluruh produk industri internasional untuk Landslide Early Warning System harus merujuk ke Sistem dan Teknologi karya UGM " jelasnya.

Sementara Peneliti UGM DR. Wahyu Wilopo, menjelaskan  pemasangan  4 buah sensor EWS di desa Abang Batu dining,  terdiri dari ektensometer, tilmeter dan curah hujan (Rain Gauge).Namun sebelum alat tersebut dipasang ,tim melakukan kajian risiko,sosialisasi,pembentukan tim siaga bencana, pembuatan peta jalur evakuasi,penusunan SPO evakuasi,pemasngan alat EWS dan gladi evakuasi serta membuat kesepakatan bersama dalam pemeliharaan alat EWS.

Dijelaskan, system alat ini bisa mendeteksi gerakan tanah hingga 1 milimeter sehingga saat baik untuk deteksi dini jika akan terjadi bencana. Karena itu, ditambahkan, selain Bangli yang dijadikan tempat penilaian dari ISO, lebih dari 100 unit alat ini telah  diaplikasikan  di 16 propinsi di Indonesia dan sejumlah perusahan tambang luar negeri.

Disisi lain Ketua Tim  Siaga Bencana Desa Abang Batu Dinding, Ardika, mengaku sangat mengapresiasi keberadaan alat EWS ini yang dipasang di wilayahnya. Dengan adanya alat ini, kata dia, membuat rasa cemas warga terhadap kemungkinan munculnya bencana longsor dan banjir bandang semakin berkurang"jelasnya. Sebab, dengan peralatan tersebut warga akan mengetahui lebih dini jika sewaktu-waktu bencana terjadi. “Dengan EWS tersebut, nantinya akan mengirim signal ke alat yang kita pasang di bale banjar untuk mengumumkan situasi yang akan terjadi, sehingga warga bisa langsung tanggap jika sewaktu-waktu terjadi bencana” jelasnya.

Sementara itu, Kepala DPBD Bangli I Wayan Karmawan, mengaku terbantu dengan adanya alat EWS buatan UGM ini.Apalagi Dusun Dukuh pernah dilanda tanah longsong dan banjir bandang  52 tahun lalu. Hadirnya EWS UGM kemudian diikuti dengan dilakukannya berbagai pelatihan tanggap bencana kepada masyarakat sehingga mengerti dan tidak lagi merasa cemas jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. "Saat ini, masyarakat sudah mulai tahu mana jalur-jalur evakuasi  ketika terjadi longsor atau banjir bandang"ungkapnya. Sekadar diketahui sebelumnya, wilayah ini pada tahun 1964 pernah dilanda bencana banjir bandang yang menelan korban jiwa 4 orang meninggal dunia dan memporakporandakan hampir seluruh pemukinan warga.ard/aga


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER