Poktan Setia Makmur Jadi Referensi Sistem Pertanian Terintegrasi

  • 30 September 2016
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 4585 Pengunjung
suaradewata

Tabanan, suaradewata.com – Jerih payah Kelompok Tani (Poktan) Setia Makmur di Banjar Mayungan Anyar, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali agar bisa memecahkan persoalan air di musim kemarau mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Khususnya, dari Biro Perencanaan Kementerian Pertanian RI. Pasalnya, selama beberapa tahun terakhir kelompok tani ini berhasil mengatasi persoalan sulitnya air selama musim kemarau lewat teknologi pompa hidram.

Karena itu, Jumat (30/9/2016), kelompok tani ini menerima kunjungan dari para peserta Workshop Dampak Perubahan Iklim (DPI) yang pesertanya terdiri dari Kepala Dinas Pertanian Se-Indonesia. Dipimpin langsung oleh Kepala Biro Perencanaan Kementerian Pertanian Prayudi, mereka ingin menyaksikan secara langsung sistem pertanian terintegrasi yang diterapkan di kelompok tani ini.

Kehadiran mereka disambut hangat oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Sekda Kabupaten Tabanan Nyoman Wirna Ariwangsa, anggota DPRD Tabanan I Nyoman Suadiana dan I Wayan Suta, Camat Baturiti Tos Parta, Kepala BPTP Bali AA Kamandalu, Penanggung Jawab Model Pertanian Bio Industri Dr drh I Made Rai Yasa, Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Tabanan I Nyoman Budana, dan anggota Kelompok Tani Setia Makmur.

Kunjungan tersebut berlangsung dengan penuh keakraban. Bahkan, anggota kelompok tani dengan lugas menyampaikan sistem pertanian terintegrasi yang diterapkan mereka selama dua tahun terakhir ini kepada peserta workshop tersebut. Begitu juga dengan Bupati Eka saat memberikan sambutannya.  

Masih dalam sambutannya, Bupati Eka menegaskan Tabanan yang selama ini menjadi Lumbung Pangan Bali selalu berusaha bertahan untuk menggerakkan sektor pertanian dan pangan. Upaya itu dilakukan dengan terus membangun sinergi dengan berbagai pihak. “Dalam mempertahankan sektor pangan, mesti ada sinergi dari semua pihak. Sehingga petani tetap menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri,” ujarnya.

Demi hal itu, sambungnya, Pemkab Tabanan belum lama ini sudah memiliki Perda Perlindungan Petani yang memang dibuat sebegai proteksi bagi para petani beserta kegiatannya. “Sehingga petani tetap semangat menggarap lahan dan betah dengan pekerjaannya tersebut. Kalau tidak begitu, saya takutnya ke depan kita tidak bisa lihat beras lagi,” ungkapnya.

Upaya lain yang disampaikan kepada para peserta workshop menyangkut distribusi dari hulu ke hilir lewat pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMDa). Kemudian, program beras sehat yang orientasi penyebarannya sejauh ini masih kepada para pegawai di lingkungan Pemkab Tabanan.

“Serta kita berusaha mencoba peluang menjadikan sektor ini (pertanian) sebagai wisata alam dan desa wisata. Karena sudah saatnya kita berpikir sektor pertanian yang terintegrasi. Bukan hanya soal gabah saja. Tapi bagaimana petani sayur bisa mengolah sayurnya menjadi produk lainnya. Seperti jus yang kita cicipi saat ini. Atau ikan yang bisa diolah lagi menjadi kerupuk. Sehingga nilai produksinya bisa lebih bertambah,” kata Bupati Eka seraya menunjukkan jus sayur dan buah hasil produksi Kelompok Wanita Tani Srikandi yang sempat dicicipinya.

Bupati Eka juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Kementerian Pertanian yang bersedia menjadikan Kelompok Tani Setia Makmur beserta Kelompok Wanita Tani Srikandi sebagai model pertanian terintegrasi ke daerah lainnya.

“Tolong beri juga masukan kepada kami, terutama dari BPTP Bali yang senantiasa mendampingi petani saya di Tabanan. Saya ingin petani kami di Tabanan cerdas, up to date dalam penerapan teknologi. Dan, ini hanya bisa dilakukan kalau kebijakan yang kita lahirkan pro petani dan mendapatkan dukungan dari pemerintah,” pungkasnya.

Sementara itu Biro Perencanaan Kementerian Pertanian, Prayudi, menjelaskan bahwa kunjungan ke Kelompok Tani Setia Makmur ini merupakan rangkaian dari program workshop Dampak Perubahan Iklim. Dikatakan juga, Kementerian Pertanian sejak 2015 lalu telah merancang strategi induk pertanian jangka panjang. Strategi itu berlaku dari 2015 sampai dengan 2045.

“Kita berpikirnya sederhana, pertanian kita tidak akan maju-maju kalau tidak terintegrasi dan memiliki keberlanjutan. Ini PR (pekerjaan rumah) kami di Kementerian Pertanian. Tapi, mau tidak mau kita harus melaksanakannya dari sekarang. Kalau tidak kita akan ketinggalan lagi,” katanya.

Dengan adanya model yang diterapkan Kelompok Tani Setia Makmur, sambung Prayudi, pihaknya akan mencoba mereplikasikannya ke daerah lain serta menjadikan contoh. “Bagaimana model bio industri itu, contohnya sudah ada di Tabanan,” tandasnya.

Sementara itu, Dr drh I Made Rai Yasa MP selaku penangung jawab program mengungkapkan, sejak bertemu dengan para anggota kelompok Setia Makmur, persoalan air menjadi hal utama yang mengemuka saat itu. Inilah yang membuah para petani mengalami krisis pangan, krisis pakan ternak, sampai krisis ekonomi di keluarga mereka.

“Dalam pemetaan tersebut terungkap air adalah hal utama yang jadi persoalan. Sebelumnya, setiap tahunnya dari Mei sampai dengan September mereka akan tidak bisa menanam sayur. Di sisi lain, harga sayur saat itu lagi mahal-mahalnya. Mereka tidak bisa menanam lantaran kemarau. Akhirnya kita buat solusinya dengan memanfaatkan teknologi pompa hidram. Sumber air yang jaraknya sekitar tiga kilometer kita angkat dan tampung ke dalam embung. Sehingga sekarang mereka bisa menanam sepanjang tahun,” ungkapnya. ina/hai


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER