Proyek The Mandala, Bendesa Adat Sebut Kurang Beretika

  • 01 September 2016
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 4532 Pengunjung
suaradewata.com

Tabanan, suaradewata.com– Kisruh Proyek The Mandala terus mendapat kecaman. Kali ini Bendesa Adat Beraban, Kediri Tabanan, I Made Sumawa menyebut kurang beretika. Pasalnya proyek tersebut sudah berjalan dan hampir rampung, namun tidak ada pemberitahuan ataupun tidak ada sosialisasi ke masyarakat. “Kami tidak tahu ada proyek, karena memang belum ada sosialisasi, ya kurang beretikalah,” ucap Sumawa Kamis, (31/08/2016).

Menurut Sumawa, dalam kondisi normal di wilayahnya sebelum proyek dikerjakan terlebih dahulu ada sosialisasi ke masyarakat terlebih proyek itu berada dikawasan suci Tanah Lot. “Yang kami tahu, biasanya ada pemberitahuan ke kami, kemudian kami mensosialisasikan kepada para menggala dan masyarakat baru kemudian proyek itu bisa berjalan atau tidak, dan untuk proyek ini belum ada sama sekali,” ucapnya. Menurut dia, etikanya seharusnya pihak pengelola ataupun owner ada komunikasi kepada pihak-pihak terkait. Memang kata dia pihaknya selaku bendesa adat tidak ada kaitannya dengan dokumen perijinan, karena dokumen itu masuknya lewat kepala desa baru kemudian ke dinas perijinan. Namun paling tidak kata dia, ada pemberitahuan untuk kemudian pihaknya melakukan sosialisasi ke masyarakat. Lalu kalau sudah berjalan bagaimana solusinya.? Ditanya demikian Sumawa mengatakan, kalau memang ada pemberitahuan tentu pihaknya akan mensosialisasikan kepada para menggala di wilayah adat Beraban. Selanjutnya akan diputuskan bisa dilanjutkan atau tidak. Menurut hemat dia, proyek ini sulit untuk dilanjutkan mengingat kawasan tersebut adalah kawasan suci. “Dari pengalaman terdahulu, kalau kawasan tersebut dibangun hama akan menyerang karena kawasan pertanian kayaknya agak sulit, namun semua itu ditentukan dalam sosialisasi yang akan dilakukan itupun kalau ada pemberitahuan,” bebernya.

Sementara Manajer DTW Tanah Lot I Ketut Toya Adnyana, mengaku dirinya juga sama dengan bendesa adat braban tidak tahu proyek apa itu dan untuk apa, karena memang tidak ada koordinasi kepihak DTW sebelumnya. Belakangan kata dia setelah ada rame-rame dimedia pihaknya baru mendapatkan surat permohonan rekomendasi. “Saya baru dapat surat tertanggal 29 Agustus dari PT. Horison Surya Gemilang perihal permohonan rekomendasi,” ucapnya. Surat bernomer 002/VIII/2016 itu ditandatangani Direktur PT. Horison Surya Gemilang, Ussyana Dethan. Atas surat tersebut Toya mengaku pihaknya tidak bisa mengeluarkan rekomendasi, karena memang bukan kewenanganya sebagai manajer. “Semua saya serahkan kepada manggala desa adat pekraman untuk menyikapi, saya hanya menjalankan tugas seuai kewenangan dan tupoksi saya sebagai manajer,” kelitnya.

Dipihak lain beberapa waktu Dirut PT. Horison Surya Gemilang, Ussyana Dethan mengakui proses perijinannya kini tengah dalam proses. Dia menegaskan apa yang dibangun sudah sesuai dengan IMB yang dimilikinya pada tahun 2009. Namun memang ada sedikit perubahan menjadi lebih lebar dan menambahan ruang ganti. “Apa yang kami lakukan sudah sesuai dengan dokumen, sebut saja pelataran tari kecak, dulu memang ada namun bahanya dari kayu sekarang kita bangun dari beton dan memang agak lebih lebar dan ada ruanng ganti,” tegasnya. Terkait hal itu dia mengaku tengah mengurus perbaharuan IBM, termasuk mengurus rekomendasi dari DTW. “Suratnya sudah kita masukkan, mudah-mudahan segera rampung,” ucap Ussyana. Ina/gin


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER