Selonding Dan Peed Tenganan Pada Piodalan Pura Pengastulan Bedulu

  • 16 Agustus 2016
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 5002 Pengunjung
suaradewata

Gianyar, suaradewata.com - Serangkaian piodalan Pura Pengastulan Desa Pakraman Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, diiringi gambelan selonding kuna dan peed sakral dari Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Selasa (16/8).

Peedsakral Daha Tenganan dengan mengenakan kain gringsing ini, juga melibatkan peed dari lima banjar yang ada di desa Pakraman Bedulu. Sekaa Teruna yang tergabung dalam Sekaa Teruna Yowana Eka Citta Desa Pakraman Bedulu itu mengenakan kostum putih kuning.

Peeddiikuti masyarakat desa Bedulu dan sekitar 150 warga Tenganan Pegringsingan yang dipimpin Bendesa Tenganan Pegringsingan, I Ketut Sudiastika dan perbekel Putu Udiana, ST, diawali dengan sekaa angklung duwe Pura Kahyangan Jagat Samuantiga diiringi seluruh pemangku yang tergabung dalam Pinandita Sanggraha Nusantara atau PSN desa pakraman Bedulu.

Barisan belasan pemangku yang mengalunkan suara genta, selanjutnya diikuti rangkaian peed sekaa teruna desa pakraman Bedulu dan belasan pasang daha Tenganan Pegringsingan dengan kain khas Gringsingannya.

Dikawal pecalang dan prajuru desa pakraman Bedulu itu, diawali dari Pura Pengastulan menuju Pura Kahyangan Jagat Samuantiga, yang berjarak sekitar 1,5 km. Peed yang dilaksanakan setiap piodalan di Pura Pengastulan ini, merupakan prosesi ritual nunas tirta untuk upacara piodalan Pura Pengastulan yang ada di desa pakraman Bedulu.

Bendesa Desa Pakraman Bedulu, I Gusti Made Ngurah Serana mengakui, keterlibatan peed daha teruna Tenganan Pegringsingan telah berlangsung sejak lama. Sedangkan keterlibatan warga Desa Tenganan Pegringsingan Karangsem, disebutkan terkait perjalanan sejarah Bali kuna yang menyebutkan leluhur warga desa Tenganan Pegringsingan berasal dari desa pakraman Bedulu. "Dari sejarah Bali Kuna, disebutkan, Ki Tunjung Biru bersama sejumlah pengikutnya diberikan hadiah berupa tanah yang kini dikenal sebagai desa Tenganan Pegringsingan yang ada sekarang ini," tutur Bendesa Bedulu didampingi Sekretarisnya, I Made Suweca.

Dituturkan Bendesa Bedulu, ketika kerajaan Bali Kuna beristana di Desa Bedahulu yang kini lazim dikenal dengan nama Desa Pakraman Bedulu, kehilangan seekor kuda kesayangan raja. Kaburnya kuda yang dikenal dengan nama Oncesrawa itu, akhirnya ditemukan oleh Ki Tunjung Biru di sebuah perbukitan yang kini dikenal dengan nama Tenganan Pegringsingan.

Sebagai rasa terimakasih dan rasa syukur ditemukan kuda Oncesrawa itu, maka Raja memberikan hadiah berupa sebidang tanah. Sedangkan luas tanah tersebut, disepakati raja seluas bau kuda yang ditemukan sudah mati itu. "Untuk lebih meluaskan bau bangke kuda itu, maka mayat kuda itu dipecah dan ditebar ke segala penjuru," jelas Bendesa Gisti Serana seraya menyebutkan peninggalan bebatuan yang menyerupai bangkai kuda itu, saat ini bisa dijumpai di desa Tenganan Pegringsingan. Bebatuan itu dipercaya sebagai bagian dari bangkai kuda Oncesrawa itu. gus/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER