Sosok Dolar di Mata Petruk, Selalu Ditanya Penonton saat Pentas dengan Seniman Lain

  • 09 Juli 2016
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 14953 Pengunjung
suaradewata

Bangli, suaradewata.com – Sosok almarhum I Wayan Tarma alias Dolar, seniman legendaris  drama gong yang berjaya pada era tahun 1980-an hingga 1990-an, hingga kini masih melekat dihati masyarakat Bali. Kepergian almarhum untuk selama-lamanya ini, benar-benar membawa duka mendalam bagi para seniman di Bali. Terlebih bagi I Nyoman Subrata alias Petruk pasangan duet Dolar (Petruk-Dolar) yang biasanya memerankan sebagai punakawan atau abdi dari tokoh Raja Buduh.

Sebagai sesama seniman dan sempat berduet selama dua puluh tahun serta telah diakui sebagai icon Bali dalam seni drama gong, kepergian Dolar untuk selama-lamanya itu tentunya menyisakan berbagai kenangan.  Berikut sekelumit kisah Dolar dimata mantan pasangan duetnya Petruk?

Ditemui di rumahnya di Banjar Kawan, Bangli, Petruk menceritakan awal duetnya dengan Dolar dimulai sekitar tahun 1979. “Saat itu, tiang pertama kali duet dengan Dolar saat pementasan kesenian barabudaya Polda Bali,” sebutnya.

Sejak saat itu, pasangan duet Petruk-Dolar terus melejit namanya dan senantiasa dinanti para penggemar drama gong. Namun duet mereka berakhir setelah sempat terjadi mis komunikasi sekitar 2002. Sejak saat itu, dua seniman seni peran ini masing-masing mempunyai grup kesenian.    

Meski demikian, peran dan ciri khas keduanya saat duet seakan tidak pernah bisa tergantikan. Terbukti saat Nyoman Subrata (Petruk) tampil di beberapa tempat dengan seniman yang lain, Dolar yang awalnya biasa diajak berduet sering ditanyakan penonton. “Dolar memiliki tempat tersendiri di mata penggemarnya. Setiap saya tampil bergandengan dengan yang lainnya, Dolar sering ditanyakan. Bahkan banyak penonton muda yang mempertanyakan Dolar,” kenang Petruk.

Sebab selama 20 tahun lebih berduet dengan Dolar, nama keduanya memang sudah melekat dan melegenda sehingga selalu dinantikan  para penonton dalam setiap pentas. Karena itu,  banyak cerita unik dan menarik yang telah mereka lakoni. Dolar dikatakan memiliki watak seperti orang belog-belogan (bodoh) tetapi nyambung serta kelihatan lucu saat di panggung. Kepribadian Dolar yang nampak agak bodoh memang memiliki kesan tersendiri dan mampu mengundang tawa penonton. “Kemampuan Dolar saat melucu, sangat alami dan tidak dibuat-buat. Rasanya tidak ada yang akan bisa menyaingi dia,” tegasnya.

Selanjutnya setelah mendengar kematian Dolar, Petruk pun mengaku turut berduka. Namun karena saat ini sedang ada upacara Tumpek Landek dan piodalan Hyang Guru, rencananya Petruk bersama seniman lainnya akan melayat ke rumah duka Senin mendatang. Petruk sendiri mengaku tahu kabar kematian Dolar setelah ditanya oleh beberapa temannya, termasuk dari luar Bali. Sehingga dia pun berusaha memastikan kebenaran informasi tersebut dengan datang langsung ke RSU Bangli. “Yang jelas kepergian Dolar untuk selama-lamanya itu, telah menyebabkan Bali kehilangan salah satu Icon Bali. Penampilan Dolar selama ini masih sangat dinantikan penonton. Karena itu, secara pribadi saya juga menyampaikan turut berduka cita,” pungkasnya. ard/hai


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER