Harga Kebutuhan Naik Menjelang Ramadhan

  • 17 Juni 2016
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 6047 Pengunjung
ilustrasi

Opini, suaradewata.com – Kenaikan harga bahan pokok menjelang bulan Ramadhan seakan menjadi tren tersendiri bagi sektor perdagangan di Indonesia. Berbagai bahan pokok seperti daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, serta gula pasir terpantau mengalami kenaikan menjelang Ramadhan. Kenaikan harga bahan pokok secara langsung akan menambah beban belanja masyarakat sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan menjelang penyambutan bulan Ramadhan.

Hasil survei pemantauan harga yang dilakukan Bank Indonesia, menunjukkan inflasi sebesar 0,19 persen (month to month) hingga pekan ketiga Mei 2016. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan, sepanjang tahun ini, laju inflasi tetap terjaga sesuai target BI, yakni pada kisaran 4 persen plus minus 1 persen.

Data tersebut dilengkapi dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulan Mei 2016 sebesar 0,24 persen. Dengan demikian inflasi tahun kalender 2016 (Januari-Mei) mencapai sebesar 0,4 persen. Inflasi tahun ke tahun (Mei 2015-Mei 2016) sebesar 3,33 persen. Namun demikian, BI dan pemerintah tetap mencermati fluktuasi harga daging ayam yang masih dalam kecenderungan meningkat.

Hal serupa juga dikatakan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin bahwa sejumlah bahan makanan mengalami kenaikan diantaranya yaitu daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, serta gula pasir. Selain ketiga bahan makanan di atas, inflasi Mei 2016 juga disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, kenaikan harga minyak goreng, kenaikan harga rokok kretek filter, serta kenaikan harga emas perhiasan.

Suryamin mengatakan, tingginya permintaan jelang Ramadhan terhadap ketiganya menyebabkan kenaikan harga. Kenaikan harga daging ayam ras tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 38 persen, disusul Jambi sebesar 26 persen. Sama halnya dengan daging ayam ras, pada Mei 2016 harga telur ayam ras juga merangkak naik.

Rata-rata kenaikan harga telur ayam ras yaitu 3,12 persen.Adapun rata-rata kenaikan harga gula pasir sebesar 7,4 persen. Terjadi kenaikan harga gula pasir di 80 kota IHK, yang tertinggi di Bulukumba sebesar 19 persen, disusul Sumenep sebesar 17 persen.

Salah satu pedagang daging di Pasar Kramat Jati Ahmad mengatakan saat ini harga daging sebesar Rp 120.000 per kilogram. Menurut Ahmad kenaikan itu terjadi karena kurangnya pasokan dari suplier sehingga membuat pasokan untuk pasar juga turun.

Sementara itu, Menteri Koordinator Kamaritiman Rizal Ramli menilai, Presiden Joko Widodo sudah memberikan perintah jelas kepada menteri-menteri terkait merangkak naiknya sejumlah harga kebutuhan pokok jelang Ramadhan. Salah satunya ialah penurunan harga daging sapi sesuai arahan presiden bahwa harga daging harus turun jadi Rp 80.000 dan seterusnya.

Harga kebutuhan pokok jelang Ramadhan relatif stabil di harga yang tinggi. Hal ini disebabkan sejumlah kebutuhan pokok sudah melonjak sejak dua minggu lalu. Dibandingkan jelang Ramadhan tahun lalu, kenaikan harga kebutuhan pokok tahun ini justru lebih tinggi.

Oleh karena itu, presiden memberikan perintah yang jelas agar harga kebutuhan pokok segera diturunkan. Bila itu bisa terealisasi, beban rakyat akan menjadi lebih ringan menyambut Ramadhan tahun ini.

Menyusul permintaan Presiden Joko Widodo bahwa harga daging sapi harus turun menjadi Rp 80.000 per kg, pemerintah telah memutuskan untuk membuka keran impor daging sapi menjelang puasa.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong menuturkan, pemerintah sudah memberikan penugasan kepada Bulog untuk mengimpor daging sapi sebanyak 10.000 ton, Berdikari 5.000 ton, dan kerja sama dengan PT Darmajaya 500 ton. Ada juga impor daging oleh pihak swasta sekitar 20.000 ton.

Dengan adanya pemasokan daging sapi dari luar negeri yang menjamin ketersediaan pasokan daging sapi di pasaran, secara otomatis akan menurunkan harga daging dan dapat meringankan beban belanja masyarakat terhadap daging. Lantas jika tiap tahunnya Indonesia dipersulit dengan kenaikan harga daging menjelang bulan puasa, bisakah kita melihat peluang dari siklus tersebut?

Moch. Irfandi : Penulis LSISI Bidang Ekonomi Politik Indonesia

 

 

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER