Mata Kena Paku, Tubuh Jadi Lumpuh, Untuk Duduk Mesti Pakai Tali

  • 15 Juni 2016
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 4785 Pengunjung
suaradewata

Tabanan, suaradewata.com – Nestapa yang dialami I Wayan Suparta,35, warga Banjar Sinjuana Tengah, Desa Beraban, Kediri seakan tiada hentinya selama empat tahun terakhir ini. Dalam kurun waktu itu, musibah silih berganti menimpanya. Matanya tertusuk paku dan kini tubuhnya lumpuh.

Kondisi tersebut membuat seorang Suparta tak berdaya. Kesehariannya harus dilalui dengan rebahan di atas dipan yang ada di kamarnya. Sementara, untuk bangun dari posisi tidurnya, dia memanfaatkan tali yang sengaja dipasang di dinding. Dengan tali itulah, dia menarik dirinya sehingga bisa dalam posisi duduk. Begitu juga dengan aktivitas lainnya.

Semuanya dilakukan seorang diri. Karena istrinya, Komang Ariani, harus menggantikan posisinya untuk mencari nafkah dengan menjadi pedagang acung di areal obyek wisata Tanah Lot. Namun, kadang-kadang untuk menjalani aktivitas seperti makan terkadang dia dibantu juga oleh tetangganya.

Dengan kondisi seperti sekarang ini, Suparta sejatinya bukan tanpa usaha untuk keluar dari persoalan yang membelitnya tersebut. Bahkan, dengan bantuan warga lainnya, dia sempat menjalani beberapa kali terapi. Setidaknya, sudah delapan kali Suparta diterapi. Namun hasilnya nihil. Kondisi Suparta tidak ada perubahan.

“Harapan saya sekarang cuma satu. Ingin cepat sembuh,” tutur Suparta saat dijumpai di tempat tinggalnya, Rabu (15/6/2016). Saat itu, Suparta sedang tiduran di atas dipannya. Sempat juga dia bangun untuk duduk karena bosan tiduran.

Entah apa yang membuat kondisi Suparta seperti sekarang ini. Namun dari keterangan Kelian Adat Banjar Sinjuana Tengah I Nyoman Wiarsa, awal mula musibah yang dialami Suparta terjadi saat dirinya terkena paku saat membersihkan rumput di Pura Wisesa. Saat itu, dia menggunakan mesin pemotong tiba-tiba mata sebelah kirinya terkena paku yang terpental.

Kini setelah mengalami kelumpuhan, tanggung jawab adat yang sebelumnya diemban Suparta dibebaskan. Sebaliknya, bila ada bantuan, Suparta masuk dalam prioritas.

“Penyebab stroke kemungkinan terkena paku itu. Untuk berobat kadang-kadang di antar keluarganya. Semoga saja dia cepat sembuh. Karena penghasilan dari istrinya tidak mencukupi. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.

Di kesempatan yang sama, Kelian Dinas Banjar Sinjuana Tengah I Gede Arthayana menuturkan bahwa Suparta sempat menjadi penerima jatah raskin. Itu sebelum dirinya mengalami kelumpuhan.

Belakangan, jatah tersebut tidak diberikan lagi setelah dirinya mendapatkan pekerjaan sebagai tukang kebun di Kantor Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot. Pertimbangannya, Suparta saat itu sudah mendapatkan tunjangan.

Namun, sambungnya, sekitar enam tahun lalu Suparta sempat ngayah di pura. Saat itu dia membersihkan rumput dengan mesin pemotong dan tekena paku yang terpental. Pasca kejadian itu, dia sempat stroke ringan dan menjalani pengobatan sebanyak lima kali.

Setelah menjalani pengobatan, kondisi Suparta sempat normal dan kembali bekerja. Namun, dua tahun kemudian, kondisinya ngedrop lagi hingga sekarang dirinya lumpuh. Pengobatan dan terapi kembali dijalani sampai tiga kali. Sayangnya, sampai kini kondisinya tidak kunjung membaik.

“Berharap agar warga kami ada perhatian dari pemerintah untuk mendapatkan bantuan. Pekerjaan istrinya yang selama ini ngacung di Tanah Lot penghasilannya pun tidak tentu” ungkapnya.

Sementara itu, Perbekel Desa Beraban I Nyoman Sukariana membenarkan kondisi yang sedang dihadapi Suparta tersebut. Menurutnya, sejak sakit, warganya tersebut tidak bisa bekerja. Sehingga istrinya mengambil alih peran untuk mencari nafkah dengan berjualan di areal wisata Tanah Lot.

“Warga kami itu (Suparta) sempat dibantu Komunitas Taman Hati. Kami mewakili warga menyampaikan terima kasih. Semoga hal ini dibarengi juga dengan komunitas lainnya. Kami juga berharap pemerintah dan instansi terkait merespon kondisi yang dihadapi warga kami tersebut,” tandasnya. ang


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER