DB Renggut Nyawa Bocah SD, Ortu Sayangkan Penanganan BRSUD

  • 22 Mei 2016
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 4910 Pengunjung
suaradewata.com

Tabanan, suaradewata.com– Apa yang ditakutkan selama ini akhirnya terjadi juga. Banyaknya korban DB bertumbangan hingga membuat ruang di BRSUD Tabanan penuh, namun disisi lain pihak terkait belum mau menyatakan KLB lantaran belum memenuhi unsur KLB. Namun kini seorang bocah SD kelas 1 yakni Anak Agung Ngurah Jaya Narendradiningrat,7 asal Jalan Tamrin, Kediri, Tabanan harus meregang nyawa karena DB. Putra dari pasangan Anak Agung Ngurah Manik,36 dengan Sagung Alit Srinur Dewi meninggal sekitar pukul 24.00 di BRSUD Tabanan, Sabtu malam (21/5).

Berpulangnya bocah SD Immaculata itu kontan membuat sontak. Terlebih orang tua korban Ngurah Manik yang juga wartawan salah satu koran lokal. Manik menyayangkan penanganan pihak rumah sakit dalam menangani anaknya yang dinilai lamban. “Kami sangat kecewa pelayanan rumah sakit, karena saat kerumah sakit harusya anak saya dirawat kok disuruh pulang, sehingga semuanya menjadi terlambat,” ucapnya penuh sesal.

Dia kemudian menuturkan semua itu berawal dari Selasa, (16/5/2016) anak pertamanya itu mengalami panas. Dia kemudian mengajak berobat ke Bidan tidak jauh dari rumahnya. "Oleh bidan anak saya dikasih obat dan disarankan melakukan cek darah setelah 3 hari,” akunya. Atas anjuran bidan itu meski panasnya sudah turun pada Kamis, (18/5/2016) Manik kemudian mengajak anak pertamanya dari dua bersaudara itu ke salah satu Dokter keluarga di Kediri. Dari hasil pemeriksan dokter keluarga dinyatakan trombosit anaknya normal yakni 195. "Waktu itu trombosit normal, dan disuruh untuk cek darah hari Minggu, (22/5/2016) hari ini, namun anak saya sudah berpulang," ucap manik dengan mata berkaca kaca.

Sebelum anaknya meninggal tepatnya pada Sabtu (21/5/2016) sehari sebelumnya seharusnya cek darah ulang, bocah SD itu merasakan mual dan muntah. Karena tidak mau mengambil resiko, istri Manik yakni Sagung Alit Srinur Dewi kemudian membawa anaknya ke BRSUD Tabanan sekitar pukul 16.00 wita. Setelah diperiksa doker jaga, korban hanya diberikan obat mual dan disuruh pulang tanpa dilakukan cek darah. "Waktu itu anak saya disuruh pulang, dan hanya diberikan obat mual," ucapnya. Sampai di rumah berselang beberapa jam tepatnya pukul pukul 20.00 wita, Narendra semakin drop yakni mual-mual hingga muntah darah. Mengetahui hal itu, pihak keluarga kembali melarikannya ke BRSUD Tabanan. Setelah dicek di UGD korban kemudian menjalani perawatan di ruang ICU. Berselang beberapa jam kemudian sekitar pukul 24.00 korban kemudian menghembuskan napas terakhirnya dan trimbosit korban dinyatakan mencapai 60. "Saya kecewa dengan dokter jaga yang menanani anak saya, harusnya waktu ke rumah sakit sorenya itu langsung bisa dirawat, namun kenapa disuruh pulang dan hanya di beri obat mual tanpa melakukan cek darah, ini soal nyawa seseorang,” ucapnya dengan nada kecewa.

Atas hal itu Direktur BRSUD Tabanan, dr. Nyoman Susila membenarkan jika pasien atas nama Anak Agung Ngurah Jaya Narendadiningrat meninggal karena DB dengan Denque Syok Sindrom (DSS). “Iya benar, yang bersangkutan meninggal karena DB,” ucapnya.Terkait dugaan lambanya penanganan pihak rumah sakit, dr Susila mengaku belum bisa memberikan penjelasan soal itu. Karena pihaknya harus melakukan audit medis dulu. “Semua pasien yang meninggal kita lakukan audit dulu, begitu juga dalam kasus ini kita akan lakukan audit dengan melibatkan pandangan profesional dari berbagai profesi, setelah audit baru bisa kita jelaskan secara rinci,” beber Susila. ina


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER