Tradisi Ngambeng di Pura Samuantiga

  • 06 April 2016
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 4130 Pengunjung
suaradewata.com

Gianyar, suaradewata.comSerangkaian piodalan rangkaian upacara Panca Wali Krama di Pura Kahyangan Jagat Samuantiga Bedulu, Gianyar, hari Rabu (6/4) mulai dilaksanakan tradisi Ngambeng. Prosesi ritual yang didominasi kaum anak anak dengan berkeliling wewidangan desa pengemong pura ini, bermakna sosialisasi akan dilaksanakan piodalan di Pura Kahyangan Jagat Samuantiga, sekaligus sebagai media pendakian spiritual sejak usia dini.

Menurut Bendesa Desa Pakraman Bedulu, I Gusti Made Ngurah Serana, tradisi Ngambeng yang biasa dilakukan 15 hari menjelang puncak piodalan ini, akan berakhir pada Rabu (13/4) mendatang, bertepatan dengan hari Pangrawuh. "Tradisi Ngambeng ini berlangsung selama seminggu. Biasanya pengayahnya di dominasi kalangan anak anak sepulang sekolah. Tradisi Ngambeng ini dilakukan anak-anak secara berkelompok dengan cara memasuki rumah warga pengemong di lima desa pakraman," jelas Bendesa Desa Pakraman Bedulu, I Gusti Made Ngurah Serana, seraya merinci desa pakraman pengemong meliputi Desa Pakraman Wanayu Mas, Desa Pakraman Taman, Desa Pakraman Bedulu, Desa Pakraman Tengkulak Kaja dan Desa Pakraman Tengkulak Kaja.

Dijelaskan Bendesa Serana, kawanan anak anak pengayah Ngambeng ini biasanya setelah memasuki rumah warga dengan mengucapkan salam Om Swastyastu, dan tujuannya untuk ngayah ngambeng, maka tuan rumah akan memberi aneka hasil bumi atau sarana kelengkapan upacara.  Baik berupa buah kelapa atau sekadar sebungkus dupa, untuk disampaikan ke pura guna menunjang pelaksanaan upacara piodalan.

Diakui Gusti Serana, tradisi ngambeng ini pantang ditiadakan. Karena beberapa tahun silam sempat dilarang justru berbagai sarana upacara seolah serba kekurangan atau hilang tanpa pernah ditemukan. "Demikian juga warga yang didatangi pantang ditolak, karena diyakini dengan menghaturkan sesuatu bahan upacara akan mendatangkan rejeki. Terutama para pedagang," jelasnya seraya mengakui tradisi itu menjadi media pembelajaran tentang keterlibatan dalam upacara keagamaan sejak usia dini.

Bendesa Bedulu ini juga mengakui, banyaknya pengayah yang kini hingga di luar warga Penyungsung, pihaknya menyampaikan permohonan maaf. Namun demikian kehadiran pengayah Ngambeng ini senantiasa disambut positif warga yang didatangi. "Karena ada beberapa pengayah yang ngambeng sampai di luar desa pengemong, kami mohon warga yang didatangi pengayah ngambeng dapat maklum," tegas Bendesa Gusti Serana seraya mengungkapkan pihak panitia pengemong juga telah bersurat ke beberapa desa pakraman sebagai permakluman kehadiran pengayah Pengambeng itu.

Ditambahkan pula, seusai mengumpulkan sejumlah sarana upacara anak anak pengayah ini langsung menuju Pura Samuantiga.  Sesampainya di perantenan atau dapur, seluruh pengayah memperoleh sebungkus nasi pica, yang diyakini bertuah untuk kesehatan dan keselamatan bagi yang mengkonsumsinya.

Serangkaian pelaksanaan upacara Panca Wali Krama ini, Bupati Gianyar Anak Agung Gede Agung Bharata, SH., yang juga selaku Pangrajeg Karya Panca Wali Krama di Pura Samuantiga, Rabu (6/4) kemarin, meninjau persiapan upacara yang puncaknya akan dilangsungkan 21 April 2016 mendatang.

Bertepatan dengan prosesi ngambeng ini, seluruh warga pengemong mulai memasang penjor. Sedangkan malam sebelumnya juga telah dilaksanakan prosesi mendak tirta pakuluh di puncak Gunung Agung melalui Pura Pasar Agung di Karangasem.gus


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER