BIN Buktikan Efektivitas Soft Approach

  • 27 Februari 2016
  • 00:00 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 2391 Pengunjung
google

Opini, suaradewata.com- Takselamanya masalah ancaman keamanan negara harus dihadapi dengan serangan militer atau hard approach. Ada kalanya, soft approach atau pendekatan lunak, justru efektif. Buktinya, Badan Intelijen Negara (BIN) berhasil menarik sempalan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) pimpinan Nurdin Ismail alias Din Minimi beserta 120 orang anggotanya di Aceh. 

Keberhasilan itu adalah, kemenangan 'win win negotiation'. Padahal, kelompok bersenjata ini paling diburu di Aceh selama ini. Dan keberhasil ini juga membuktikan, bahwa pendekatan soft approach juga jitu untuk menghadapi kelompok separatis. Tidak hanya di Aceh, tapi juga di wilayah lain di Indonesia. 

Meskipun, tidak mudah sesungguhnya untuk melakukn soft apprach yang efektif. Kepala BIN Sutiyoso butuh waktu cukup lama untuk membujuk Din Minimi. Bahkan, Sutiyoso sempat bermalam di rumah Din Minimi di Desa Ladang Baro Kecamatan Julok, Aceh Timur. Selama di rumah itu, terus dilakukan pembahasan agar Din Minimi beserta anak buahnya segera turun gunung. Din Minimi dan kelompoknya menyerahkan 15 pucuk senjata terdiri dari jenis AK 47 sebanyak 13 pucuk, SS1 satu pucuk, FNC satu pucuk dan pelontar granat satu pucuk dan amunisi.

Setelah melalui berbagai proses negosiasi yang alot, akhirnya Kepala BIN Sutiyoso berhasil membawa Din Minimi turun gunung. Keberhasilan ini karena bagi Sutiyoso, kelompok bersenjata pimpinan Din Minimi ini bukan memberontak untuk memisahkan diri dari Indonesia. Mereka juga tidak merampok. Jadi, perjuangan Din Minimi sebenarnya otokritik terhadap pejabat-pejabat Aceh yang sebelumnya mantan GAM.

Intinya, Din Minimi dan kelompoknya memberontak bukan untuk meminta uang dan pekerjaan, melainkan merupakan “resonansi” kekecewaan beberapa mantan pejuang GAM terhadap rekan-rekan mereka yang pasca MoU Helsinki menjadi pejabat di Aceh, namun dinilai melupakan dan melalaikan mantan GAM yang kurang beruntung kesejahteraannya.

Jalan panjang yang ditempuh Sutiyoso dalam menggalang dan negosiasi dengan Din Minimi sebenarnya selaras dengan pendapat Richard K Betts dan Thomas G Mahnken dalam buku "Paradoxes of Strategic Intelligence" karena jelas sebelumnya Sutiyoso dan para anak buahnya di BIN telah mengumpulkan informasi terkait Din Minimi dan menganalisisnya secara tepat.

Hal itu tidak mudah dilaksanakan karena menurut Richard K Betts dan Thomas G Mahnken dalam buku "Paradoxes of Strategic Intelligence" bahwa informasi-informasi yang dikumpulkan oleh lembaga intelijen selalu terkait dengan niat dan kemampuan baik kemampuan material maupun non material. 

Maka, jika soft approach itu terbukti efektif membawa turun gunung Din Minimi di Aceh, apakah pendekatan ini tidak efektif diterapkan di tempat lain. Perlu pembuktian, memang. Karena masih ada sejumlah kelompok seperti Din Minimi ini di beberapa wilayah Indonesia. Itulah tugas berat yang menanti Kepala BIN Sutiyoso dan segenap anggotanya di seluruh Indonesia. Rakyat Indonesia menunggu prestasi lain yang ditoreh oleh jajaran telik sandi Indonesia itu. 

Rahmatullah Kusuma, penulis adalah Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI) Jakarta.

 


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER